"Nak, hari ini temani mama arisan, ya," kata mama pada Ai.
"Ok, Ma," balas Ai.
Usai sarapan dan sedikit berbagi cerita Ai langsung pamit berangkat bekerja. Sesampainya di tempat kerja lagi-lagi Dira sudah datang.
"Pagi, mbak," sapa Dira.
"Pagi," balas Ai. Kemudian dia langsung ke meja kasir tanpa terlalu memedulikan Dira. Sementara itu Dira masih berdiri di dekat Ai, seperti ingin mengatakan sesuatu. "Sudah diberi meja, kan, sama Janu?" Tanya Ai, mengisyaratkan Dira untuk segera bekerja.
"Oh, baik," balas Dira, sembari membuang senyum yang sia-sia.
"Good pagi... girls..." Janu masuk dengan keceriaan seperti biasa. "Ih seneng, deh, di sini jadi ada pekerja perempuan selain kamu," sapa Janu.
"Ikut ke ruangan saya, Nu," ajak Ai.
"Siap, Bu bos," balas Janu. Segera dia mengikuti langkah Ai, namun sebelum masuk ke ruangan Ai, dia lebih dulu menyapa Dira. "Pagi."
"Pagi juga, pak," balas Dira.
"Eh, sudah sarapan, belum?" Tanya Janu.
"Sudah, pak," jawab Dira.
"Bagus, deh, kerja sama bos yang nyebelin harus sarapan dulu," kata Janu.
Di dalam ruang kerja Ai, mereka berdua mulai berdiskusi.
"Ai, sebenarnya itu si Dira mau kamu apain, sih?" Tanya Janu.
"Kan kamu yang bilang, suruh aku cari asisten buat temenin ke saudi!" Jawab Ai.
"Terus, kenapa kamu kasih tugas aneh-aneh gitu?" Tanya Janu.
"Mengisi waktu, saja, sampai kami berangkat," jawab Ai, tanpa beban.
"Ini nih, yang aku bingung sama kamu. Kamu tuh selalu nggak bisa melakukan pendekatan yang baik sama karyawan baru," kata Janu, mulai kesal.
"Kan ada kamu," balas Ai, ringan saja.
"Bisa lebih gila dari ini, nggak?" Ucap Janu, dengan wajah gemas.
"Dia punya potensi, karena itu aku mempekerjakannya," ucap Ai serius. "Cukup, kan?"
"Terserah, deh," balas Janu.
"Aku ada janji sama Mama, kamu tetap handle pekerjaan Dira, ya," kata Ai, pamit.
***
Ai pun pergi meninggalkan galeri. Sementara itu Dira masih terus mengerjakan pekerjaan kemarin hingga bosan dan benar-benar ingin menemukan tugas lain yang lebih berguna. Mengetahui kejenuhan Dira, Janu pun menghampirinya.
"Dira, kamu sudah berapa lama, menikah?" Tanya Janu.
"Lima tahun, pak," jawab Dira, sembari masih konsentrasi dengan ketikannya.
"Anak?" Tanya Janu, lagi.
"Belum ada," jawab Dira.
"Eh, sorry," kata Janu, atas pertanyaannya mengenai anak.
"Tidak masalah, pak. Malah saya senang pak Janu mau tanya-tanya," kata Dira.
"Kamu bingung, ya, sama Ai," tanya Janu.
"Iya, lah, pak. Kan katanya kami akan pergi bersama, tapi belum mengenal dengan baik bos yang harus saya layani," kata Dira, mengeluh.
"Iya juga, sih. Tapi kamu tenang saja, Ai itu sebenarnya bukan orang yang sulit, kok," Janu mencoba menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilang TanpaMu
RomanceMelewati usia 30 tahun dengan berbagai dimensi luka dan proses penyembuhannya. Dira 30 tahun bersepakat dengan suaminya untuk menunggu kehadiran buah hati dengan menata lebih dulu kemapanan secara ekonomi. Latar belakangnya yang dari keluarga seder...