Dan bener aja, Jaehyun yang udah parnoan langsung minta pulang hari itu juga. Sehabis sarapan indomie yang rasanya ngga sama lagi, mereka pun siap-siap pulang, bersamaan dengan Jaehyun juga. Jadilah mereka ninggalin kamar 10 dengan kenangan seram mereka.
Untung Jaehyunnya juga ngga ada luka luar yang parah, jadi dokter bisa ngasih dia buat rawat jalan. Seandainya lukanya parah, Jaehyun ga yakin masih bisa menghabiskan satu malam di kamar itu. Bisa-bisa mimpi buruk terus kalo dia masih terus disana.
Ibunya yang datang pagi-pagi terus disuguhi penampakan 32 anak yang mirip mayat berjalan itu otomatis kebingungan. Apalagi Jaehyun yang tiba tiba meluk lengannya terus merengek minta pulang. Ibunya pusing, ini anak sama temen temennya kok bisa kompak banget sih?
"Kenapa si-"
"Mama, Jaehyun lagi trauma, jangan diajak ngomong dulu," balasnya cepat.
Ibunya mengernyit bingung. Dia ga salah masukin Jaehyun ke rumah sakit kan? Kenapa jadi kejiwaannya yang kayaknya terganggu gitu? Apa dia harus dipasung aja? Pertanyaan-pertanyaan itu mulai berputar di kepala ibunya.
Sampai dirumah, Jaehyun langsung gegoleran di kasurnya. Pikirannya sumpek karena cuma keisi sama cerita yang dia alami tadi malam. Dia sebenernya orang yang yang realistis, jadi dia ya bukannya ga percaya, cuma ngerasa kalo kebanyakan hal gaib itu mitos. Tapi kalo udah jadi saksi mata gini ya mau ga mau dia harus percaya kalo itu nyata.
Badan Jaehyun belum sepenuhnya sembuh. Dia ngeregangin badannya ke kanan ke kiri karna masih ngerasa pegel pegel di sekujur badannya, dan masih butuh istirahat yang banyak. Dia ngebuka hapenya buat ngeliat jam, dan udah nunjukin jam 4 sore. Dia pun mutusin untuk tidur aja, sekalian nenangin badan dan kepalanya.
xxxxxx
"Pagi cuy," Younghoon menyapa calon iparnya yang baru keluar dari rumah sambil naliin sepatunya.
Mingyu mendengus, terus jalan manasin motornya. "Aduh bosen gua liat muka lu setiap hari Hun,"
"Gua juga Gyu, gimana kalo kita jadi ipar ya, aduh gua tinggal jauh jauh lah dari lu," jawab Younghoon. Dia lagi nyisirin rambutnya di spion motor.
"Yakin amat lu dikasih restu,"
"Udah dapet juga,"
Mingyu menaikkan sebelah alisnya. "Dari gua?"
"Ga direstuin sama lu juga gua nikahin dia Gyu," Younghoon terkekeh.
"Bagus bagus, gua hargai kegigihan lu." Puji Mingyu sambil menepuk bahu Younghoon. "Udah ah kelamaan Mina nungguin gua,"
"Bucin lu,"
Mingyu terperangah. "Ga nyangka gua kata kata itu keluar dari orang yang bela-belain nyewa gerobak batagor jam 10 malem cuma karna pacarnya pengen,"
"Heh gatau diri, lu yang paling banyak ngabisin juga" kata Younghoon sambil memukul kepala Mingyu yang sudah dilapisi helm.
"Iya dong, masa rezeki ditolak. Duluan ya Hun," Pamit Mingyu.
"Hmm."
Ga lama setelah itu, Minkyung keluar dengan tatapan curiganya. Dari jendela tadi, dia ngintipin Younghoon sama Mingyu lagi ngobrol. Jarang banget Younghoon sama Mingyu ketemuan begini, karena emang Mingyu selalu berangkat lebih cepet buat jemput Mina yang notabenenya tinggal agak jauh dari sekolah. Nah pagi ini, Younghoon jemput Minkyung lebih cepet juga karna janjian mau sarapan bareng.
"Hayo ngomongin apa?"
"Ngomongin cecan sekolah," kata Younghoon santai.
Minkyung menatap pacarnya kecewa. "Oh gitu ya sekarang mainannya. Siapa sih emang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Idyllic, 1997
Підліткова літератураi·dyl·lic /īˈdilik/ (especially of a time or place) like an idyll; extremely happy, peaceful, or picturesque. - k-idol 1997 line.