Ketulusan Sebagai Manusia

413 43 1
                                    

   Berkali-kali Ai mencoba menghubungi papanya, tapi ponselnya tidak aktif, berusaha menghubungi Pak Mo tak ada jawaban, menghubungi Dira juga tidak ada tanggapan.

“Ai, kamu kenapa? Kok kaya cemas gitu?” Tanya mamanya.

“Ini loh, ma, kok ditelepon nggak ada yang jawab,” kata Ai.

“Mungkin mereka lagi sibuk.”

“Ya tapi kalau Dira harusnya nggak boleh dong, ma, dia kan asistenku,” omel Ai.

“Jangan terlalu posesif sama karyawan, nanti pada lari, lo,” nasihat mamanya.

Kegelisahan malam itu beralasan, karena memang papanya sedang dalam kondisi tidak baik, apalagi semua orang tidak bisa dihubungi. Dadanya terasa sesak oleh sesuatu yang benar-benar tidak dia pahami. Secara tiba-tiba terlintas nama Azura di benaknya.

“Azura, kamu lagi sama Dira, nggak?” Tanya Ai dalam pesannya.

“Dia lagi cek barang datang, sepertinya. Coba kamu hubungi dia langsung,” balas Azura. Jawaban itu menunjukkan bahwa Azura sedang sibuk, mungkin memang begitu, di jeddah masih pukul 13:35 yang artinya masih berada dalam jam kerja.

***

Sejak malam hari saat Pak Toha masuk rumah sakit Dira tak berani mengangkat panggilan dari Ai, dia terus mengabaikan panggilan, bahkan sengaja membisukan dering ponselnya, terlebih dia hari ini sibuk dengan barang datang bersama Hasin dan pimpinan devisi penataan lantai dan dinding. Ditambah lagi ada sedikit masalah, harusnya ada lima kontainer granite yang datang, tapi hanya ada dua, saat dikonfirmasi ke pihak kurir katanya sepuluh hari lagi baru ada stock, padahal deadline semakin dekat. Awalnya Hasin berusaha membantu komplain namun kemudian Dira memperhatikan sopir pengantarnya adalah orang indonesia, jadi Dira bisa berkomunikasi langsung padanya.

“Maaf, bapak orang indonesia?” Tanya Dira.
“Iya,” jawabnya.
“Perkenalkan, nama saya Dira, saya asisten pribadi pimpinan proyek interior di sini. Ini bagaimana, pak? Setahu saya sesuai kesepakatan harusnya bukan hanya ini yang datang, apa bapak ada surat nota jalan atau semacamnya?” Tanya Dira.

“Ada, mbak, dan memang sesuai pesanan yang masuk di kami hari ini kami kirim sekian untuk khalid group,” jelas si sopir.
Mendengar jawaban sopir itu Dira menyimpulkan jika pengiriman hari itu bukan hanya di Khalid Group, namun ada pula tempat lain yang harus menjadi tujuan pengiriman, yaitu ke Gamal Hotel Corp, sebuah hotel group yang sama besar dengan Khalid Group. Karena Dira menyadari bahwa si sopir hanya mengantar maka dia pun tak lagi banyak bertanya. Namun demikian ia minta supaya tiga hari lagi dikirim sisanya, karena deadline yang sudah disepakati antara KIN dan Khalid Group.

“Well, what we have to do?” Tanya Dira pada Hasin.

“I have made an appointment with Jafar to discuss this matter, ” kata Hasin.
“Ok, jadi, kapan waktunya?”

“Kamu tenang saja, let me handle this,” kata Hasin.

“No, i can handle it,” kata Dira.

“We are the team, right?” Kata Hasin.

“Tapi bagaimana sama kerjaan kamu?”

“Actually Ai told me to help you whenever you got into trouble,” kata Hasin.

Mendengar bahwa Ai juga meminta Hasin membantunya jika ada masalah Dira merasa sangat terhormat, bagaimanapun Ai memang atasan yang baik. Janji pertemuan dengan Jafar baru bisa besok lusa, oleh karenanya Dira bisa segera pulang, dan Azura memberinya tumpangan, mereka berdua langsung menuju rumah sakit.

“Dira, kamu sengaja menghindari panggilan Ai, ya?” Tanya Azura.

“Iya, aku bingung mau ngomong apa soal bapak,” kata Dira.

Hilang TanpaMuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang