"Karena komik kita berhasil memenuhi syarat, dan sebentar malam komiknya akan dirilis di platfrom komik online terkenal. So, kita bisa pulang ke kota hari ini."
Aku melotot bahagia begitu Gio memberikan pengumuman tersebut. What? Akhirnya kita pulang juga, huaaa. Kangen ibu...
"Kecuali Mbak Julia."
Kretek
Senyuman yang tadinya mengembang sempurna kini hilang ditelan pernyataan dari Gio. Aku menatap Gio dengan tatapan elangku, "Maksud Lo?" tanyakku dengan gaya alay.
Bukannya menjawab Gio malah mengerakkan matanya agar aku melihat kearah Alden. Ahh, tau nih, Siapa biang keledainya? Ya pasti Alden nih.
Shit, ngapain sih harus gue yang ditahan disini? Keknya dia demen deh sama aku. Astaga, solimin banget kamu Alden.
"Gue mau pulang. Ga ada yang boleh nahan gue untuk pulang. Titik," bantahku dengan kejamnya.
Aku melihat semua orang menunduk begitu Alden berdiri dari kursinya. Hah, mau kelahi yeh? Ayok, silahkan! Sini maju aku ga takut.
"Yaudah pulang!"
Ha? Yang benar nih? Aku memicingkan mataku curiga. Alden tidak mungkin berubah pikiran secepat ini. Hemmm
"Batalin perilisannya!"
Mendengar pernyataan Alden yang secara tiba-tiba itu, semua langsung menatap syok kearah Alden. Begitupun denganku. Aku hanya bisa menggelengkan kepala saking tak percayanya.
"Astaga naga kamu ini berdosa banget, JAMET!" ujarku sambil mengacungkan jari tengahku padanya.
"Woy lu kok ga ngehargain banget sih kerja keras kita? Minta ditampol lu yeh?" Emosiku mulai naik. Suer yah, gue mau nanya. Emosi ga kalau elu dah capek-capek ngerjain sesuatu terus tiba-tiba dirusakin aja. Emosi ga? Kalau ga, lebih baik pingsan aja sono
Eka tiba-tiba menarik tanganku lalu mencoba meredakan amarah ini. "Iss, jamet jamet pala lu berbi yeh. Lu ga ngerti apa? Masa kalau lu pulang dia lanjutin ngegambar sendiri dong. Kan kalian kerja sama otomatis elu harus berperan jamet. Mana nama lu juga dicantumin di komik itu woy." jelas Eka memarahiku begitu kami sudah berada sedikit jauh dari orang-orang.
"Kan dia bisa gambar sendiri tuh. Dia kan pro,"
Eka mencubit perut ku pelan membuatku sedikit melompat kaget. "Apa sih?"
"Kalau lu mau dia kerjain sendiri berarti elu ga usah kerja sama lagi sama dia. Lu pulang aja deh, jadi komiknya atas nama dia. Bukan elu." tegas Eka membuatku sedikit berpikir.
"Lah, kok gitu? Tapi kan, gue juga mau pulang. Disini ga enak woy. Digibahin sama ibu-ibu lagi, ga boleh posting posting lagi. Ga ah, malas disini." Tolakku lagi dan lagi.
"Bagus dong, itu tandanya mendewasakan elu biar segera lepas dari dunia Maya."
Aku cemberut mendengar perkataan Eka. Ada benarnya juga sih, tapi bagaimana dengan followersku? mereka pasti sudah menunggu kabarku. Uh cayang mereka, gimana dong?
"Tapi, gimana kalau misalnya gue tinggal disini sama dia, terus dia tiba-tiba bunuh gue? kan dia musuhan tuh sama gue. Sama gimana kalau dia jual gue ke om om genit?" ujarku masih mencari alasan dengan gaya anak kecil.
Eka menatapku datar, apa sih eka? Benar kan? Gimana kalau aku dijual si sarden?
"Ga ada yg napsu sama lu anying." sambar eka membuatku tertegun dengan kata-katanya. Pedis seklehh, "Lagian kalian juga udah kenal dari kecil, ga mungkin lah dia ngelakuin itu ke elu." sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARTNERSHIT, I Love You!✔️
UmorismoCuman kisah ringan tentang seorang komikus dadakan dan partnershit-nya. Yang penasaran, cuss dibaca:) PARTNERSHIT, I LOVE YOU! by Febrianty Maria