Yoora kini diam di dekat jendela kamarnya. Memandang langit biru tanpa awan.
Terik. Itu yang Yoora pikirkan.
Sudah lewat dua minggu dari kejadian itu. Rasa sakit yang luar biasa hebat menyerang kepala dan dadanya, namun kemudian hampa.
Rasanya kosong.
Yoora bertanya-tanya, apa semua orang yang hilang ingatan merasakan kehampaan sepertinya?
Dia bahkan tidak bisa mendeskripsikan rasa sesak di dadanya. Mengapa dan untuk siapa.
"Ra, makan dulu, yuk?" ajak sang ibu di ambang pintu kamarnya.
Yoora memasang senyum tipis, "Iya." Turun dari kursinya, berjalan ke arah sang ibunda yang sabar meladeninya.
Sekarang, Yoora tidak sering pusing seperti dulu. Itu berkat bantuan ibu dan ayahnya yang benar benar mengajarinya pelan pelan. Juga Lia, walau sekarang gadis itu lebih sibuk pada kuliahnya.
"Bu, bagaimana kalau Yoora cari kerja sekalian untuk menabung? Daripada aku tidak melakukan apapun di rumah," usul Yoora, makan bersama ibunya di siang yang terik.
Sang ibu mengangguk, "Ibu sih boleh saja. Kamu yakin kamu sudah bisa?"
"Iya. Aku kan hanya kehilangan memori, bukan kemampuanku. Sepertinya kemarin aku melihat lowongan kerja di cafe dekat perpustakaan. Jadi sekalian saja belajar. Bagaimana, bu?"
Sang ibu tersenyum kecil, senang anaknya kembali meski harus kehilangan memori dua tahun. Tidak masalah, bagi Nyonya Hwang memori dua tahun itu tidak terlalu penting.
Iya, setidaknya bagi sang ibu.
Entah sang anak bagaimana.
"Tentu saja boleh. Tapi hati hati, ya. Kalau kamu tidak kuat, atau merasa tidak cocok, cari saja kerjaan lain. Masih banyak."
Yoora memekik senang, "Tentu saja! Siapa tahu, dengan begitu aku jadi mengingat beberapa hal di SMA."
Memang, Yoora seceria ini. Se-positif ini. Itu ciri khasnya. Atau mungkin, sifat dasarnya.
◍◍◍
"Setelah lulus nanti, kita harus satu kampus ya!"
"Kenapa harus?"
"Aku tidak mau jauh jauh darimu."
"Huh? Hahahhaha, lucunya. Jangan begini, dasar."
"Yaaa???"
"Berhenti, sudah sana. Geli."
"Tapi janji dulu!"
"Janji apaaaa?"
"Jangan pergi dariku."
"..."
"Ya, Hwang Yoora?"
"Iya."
[to be continued]
KAMU SEDANG MEMBACA
crash • txt [✔]
Fanfic[short chapter] "aku tidak mengingatmu. tapi kenapa aku merindukanmu?" "𝚒'𝚖 𝚜𝚘𝚛𝚛𝚢 𝚒 𝚌𝚘𝚞𝚕𝚍𝚗'𝚝 𝚖𝚊𝚔𝚎 𝚒𝚝." [txt w/ oc] copyright, 2020.