"Hallo epribadeh!"
Suara lengkinganku berhasil membuat Eka dan Axel menatap kearahku. Dengan memakai baju putih tak berlengan serta celana jeans hitam dan sepatu putih kutarik dua koper besarku menuju kearah mereka. Ah, jangan lupakan fashion ikon yang selalu kugunakan. Yap, kacamata hitam.
"Lu mau kemana jul?"
Kini Axel yang membuka percakapan diantara kami. Wajahnya nampak melongo melihat penampilan serta koper ditanganku ini.
Hadeuh, Axel... Axel... kek ga ngerti wanita aja."Kita cuman tiga hari aja loh jul," ujar Eka tak kalah melongonya.
Ini lagi satu, si Eka emang ga pernah mengerti kebutuhan selebgram kek aku.
"Hadeuh, walaupun didesa dan cuman tiga hari doang. Penampilan gue harus tetap oke dong. Gimana sih jumineh,"
Eka dan Axel nampak semakin melongo kemudian menggelengkan kepala mereka. Emang gitu, mereka berdua itu ga pernah ngerti penampilan.
"Terus sekarang mana mobilnya? Gue mau naruh koper gue nih," tanyaku karena tak kunjung melihat mobil disekitarku.
"Itu!"
Mataku beralih mengikuti tangan Eka yang menujuk sesuatu diparkiran sana. Ah, mobil itu.
Eh woy tunggu dulu.
"Kita pake mobil pintu dua?"
"Ho'oh. Lu kan pengen banget tuh naik mobil yang pintunya cuman dua. Hahahha," ujar Axel dengan tawa diakhir kalimatnya.
Iya sih iya. Mobil pintu dua. Tapi bukan yang kek gitu. Itu mobil pintu dua yang ngangkut barang. Mana ada, kita naik begituan. Emang cukup? Kalau ga cukup duduk didepan berarti duduk dibelakang dong. Sama barang-barang yang banyak itu. Tidakkkk.....
"Gue saranin sih lu naik motor aja. Soalnya kan lu ga bisa naik mobil gituan," ucap Axel sambil tersenyum jahil. Alex sialan.
"Gue kan ga bisa bawa motor. Atau maksud elu, gue sama gojek gitu?" tanyaku dengan nada tak suka.
"Sama Alden noh," potong Eka pelan membuatku terdiam sebentar.
Sama Alden ya? Boleh sih, tapi. Ehh no no.
"Ga ah lu tau kan dia dinginnya ngeselin bat, jangan sampe disepanjang jalan kita berdua cuman kelahi aja," tolakku "lagian naik motor juga panas, ga mau gue." tambahku mencari alasan lain agar tidak pergi bersama si Alden itu.
"Terus lu mau gimana?" tanya Eka mulai kesal.
Aku terdiam sebentar, emmm. Sepertinya aku harus pergi sendiri nih.
"Gue bawa mobil aja deh."
"Wah wah, lu ga tau medan jalannya yah? Bisa-bisa mobil lu yang bagus itu bannya terlepas sebelah lari ke sawah. Lu mau?" ujar Axel membuat ku sedikit merinding. Benar juga, biasanya akses ke desa tak begitu bagus untuk mobil punyaku. Apa aku ikut saja dengan mobil itu? Tapi kan aku ga bisa mobil kek gitu. Bisa bisa belum sampai tempat tujuan aku sudah pingsan di jalan. Apalagi kata Axel medannya, uhhhh. Memikirkannya saja sudah membuat perut ku mual.
"Udalah, sama Alden aja. Udah untung loh dia mau bawa motor. Kalau ga karena lu yg mabok sama mobil begituan, dia pasti ga mau tuh bawa motor." tambah Eka membuatku semakin linglung.
Iya kali yah sama Alden aja. Toh, ga papa tuh kalau sepanjang jalan ribut terus. Daripada aku mabok. Berabe tuh. Tapi masalahnya harus yah sama si sarden? huhu
"Tapi kan nih panas banget ka. Liat gue juga pake baju gini. Tangan gue bisa jadi ikan kering nanti," ujarku mencari alasan. Masih kekeh tidak ingin bersama Alden.
Tiba-tiba gelap. Ah, bukan mati lampu. Ya kali diluar ruangan pas siang gini gelap gegara mati lampu. Lah terus apa dong?
Ku ambil sesuatu yang menutup seluruh wajahku ini. Hoodie?
"Iss," kesalku begitu ada sesuatu lagi yang mengganjal dikepalaku.
"Biar ga kepanasan,"
Aku membuang napasku kasar. Jadi, pelakunya Alden nih? Kurang ajar sekali, mengapa ga ngasih secara baik-baik, malah ngelempar gini lagi. Sebenarnya masalah hidupnya apa sih sama aku? Kok bawaannya kesal mulu sama dia.
Tiba-tiba mobil pintu dua itu berhenti didepan kami. Eka dan Axel langsung masuk dan duduk dibagian depan dengan wajah bahagia mereka.
"Disini adem tau jul," ujar Axel menggodaku.
Adem pala lu peyang?
Segera ku pakai hoodie hijau itu. Etdah, mengapa hoodie ini besar sekali? Udah kek tuyul dalam selimut aja aku.
"Pakein!" ujar ku yang sekarang sudah berada didepan Alden yang sedang memanaskan motor. Ehhh pake motor trail? Gilaaaa, woy keren bat nih.
Alden tiba-tiba menatapku. Seperti biasa dengan ekspresi dinginnya. Sebenarnya yah aku cuman mau bilang wajah Alden itu kek dingin dingin fucekboy gitu. Jadi bawaanya kesal pas liat dia. Udah ganteng kok dianggurin wajahnya. Kelihat kek fucekboy kan jadinya.
Dengan segara dia menarik tali helm itu kemudian mengaitkan mereka. Okey sudah aman. Eh tunggu koperku!
"Woy Eka koper gue tolong naikin di belakang tuh mobil pintu dua!" teriakku.
Begitu Koperku sudah aman dimobil itu barulah aku mendudukan bokongku diatas motor trail itu. Wuihh perjalanannya bakal seru nih. Udah kek anak motor aja aku. Hehe,
Begitu siap, Alden langsung melajukan motornya. Tapi, sial!
Ini motor bagian boncengannya kecil bangat. Kan tadi hampir jatuh kebelakang. Huaaa, salah motor ini. Kupastikan badanku akan sakit karena harus menyeimbangkan tubuh agara tidak jatuh kebelakang.
"Woy, gue kesusahan nih duduknya. Hampir jatuh gue." teriakku karena bunyi motor trail yang sangat memekakan telinga.
"Pegangan!" pintahnya membuatku otomatis memegang pundaknya.
"Gue bukan abang gojek!" teriaknya masih dengan suara yang dalam dan dingin.
"Lah terus gue pegangan dimana dong? Disini?"
Tangaku kuarahkan dihelmnya. Memang pemikiran yang gila sih. Tapi mau dimana lagi,
"Ya Tuhan,"
"Ha?" tanyaku yang kurang terlalu jelas mendengar suaranya yang terbawa angin.
"Ga mau kecelakaan kan?"
Mendegar pertanyaan Alden, otomatis membuat ku menabok helmnya. "Ga lah, lu gile ya?"
Tindakan ku ini memang kurang tepat. Ya dia posisinya adalah atasanku. Bagaimana kalau dia memecatku? Hadeuh, matilah aku. Ah, lupakan, dia tidak berani memecatku. Aku pastikan itu:)
Tiba-tiba satu tangannya membawa tanganku yang ada dihelmnya mendekat ke pingangnya. Jangan bilang mau aku peluk pingangnya nih. Ehh, woyy jangan kek sinetron napa?
"Pegang baju gue!"
Deg
Tiba-tiba saja pipiku memerah. Ada ape ini? Kenapa dia menghindari pelukan itu? Astaga, kok jatung aku dag dig dug ser gini. Ada masalah sama aku nih? Kenapa aku jadi senyum-senyum sendiri sih? Masa baper sama kelakuan yang gitu sih? Gila Jul?
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
PARTNERSHIT, I Love You!✔️
HumorCuman kisah ringan tentang seorang komikus dadakan dan partnershit-nya. Yang penasaran, cuss dibaca:) PARTNERSHIT, I LOVE YOU! by Febrianty Maria