Jaehyun membuka matanya pelan, menangkap bayangan langit-langit putih yang sangat terang. Tunggu. Ini bukan kamarnya. Dia sedikit meringis karena mencoba mengangkat kepalanya, dan mendapati Sang iIbu dan Jiho yang sedang mengobrol di sofa. Dia juga meneliti tangannya yang sekarang tersambung dengan selang infus. Oh, dia tau. Dia pasti sedang berada di rumah sakit sekarang.
Melihat pergerakan dari Jaehyun, Ibunya pun datang menghampiri dia.
"Akhirnya bangun anak mama. Mau apa nak? biar mama ambilin."
"A-air," kata Jaehyun serak.
Ibunya dengan sigap mengambil segelas air untuk Jaehyun. Dia duduk dan meminum airnya. Diujung matanya, dia melihat Jiho yang sedang tertunduk, mungkin sedang sedih melihat kondisinya sekarang.
"Mau istirahat lagi?"
"Aku mau ngomong sama Jiho aja," kata Jaehyun menggeleng.
Ibunya menghela nafas. "Huh anak muda jaman sekarang, ada mamanya yang dicari pacarnya." Jiho terkekeh.
"Sori ya tan, Jaehyun emang suka gitu."
"Ya udah mama ke Alfamart sebentar ya, laper nungguin kamu." kata Ibu Jaehyun lalu melenggang pergi, meninggalkan mereka berdua diruangan itu.
Jiho narik satu kursi dan duduk disamping ranjang Jaehyun.
"Hey, hmm, which one is hurt?"
"Here." kata Jaehyun menunjuk hatinya, lalu terkekeh. Jiho mendengus, lalu memukul pelan lengan lelaki itu.
"Kamu ga sekolah?"
"Gimana bisa sekolah denger kabar kamu gini Hyun. Aku panik, jadinya aku izin lagi." Jiho menghela nafasnya. Jaehyun tertawa.
"Segitu sayangnya ya kamu sama aku?"
Jiho menaikkan sebelah alisnya. "Ya menurut kamu aja."
Jaehyun tersenyum, menampilkan kedua lesung manis di pipinya. Dia mengusap surai gelap gadis didepannya ini.
"Maaf ya Hyun, gara gara aku ga ada kamu jadi kena masalah gini."
"Hey, gapapa. Bukan salah kamu Ho. Jangan salahin diri kamu atas kesalahan yang kamu ga buat." Jaehyun menenangkan gadisnya ini. "Aku yang selalu gagal buat kendaliin emosi aku."
"Aku ngerasa bersalah banget sekarang,"
"Ngga Ho, It's okey. Sama sekali bukan salah kamu." Ujar Jaehyun tenang.
"Tapi kan-"
"sstt, None of this is your fault. Okay?"
Jiho mengangguk pasrah, bikin Jaehyun senyum lagi. Bagaimana bisa dia tidak gemas dengan tingkah lucu kekasihnya ini? Ah, Jaehyun pengen banget ngantongin Jiho buat dibawa pulang.
"Boleh ceritain kejadiannya?"
Jaehyun meringis menahan sakit di kepalanya. "Ya gitu. I had a bad day, got too sensitive, then fight. The end."
"Masih bisa becanda ya Hyun. Ga inget bogeman aku juga kuat?"
"hehe maap. Dia gangguin aku di parkiran. Aku udah nahan banget buat ga marah. Tapi ga bisa Ho. Dia bener-bener ngerendahin aku." Cerita Jaehyun merujuk ke Hyunbin. "Seharian dapet masalah, belum lagi sama Pak Junedi yang resenya minta ampun. Jadi numpuk emosiku."
Mendengar masalah ini bikin hati perempuan itu sedikit teriris. Dia sangat menyalahkan dirinya sendiri. Memang, Jiho tahu kalau ini bukan salahnya dan sikap Jaehyun tidak bisa dibenarkan. Tapi Jaehyun sudah janji kalau dia mau berubah, disertai beberapa upaya nyata lelaki itu yang bisa Jiho lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Idyllic, 1997
Teen Fictioni·dyl·lic /īˈdilik/ (especially of a time or place) like an idyll; extremely happy, peaceful, or picturesque. - k-idol 1997 line.