chp3

1.2K 87 7
                                    

"Sepertinya antek-antek yang dikirimkan ayahnya semakin banyak" Ucap A'lin saat zhang qiling menceritakan keonologi nya semalam.
"Ya" Jawab zhang qiling singkat.
"Tapi kenapa wu xie tidak mau meneruskan jabatan master macia ayahnya, padahal itu sangat mengenakan bisa hidup dengan gelamor" Ucap A'lin lagi.
"Dia tak sama" Jawab zhang qiling
"Tak sama? Maksudmu? " Tanya A'lin
"Aku tak tahu kau bodoh atau bego" Ucapan zhang qiling membuat A'lin menggebrak meja di depan ruang TV.
"Yak, kau yang terlalu bodoh tau" dengus A'lin
"Tapi kalau di pikir pikir sepertinya enak juga jadi anak seorang mavia" A'lin menyentuh dagunya membuat zhang qiling menatapnya malas.
"Dia tak seperti ayahnya, dia tak suka hidup terlalu gelamor, dia juga tak suka perkelahian, dia lebih suka ketenangan, itu alasannya dia memilih mengambil warisan ibunya di bandingkan jabatan tinggi ayahnya sebagai master mavia" Tutur panjang lebar zhang qiling yang masih terkesan dingin tampa ekpresi.
"Hmmmm sepertinya kau tau segalanya tentang wu xie" Ucap A'lin menggoda sahabatnya ini.
"Jangan bicara omong kosong, sudah malam lebih baik kau tidur" Ucap zhang qiling meninggalkan ruang TV menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Sesampainya di dalam kamar, qiling tidak langsung tidur melainkan, duduk di pinggiran jendela yang sengaja dia buka, jendela yang langsung menunjukan pemandangan malam berbintang dengan bila yang bersinar penuh.
Entah apa yang di pikirkan pria berumur 25 tahun ini, hanya saja kini bibirnya tengah melengkung indah menarik sisi kanan juga kiri nya membentuk sebuah senyuman, yang jarang sekali terlihat oleh siapapun.
"Menarik" Itulah yang di ucapkan zhang qiling sebelum dia memutuskan untuk menutup pintu jendela dan merebahkan dirinya di atas ranjang.

___________________

Seperti biasa, di pagi hari rumah wu xie terutama dapur sudah di hiasi dengan aroma wangi dari bahan bahan makanan yang sudah di masak.
Namun yang menikmati hanya seorang, siapa lagi kalau bukan yang memasak wu xie.

Sarapan wu xie memang tak semewah bangsawan seperti di rumah utama, dia hanya makan dengan masakan yang ia masak sendiri.
Mungkin jika wu xie punya kekasih mereka akan sarapan bersama:)

Wu xie melahap makanannya tampa buru buru, sambil menikmati udara segar, bukan dari AC melainkan AC alami, wu xie selalu membuka jendela di ruang makan agar hawa alam bisa masuk ke dalam rumah yang tak besar namun juga tak kecil itu.

Saat sedang menikmati sarapannya, drung henpon wu berbunyi, menampilkan beberapa hurup menjadi kalimat nama"Xiao Bai"
Tampa pikir panjang wu segera mengangkat telpon dari orang itu.
"Ada apa?pagi pagi sudah menelpon saja" Tanya wu saat dia sudah mengangkat sambungan telepon itu.

"Hehe, sorry, mmmm gege" Suara wanita terdengar melantun dari sebrang sana.
"Ada apa? " Tanya wu dia lagi
"Apa hari ini gege ada waktu? " Tanya wanita itu
"Katakan saja jangan membelit percakapan" Ucap wu
Terdengar kekehan dari sebrang sana.
"Bai yo yo, cepat katakan atau gege matikan telpon nya! " Ucap wu sedikit agak menggertak wanita bernama asli xiai Bai itu.
"Uh ao ao, gege apa hari ini kau bisa menemani ku, pergi ke pertunjukan kembang api? " Tanya Bai yo yo.
"Pertunjukan kembang api? " Tanya wu
"Ummm, shtttt jangan bilang gege lupa" Sahut Bai yo yo
"Aish, ahhh gege benar benar lupa, maaf" Jawab wu sesudah mengingat hari ini adalah hari perayaan china.
"Uhh gege," Terdengar nada kecewa dari sebrang sana.
"Baiklah gege akan menemanimu pergi, bagai mana? " Ucap wu
"Ao, gege jemput aku oky"
"Baiklah, "
"Terimakasih gege" Senang Bai yo yo.

Setelah berbicara beberapa gurauan di pagi hari, wu mengakhiri telpon dengan kesepakatan yang sudah di buat.
Siang harinya tepat pukul 12:00 wu xie sudah berada di depan stasiun, sedang apa? Tentu saja menunggu orang yang pagi tadi menelponnya dengan suara lantang memerintah nya.
"Gege.. " Sebuah teriakan membuat wu xie memandang ke arah di mana asal suara itu, di sebrang dan seorang wanita yang memakai hanfu lengkap dengan rambut yang di tata bak putri di jaman dinasti Qi,namun walaupun memakai baju adat tradisional Tiongkok itu wanita itu masih terkesan sangat mewah terukir dari bahan juga corak hanfu yang dia kenakan.
"Hueee gege aku merindukanmu" Ucap bai yo yo menghamburkan pelukan ke tubuh wu xie.
"Aish lepas jangan memeluk terlalu kencang, aku tak bisa bernafas" Ucap wu xie terengah-engah.
"Apa gege sudah menunggu ku lama? Ah maaf" Ucap bai yoyo menggandeng tangan wu xie.

   Mungkin jika ada orang yang tak tahu tentang status mereka berdua, pasti orang itu akan menyangka bahwa mereka adalah seorang kekasih.
"Sudah nanti kita ngobrol di rumah, kau sudah datang jauh jauh, kau perlu istirahat, lai'bai  gege antar ke apartey" Ucap wu xie membuat wanita berusia 21 tahun itu tersenyum.
"Hao bai, ayo kita pulang" Ucap bai yoyo mendahului wu xie yang membawa tas milik nya.

Tak lama sebuah mobil HAWTAI  berwarna merah terparkir di sebuah parkiran apartemen. Dua orang turun tepat dari pintu depan.
Wu xie segera mengambil tas di bagasi milik bai yoyo.
"Gege apa gege tak masuk duluan? " Tanya bai yoyo
"Tidak gege harus segera ke kantor, setelah pulang gege akan datang" Ucap wu xie mengusap rambut wanita yang sudah menjadi sepupunya itu.
"Ao janji" Ucap bai yoyo mengacungkan bayi jarinya.
"Umm" Ucap wu xie menyentuhkan  jari kelingkingnya ke jari milik bai yoyo.

    Setelah wu xie memastikan bai yoyo sudah masuk ke dalam gedung bertingkat itu, wu xie segera pergi mengendarai mobilnya menembus jalanan yang tak cukup ramai.

"Wu,, Wu" Sebuah panggilan membuat Wu xie berbalik setelah memarkirkan mobilnya di besmend.
"Zen tumemben kau baru datang" Ucap Wu melihat sahabatnya yang berlari mengejarnya.
"Aku pergi mengantar ibu ku ke rumah sakit" Ucap zenzuzu ngosngosan.
"Ohh, eh bibi sakit? " Tanya Wu ketika menyadari percakapan dengan temannya itu.
"Tidak, nenek sedang di rawat karna penyakitnya kambuh, jadi ibu menjaganya" Ucap Zenzuzu santai.
"Huffsss sukurlah aku kira bibi bernar sakit" Ucap Wu menghelas
nafas.
"Tumben kau juga baru sampai? " Tanya balik Zenzuzu menatap sahabatnya
"Aku baru menjemput xiao bai di stasiun" Ucap Wu enteng.
"Wow, apa dia datang? Aku tebak pasti datang untuk  melihat vestipal kembang api" Ucap Zenzuzu.
"Yah seperti biasa tebakan mu selalu benar" Ucap Wu menepuk bahu pria yang berumur satu tahun lebih muda dari dirinya.

    Kedua sahabat itu masuk ke dalam gedung bertingkat, tampa menyadari ada sepasang mata yang mengikuti mereka sedari tadi.





Bonus😆😆😆

(Calon menantunya mimin ckckkckck KC)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Calon menantunya mimin ckckkckck KC)

Annyeong mimin camback, jangan lupa vote 🌟comen 💭and follow guyss thanks.

Master The Darkness ((the last tomb reboot) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang