"Akhirnya tidur juga si debay,"
Aku menjatuhkan tubuhku keatas sofa begitu selesai menidurkan bayi tersebut.
Huft, cuman mau bilang. Ternyata jagain bayi itu susahnya minta ampun woy. Pengen nangis tadi pas si bayi pipis dibaju aku. Kan jadi keingat perjuangan emak waktu jagain aku kecil. Huaa, maapkan anakmu yang ga bisa balas apa-apa padamu ibu.
Okey skip drama ini.
Aku membenarkan posisi dudukku begitu melihat Alden keluar dari kamar dengan wajah kelelahan namun masih ada sedikit ekspresi dinginnya.
"Yakin mau lanjutin jaga bayinya sampe ketemu orang tuanya?" tanyaku saat Alden juga dengan lelahnya mendudukan bokongnya pada sofa didepanku.
"Karna udah jawab iya jadi harus tanggung jawab,"
Helaan napas kasar dari Alden membuatku mau tak mau harus mendukungnya. Ini terpaksa yah, karena kasian sama debay nya.
"Keknya kita harus beli perlengkapan bayi deh. Soalnya kek tadi tuh ga ada susu, ga ada popok. Ribet kan kitenya." ujarku mencoba membuka ruang diskusi antara aku dan Alden.
"Ok. Beli keperluan dapur juga. Bahan makanan udah habis."
Aku mengangguk mantap. Namun seketika sebuah pemikiran terlintas diotakku. "Gue yakin bakal beli banyak barang deh. Yakin beli pake motor trail lu? Kan ga mungkin kita tinggalin si debay sendirian dirumah."
Alden nampak membenarkan posisi duduknya, "Gue udah telfon orang buat bawa mobil kesini."
Aaaa, si Alden ternyata cekatan juga. Keren, keren, prokk prokk prokk
"Tapi untuk beberapa barang mungkin harus beli online. Soalnya disini supermarketnya ga terlalu lengkap," lanjut Alden
"Oh kalau itu mah gampang. Mau pesan barang apa aja? Sini gue pesanin lewat aplikasi,"
"Tempat tidur bayi,"
"Pakaian bayi,"
"Mau yang warna apa? Disini banyak pilihan."
"Apa aja. Intinya sopan,"
"Mainan bayi,"
Alden terus menyebutkan apa-apa saja yang harus dibeli secara online sedangkan aku yang bagian mencarinya di aplikasi belanja online. But wait. Kok kita bisa akur gini yah? Kok? Ah, lupain aja deh, sekarang fokus aja sama debay.
"Okey semuanya udah dipesan. Tinggal tunggu barangnya datang aja. Tadi gue pesannya pake COD an jadi aman lah, kita ga perlu ke atm lagi." jelasku membuat Alden mangut-mangut mengerti setelah itu kami kembali diam dan terbenam dengan pikiran masing-masing.
Kok jadi diam lagi sih? Ah, ayolah aku benci suasana ini.
"Eh, namain bayinya yuk. Ga enak kalau manggil debay melulu." kataku kembali membuka pembicaraan. Terlihat Alden yang menatapku serius. Apa sih? Emang salah yah, aku ngomong lembut gitu ke dia? Aiss, jadi maunya dia kita tiap hari kelahi gitu? HAH?!
"Boleh." Aku menggaruk tengkuk ku yang tak gatal, astaga aku sudah salah sangka dengan tatapannya tadi. "Berarti lu siap jaga bayinya sampe ketemu orang tuanya?"
Ah, masalah jagain debay lagi yah? Ini aku mau jujur loh yah, debay itu sangatlah imut. Aku juga ga tega kalau sampai memberikannya pada bapak polisi. Hehe, walaupun capek namun masih ada pengharapan agar debay itu tinggal lebih lama lagi bersama kami. Itulah secuil harapan yang selalu menggangumu tadi.
"Siap-siap aja lah." Alden terdiam begitu mendengar jawabanku.
"Kalau gitu namanya Emily."
Emily? Eh woy sejak kapan si Alden bisa membuat nama secantik itu? Arghh, suer namanya cantik sekali jadi ngiri kan dengan namaku yang biasa dipanggil 'Juleha'. Huhu
"Boleh. Namanya Bagus. Kalau namanya Emily kita bisa manggil mily. Bagus juga tuh," ujarku mulai heboh.
Tiba-tiba saja kehebohanku berhenti begitu memikirkan sesuatu yang menjadi tujuan awalku datang kemari. "Berarti waktu membuat komik harus terpotong karena jaga si mily." ujarku mulai lesu mengingat akan semakin banyak pekerjaan kami.
"Mau ga mau, harus nyicil ngegambarnya dari sekarang." ujar Alden yang setuju dengan omonganku.
"Kalau bisa, dalam sehari kita bagi tugas." lanjut Alden membuat wajahku semakin serius mendengarkannya.
"Dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore, misalnya gue yang ngegambar lu yang jaga emily dan urusin pekerjaan rumah. Terus jam 6 sore sampai jam 6 pagi lagi lu yang ngegambar, gue yang jagain emily. Gimana?" jelas Alden penjang lebar membuatku memikirkan beberapa hal dulu.
"Jadi kita ga istirahat? Ga tidur?" tanyaku kaget.
"Yah gitu. Tapi bisa diselipin disela-sela pekerjaan."
Aku bergeming sedikit. Hadeuhh, apakah ini yang dirasakan ibu-ibu yang menjaga anak namun harus mengerjakan pekerjaannya juga di kantor? Mereka benar-benar hebat.
"Okelah kalau gitu."
"Ok. Nanti gue buat jadwal."
Setelah mengatakan itu Alden mulai menyusun jadwal dikertas sedangkan pikiranku melayang kemana-mana.
But wait, ada sesuatu yang kita lupakan.
"Alden!" panggilku membuat Alden mengangkat wajahnya.
"Jam berapa sekarang?"
Alden nampak menaikan alisnya bingung kemudian mengangkat tangan kirinya berniat melihat pukul berapa sekarang di jam tangannya. "21.45,"
Mataku melotot begitu Alden dengan polos dan santainya mengatakan hal itu. What the... Arghhh,
"KITA TELAT SEJAM LEBIH RILIS KOMIKNYA!" teriakku langsung berlari menuju ruang kerja.
"Aiss, bakal diamuk warga net nih woy!"
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
PARTNERSHIT, I Love You!✔️
HumorCuman kisah ringan tentang seorang komikus dadakan dan partnershit-nya. Yang penasaran, cuss dibaca:) PARTNERSHIT, I LOVE YOU! by Febrianty Maria