I am an Indonesian

716 62 2
                                    

Ini hari pertama mereka bekerja. Ai sudah siap dengan  dress cokelat tua berbahan katun formal dengan model krag botton down point collar yang daunnya tidak terlalu lebar, seperti kebanyakan kemeja pria masa kini, juga bagian lengan yang menggunakan manset agak lebar, ada jahitan di bagian bawah dada yang dilanjutkan potongan A-line di bagian bawah jahitan tersebut. jadi terkesan sangat rapi dan berwibawa saat dikenakan. Pesonanya semakin lengkap dengan jilbab berwarna abu muda berbahan ultrafine voal motif baturaja dari brand asli indonesia DP STUDIO. Tak luput dari oufit-nya sepatu wedges berbahan kulit berwarna senada dengan jilbab, juga sebuah jam tangan kulit dari merek ternama.
Setelah selesai bersiap Ai keluar dan Dira sudah di mini bar sedang sarapan dengan Pak Toha.
“Morning, Ai,” sapa papanya.
“Morning, pa,” balas Ai yang langsung duduk di samping papanya. "Sarapan saya?” Tanya Ai pada Dira.
“Ah, iya, mbak, saya tadi bikin nasi goreng buat semua penghuni rumah, mbak Ai mau?” Tanya Dira.
“Kamu tidak baca buku agenda yang diberikan Janu?” Tanya Ai, serius.
“Maaf, mbak, belum,” jawab Dira, sembari mengambil sebuah buku agenda dari tasnya. “Oh iya, maaf, ya, mbak, akan segera saya siapkan,” lanjutnya.
“Tidak usah, kamu juga pasti belum terlalu tahu takarannya,” balas Ai, yang sudah mulai mengambil cangkir dan teh celup.
“Hot milk tea, satu buah pisang, dan satu telur ayam ceplok,” Dira membaca daftar menu sarapan untuk hari ini. “Sarapan begitu, kenyang, mbak?” Tanya Dira.
“Baca baik-baik semua catatan di situ. Bagaimana mungkin kamu bisa melewatkannya?” Kata Ai.
“Baik,” balas Dira.
Suasana menjadi sedikit dingin, papanya pun hanya menggeleng dengan sikap putrinya itu. Tapi Pak Toha sudah sangat hapal dengan pola pikir Ai. Jadi dia hanya tersenyum. Usai sarapan Ai dan Dira pamit berangkat.
“Diantar Pak Mo, ya?” Tanya Pak Toha menawari.
“Tidak usah Pak,” jawab Dira. “Saya sudah pesan taksi online. Sesuai petunjuk di buku agenda,” lanjut Dira, sambil melempar pandangan ke arah Ai.
Sementara Ai berjalan ke depan rumah, Dira berbicara sebentar dengan Pak Toha.
“Enjoy your job,” kata Pak Toha, meledek.
Dira hanya tersenyum, lalu berkata pada Pak Toha, “Hari ini jangan lupa pergi ke dokter.”
***
Sejak tahun 2018 saudi mencabut beberapa larangan yang biasanya berlaku pada kaum perempuan, di antaranya adalah larangan menyetir, karena itu kini para perempuan bahkan bisa bekerja sebagai driver taksi online. Meski demikian mereka tetap mengenakan abaya, karena memang itu sudah menjadi cara unik tersendiri bagi perempuan saudi.
“From malaysia?” Tanya driver itu.
“No, we’r from indonesia,” jawab Dira.
“Realy?” Sopir itu tak percaya.
“Because we can speak English?” Tanya Dira, yang sedikit jengkel dengan si sopir.
“Yah, afwan. As i know, mostly Indonesian female works in saudi as housemaid. I'm sorry for my bad,” sesal sopir itu.
“No problem,” balas Ai.
“So, what do you do?” Tanya sopir itu.
“This is my name card,” ucap Ai, sembari memberikan sebuah kartu nama.
“You are interior designer?” Kata si sopir.
“Yes i am,” kata Ai bangga.
“Cool. Allah yarham, insyaallah,” balas si sopir yang kali ini tampak senang bertemu dengan dua penumpang dari indonesia itu. Ungkapan doa semacam itu memang sangat mengkarakter pada gaya bicara orang arab yang artinya insyaallah Allah senantiasa merahmati.
Lima belas menit mereka sampai di alamat yang dituju, sebuah rumah besar di daerah Prince Faisal Bin Fahd road. Itu memang bukan hotel yang akan mereka garap, melainkan kantor pusat Khalid grup. Tak lama menunggu Ai dan Dira sudah dipersilakan untuk menemui Mister Khalid. Setelah sedikit memberi sambutan hangat, mereka berdua dibawa oleh asisten Mister Khalid ke ruang kerja mereka.
Kantor itu terdiri dari lima lantai, ruangan Ai ada di lantai paling atas satu lantai dengan ruangan para arsitek, furniture artist dan juga pelukis. Semua ruangan dibuat kedap suara, demi kenyamanan pekerja lainnya.
“Jadi, ini ruangan kalian, tiga hari lagi akan datang pelukis yang akan bekerja dalam project ini bersama kalian. Kenapa  kami buat satu ruangan dengan kalian? Karena dia juga perempuan, dan pelukis dari amerika keturunan indonesia. Siapa tahu anda bisa menegosiasikan harga lukisannya, sehingga sama-sama untung,” jelas pria asisten yang diketahui bernama Jafar itu dalam bahasa inggris aksen arab.
“Kenapa belum ada pembicaraan mengenai pelukis itu saat berada di jakarta kemarin?” Tanya Ai.
“Baru terpikir pekan lalu, saat kami pergi ke amerika, dan pelukis itu sedang mengadakan pameran untuk amal, kami turut menghadiri, lalu Mister Khalid sangat tertarik dengan lukisannya,” kisah Jafar. “Nanti saya kirimkan foto-foto karyanya. Bisa minta alamat email?”
Lalu Dira memberikan kartu nama Ai pada Jafar.
“Sorry ladies, can i ask you?” Tanya Jafar.
“Yes please,” kata Ai.
“Are you really indonesian?”
“Why?”
“I have housemaids from indonesia, but they don't speak english at all,” kisah Jafar.
“I always proud to be an indonesian,” kata Ai.
Benar kata orang, imej orang indonesia di saudi memang seperti itu, pendidikan rendah, pekerjaan hanya sebagai pembantu, sopir, tukang kebun, perawat orang tua, baby sitter. Barang kali itu tidak buruk, dan tidak memalukan karena halal. Sebenarnya banyak juga orang indonesia yang keren di sini, punya rumah makan indonesia, mini market yang menjual barang-barang kebutuhan orang indonesia atau penyedia katering untuk jamaah haji dan umroh bagi mereka yang tinggal di kota makkah dan madinah. Sangat jarang orang indonesia yang bekerja sebagai tenaga ahli, baik freelancer seperti Ai, maupun tenaga ahli dengan kontrak hingga sepuluh tahun seperti papanya.
Sore hari usai bekerja Ai dan Dira diajak oleh Pak Toha pergi ke pesisir pantai laut merah sembari menikmati bekal makanan, kopi, teh, dan air putih tentunya. Tak lupa Pak Mo turut serta. Ada juga sepasang suami istri rekan Pak Toha yang sengaja diundang untuk dikenalkan pada putrinya. Namanya Ami Usman dan Amah Salma.
“My mom from banjar masin, indonesia, my abu from yemen, but i can't speak bahasa,” kata Ami Usman.
“I'm from somalia,” kata Amah Salma memperkenalkan diri. “My son studies in indonesia,” kisahnya, membuka obrolan.
“Really?”
“Aiwa (iya). In ITS,” jawab Amah Salma.
“Surabaya, na’am?” Tanya Dira.
“Aiwa,” balas Amah Salma. Kemudian obrolan dan gurauan ringan mengalir di antara mereka, bahasa arab dan inggris bercampur tanpa terasa. Bahkan obrolan mereka sampai pada pembicaraan tentang indonesia.
“Pernah ke indonesia?” Tanya Ai, pada kedua teman papanya.
“Iya, pernah, saat mengantar putra kami, saya juga singgah ke banjarmasin, sekadar mencari tahu asal usul keluarga Umi saya,” jelas Ami Usman.
“Bagaimana pendapat Ami?” Tanya Ai.
“Sangat indah, wonderful mountain, beautiful sea, nice people, good weather, pemandangan yang diceritakan Umi saat aku kecil bisa kusaksikan secara langsung,” jelas Usman, dengan bahasa inggris aksen arab yang khas.
“Ada keinginan untuk ke indonesia lagi, Ami, dalam waktu dekat ini?” Tanya Dira.
“Insyaallah, next month.”
Meski tidak bisa bahasa Indonesia samasekali tapi Ami Usman itu memang sangat senang dengan orang indonesia, terlebih saat bertemu Pak Toha, yang bersahaja itu, mereka teman sekantor, jabatan Ami Usman adalah bagian HRD, sementara itu Pak Toha dikontrak oleh perusahaan tersebut untuk menjadi trainer para desainer interior muda yang ingin berkarir secara profesional di bidang interior.
“Drrrt...” Ada panggilan video masuk di ponsel Dira.
“Maaf, saya pindah ke sana dulu, ya,” pamit Dira malu-malu.
“Udaah, cepetan diangkat, tadi pagi sampe nggak konsen sama kerjaan,” komentar Ai, meledek.
Dira pun mencari tempat lain yang berbeda dari grombolannya tadi.
“Tadi malam sampe nggak bisa tidur, loh, pa,” kisah Ai, tentang Dira.
“Belum pernah LDR?” Tanya papanya.
“Belum,” jawab Ai.
“Bos nya tegaan, nih, pasti,” komentar Pak Toha.
“As you know, kan, pa,” balas Ai. Lalu keduanya tertawa.
Masih dengan senja di pantai laut merah yang memanjakan mata.
Sejatinya warna mata hari terbenam dan pesisir pantai selalu menawarkan romantisme yang sama di mana pun tempatnya.
Jakarta dan mama, jeddah dan papa, itu saja perbedaannya.
Atau barangkali senja ini semakin lengkap dengan rasa syukur atas segala rencana indah-Nya.

Hilang TanpaMuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang