25

557 71 7
                                    

Kringg kringg

"Emmmm,"

Aku meregangkan tubuhku begitu bunyi alaram mulai mengusik Indra pendengaranku. Ahh, hari yang baru. Pertama kali dalam hidupku aku bangun sepagi ini. Bangun pukul 04.30 sangatlah baru bagiku.

Masih mencoba mengumpulkan nyawa, mataku enggan untuk terbuka. Setelah terasa nyawa benar-benar terkumpul semua dan magnet yang menarik tubuhku untuk tetap berada di atas kasur lenyap, spontan diriku melompat ala-ala atlet senam lantai.

"Huh hah. Yok mulai hidup baru yok. Kali ini elu dah jadi seorang emak jul. Yok semangat jaga Emily nya." ujarku sambil berolahraga mencoba menghangatkan tubuh.

Setelah mengambil keputusan kemarin, aku merasa harus merubah segala kebiasaanku. Menjadi seorang ibu angkat bukanlah hal yang mudah. Apalagi mengurus Emily sendirian. Saat mengurusnya bersama Alden saja benar-benar butuh tenaga ekstra, apalagi sendirian. Huft, aku jadi teringat Alden kembali. Sudahlah, aku memutuskan mengikhlaskan semua kejadian tempo hari, memilih lebih berfokus pada Emily. Ya, aku tau walaupun berat tapi mau bagaimana lagi? Aku tak boleh berlarut-larut dalam kesedihan dan ketakutan. This is not me guys.

Selesai berolahraga, aku langsung mengecek ponselku. Melihat list kegiatanku hari ini yang terlah kuatur kemarin malam.

1.) Masak
2.) Ngurusin Emily
3.) Ngurus hak asuh Emily

Wokehh, sepertinya hari ini lumayan berat kegiatanku. Tapi tak apalah. Aku harus professional terhadap keputusanku. Fighting Jul.

Ceklek

Pintu kamar mandi kubuka dengan lebar. Sebelum memasak ada baiknya aku membersihkan diri terlebih dahulu. Katanya mandi dipagi hari dapat membuat badan lebih segar. Emmm, ngokey. Bakal kucoba hari ini.

***

Satu jam sudah aku menghabiskan waktu untuk berbenah diri. Kini kegiatan selanjutnya adalah memasak. Ya, walaupun aku belum jago memasak tapi aku bisalah masak nasi. Itupun setelah diajar Alden tempo hari. Hem, Alden lagi. Fokus jul, fokus.

Perlahan kakiku mulai melangkah kearah dapur. Namun sesampainya di dapur badan ku sedikit membeku melihat dua orang wanita. Eh? Set-

"Mbak julia? Wah sudah bangun yah,"

Huft, aku membuang napas kasar tak jadi berteriak. "Astaga. Ya ampun mbak Dewi sama mbak Rani ternyata. Ku kira setan tadi mbak. Maapin pikiran jahatku, huhuhu." jelasku begitu menyadari dua orang wanita itu adalah staff Alden.

"Wajah kita kek setan yah mbak jul?" tanya mbak Rani dengan wajah cemberut.

"Eh nggak kok. Belum terbiasa aja aku bangun sepagi gini. Eh tiba-tiba liat kalian pake baju putih lagi. Mana rambutnya mbak Dewi dilepas. Kan pikiranku jadi traveling," lanjutku panjang lebar sambil menggaruk tengkukku yang tak gatal sama sekali.

"Hehe. Eh ngomong-ngomong mbak julia tumben bangun sepagi ini. Mau ke toilet yah mbak?" ujar mbak Dewi membuatku menggeleng cepat.

"Ga kok mbak. Ini mau bantu masak."

Mbak Dewi dan mbak Rani saling memandang. Sedetik kemudian mereka melihatku dari atas sampai kebawah. Emm, ada yang salah?

"Kok tumben mbak? Mbak ga lagi tidur sambil berjalan kan?"

Okey. Mbak Rani mulai ngawur. Aku berjalan mendekat kearahnya kemudian mencubit pipi gembulnya itu. "Galah mbak ran."

"Mbak Dewi sama mbak Rani yang tugasnya masak kan? Kira-kira hari ini mau masak apa mbak?"

Krikk

Krikk

Mbak Dewi dan mbak Rani masih menatapku penuh tanya. Hadeuh, pasti mereka masih ga percaya nih aku mau masak tiba-tiba gini.

"Hellow mbak Dewi. Mbak Raniii! Aku ga boong loh. Ini aku niatan belajar masak." kataku sambil mengibaskan tangan didepan mata mereka berdua.

"Ah, emm. Mau masak nasi goreng aja. Soalnya nasi sisa semalam masih ada." ujar Mbak Dewi yang mulai tersadar dengan situasi.

"Wokeng. Jo kita masak!"

***

"Terima kasih sarapannya." kata semua orang dimeja makan begitu selesai menyantap habis sarapannya.

"Gimana enak?" tanyaku dengan mata berbinar berharap mereka mengatakan bahwa masakanku hari ini memanglah enak.

"Enak mbak enak." ujar beberapa staff lelaki membuatku tersenyum bahagia. Akhirnya niatku membuahkan hasil.

"Ga."

Aku terdiam sebentar menahan rasa sakit akibat dua huruf yang dikeluarkan Alden barusan. Entahlah walaupun sudah terbiasa dengan perkataan pedas Alden namun kali ini terasa sakit. Mungkin karena keadaan kami yang tak seperti dulu lagi.

"Mbak Julia bangun pagi-pagi demi belajar masak loh. Keren banget mbak julia. Pokoknya masakan kali ini enak banget mbak." ujar Mba Rani sambil mengacungkan jempol kearahku. Membuat rasa sakit yang diciptakan Alden perlahan memudar. Mbak Rani memang the best.

Perkataan mbak Rani langsung dibalas tepuk tangan dari seisi rumah terkecuali Alden. Membuatku tersenyum malu. Ah, mereka ini ada-ada saja. Aku malu tau. Uhh,,

"Jule. Selamat udah naik level jadi emak yang baik buat Emily." kata Axel dan langsung mengacungkan jempolnya. Disambung dengan Eka disebelahnya yang langsung mengacungkan jempol padaku. Uh, sahabat terbaikku. Umachh buat kalian deh.

"Ah, Axel entar temanin gue ngurus hak asuh Emily yah." kataku mengingatkan Axel.

"Sip dah." kata Axel kemudian mengambil piringnya dan piring Eka untuk dicuci dibelakang.

"Eka, mbak Dewi sama mbak Rani. Entar aku minta tolong jagain Emily yah."

"Sip. Dengan senang hati mbak." kata mbak Dewi sambil mengacungkan jempolnya begitupun dengan mbak Dewi dan Eka mereka begitu antusias setiap kali menjaga Emily. Mungkin karena Emily gemesin.

Setelah menitipkan piringku untuk dibawa sama mbak Rani, aku mendorong pelan kursiku kebelakng berniat menemui Emily.

"Mbak jul mau kemana?" tanya Mbak Dewi membuatku mengarahkan pandangan pada mbak Dewi yang duduk disebelah Alden.

Ah, aku masih bisa melihat Alden yang duduk ditempatnya sambil memandangku. Sedikit aneh tatapannya, namun aku memilih mengalihkan pandanganku kearah Mbak Dewi.

"Mau mandiin Emily mbak." ujarku sambil tersenyum kemudian bergegas pergi menemui Emily.

Entahlah, apa yang dipikirkan Alden tentang perubahan diriku yang sangat berbeda dari sifat asliku. Semoga saja masih ada sedikit rasa dalam diri Alden untuk menjaga Emily juga.

***

Tbc

PARTNERSHIT, I Love You!✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang