chp14

856 61 10
                                    

Typo!!! Harap maklum.....

    Selamat membaca^_^
_______________

      Sudah satu minggu wu xie tinggal di rumah xiaoge,satu minggu juga mereka menjadi lebih dekat, seperti saat ini keduanya tengah duduk menonton TV di ruang tengah dengan wu xie yang tidur berbantalkan paha zhang qiling.
   Eneh bukan???
Walaupun aneh tapi itulah kenyataan, keduanya sama sama merahasiakan rasa suka satu sama lain, biarlah mereka menyalurkan rasa suka mereka sedikit demi sedikit.

    "Xiaoge"panggil wu membuat pria yang tengah pokus menatap layar TV itu harus memalingkan pandangan nya dan menatap sang teraangka pemanggilan.
   Tak ada  jawaban dari pria yang tengah menatapnya itu, wu xie akhirnya melnjutkan kalimat nya.
"Besok aku akan kembali ke apartemen, sudah satu minggu aku tidak masuk kantor, dan aku tidak tahu apa yang terjadi di kantor" Ucap wu xie memainkan lengan baju nya.
"Tak enak rasanya jika beelama lama tinggal di rumah orang, semoga kau bisa mengerti" Ucap wu xie menatap wajah zhang qiling.
"Jadi besok kau akan pulang? " Jelas zhang qiling   yang di angguki wu xie.

   Terdengar helasan napas dari pria berambut hitam pekat nan memukau itu.
"Hao kau bisa pulang besok, tapi aku juga akan pulang bersamamu" Ucap zhang qiling datar membuat wu dengan segera bangkit dari selonjoran nya itu..
"K-kau.. Ikut!! " Ucap wu
"Kenapa apa tidak boleh? Atau ada orang lain di apartemen mu? " Celetuk zhang qiling dengan mimik wajah yang seketika berubah.
"Ah b-bukan itu.. Tapi"
"Baiklah terserah padamu, jika tak ingin aku ikut dan bertemu dengan kekasihmu" Ucap zhang qiling bangkit meninggalkan wu xie yang menatapnya heran.
"Ada apa dengan nya? " Gumam wu xie heran.

     Brakkkkkk.....
   Zhang qiling membanting pintu membuat suara keras memantul di ruanganny.... Wajahnya memerah bak kepiting panggang. Rahangnya sudah tercetak sempurna, entah kenapa ada rasa marah di hatinya saat wu xie menolak permintaannya untuk tinggal bersama di apartemen pria itu.
Brak...... Vas bunga yang terpajang di kamar nya terlempar sudah ke arah pintu membuat ruangan itu tmbergema kembali, amarah tampa sebab membuat zhang qiling melemparkan semua benda yang ada di kamar nya, setelah puas dengan melampiaakan emosi pada barang-barang nya zhang qiling mendudukan dirinya kasar di atas kasur, matanya terasa panas.
"Ada apa dengan ku? Kenapa aku sangat marah" Ucap zhang qiling mengusap rambutnya kasar.
     
    Tok..... Tok.... Tok...
Suara ketukan pintu terdengan membuat zhang qiling menatap ke arah pintu.
   Krekkkk....
Sesosok manusia  berdiri dengan tatapan hawatir ke arah zhang qiling, saat wu hendak masuk zhang qiling lebih dulu berkata.
"Perhatikan langkah mu" Ucap zhang qiling dingin, seketika wu lun menatap ke lantai yang sudah berceceran serpihan kaca dari vas bunga yang tadi di lemparkan oleh pria yang sedang duduk di atas kasur itu.
    Wu xie mengedarkan pandangan, sungguh kamar yang selalu membuatnya kagum karna kerapian juga rasa tenang kini berubah menjadi lautan kapal pecah di terjang badai.
   Wu melangkah mendekati pria itu. Saat hendak duduk di samping zhang qiling, pria itu seketika menggeser duduknya seperti ingin membuat jarak.

"Hahhhhhh" Helaaan napas Wu xie jelas terdengar di ruangan yang sunyi itu.
"Kau marah? " Tanya Wu xie pelan.
  Tak ada jawaban.
"Maaf tidak seharusnya aku menolak mu untuk tinggal dengan ku" Lanjut Wu namun sama sekali tak ada respon dari pria di sampingnya itu.
"Aku akan tinggal beberapa hari lagi di sini, setelah itu kemasi barang mu dan pulang ke rumah" Ucap Wu xie kini membuat zhang qiling berhasil memalingkan wajahnya menatap wajah Wu xie.
    Zhang qiling menautkan kedua alisnya membiarkan wu xie menahan tawa yang segera meledak.
"Apa ada yang lucu? " Tanya Zhang qiling heran.
"Hahha astaga.... Jangan menampilkan wajah seperti itu lagi jika tak ingin aku tertawa" Ucap wu memegangi perutnya yang terasa sakit.

     Setelah di rasa cukup dengan sesi tawa nya, wu xie kembali menatap wu, ada getaran aneh di dadanya kalau dia menatap pria di sampingnya, rasa nyaman, tenang, dan bahagia beecampur membuat kesan yang sulit untuk wu xie sendiri tebak.
"Jangan terlalu pokus menatap ku" Celetuk Zhang qiling lagi lagi membuat wu menahan tawa nya

"Kau masih marah? " Tanya wu.
  Zhang qiling hanya menggelengkan kepala.
"Xiaoge" Panggil wu memegangi tangan Zhang qiling.
"Aku tidak marah wu, jadi kau bisa keluar sekarang" Ucap Zhang qiling tampan menatap wajah wu.
    Wu merasa serba salah, memang tak seharusnya dia menolak ucapan Zhang qiling tadi, toh yang selama ini melindunginya dari anak buah ayahnya adalah Zhang qiling, dan yang lebih penting kini dia sudah merasa nyaman berada di dekat pria beetudung ini.
   Wu xie menundukan kelasnya, melepaskan genggaman di tangan zhang qiling.
"Bàoqiàn(maaf) kau pasti sangat marah, bukan maksudku membuat mu marah" Ucap wu xie menundukan kepalanya.

   Zhang qiling membalikan badannya menatap wu xie yang sedang tertunduk dengan tangan yang memainkan seprai putih di kasurny, hatinya tergerak untuk mengelus rambut pria itu.
    Tangan Zhang qiling terangkat mengelus lembut rambut wu, membuat wu xie menatapnya.
"Aku tidak marah" Ucap Zhang qiling lembut di iringi dengan senyuman yang sunggu sangat indah untuk di pandang.
"Benarkah? " Tanya qu xie masih dengan mimin sedih.
"Umm tentu, aku hanya sedikit kesal kau tak mengijinkan ku ikut" Ucap zhang qiling
"Bodoh.... Aku belum selesai berbicara tapi kau sudah pergi" Ucap qu xie.
"Biarkan aku bodoh karna mu tuan muda qu" Ucap zhang qiling mendekatkan wajahnya ke wajah eu xie, sampai bibir mereka akhirnya bertemu.

      Zhang qiling mengangkat tubuh qu yang terdudum dan mendudukan di pahanya, begitu pun wu xie yang mengalungkan tangan nya di leher zhang qiling membuat ciuman mereka manjadi lebih dalam.
   
      Zhang qiling merebahkab pelan tubuh wu di atas kasur dengan dirinya berada di atas tampa melepaskan pangutan mereka.
"Mppphhh" Desah kecil wu xie di sela ciuman itu.
    Tak ada ciuman atau tuntutan kasar, Zhang qiling menciun bibir pech itu lembut menjilat bibir atas dan bawah, memainkan lidahnya di gua hangat wu xie.

   Tangan nya melepaskan satu persatu kancing baju milik wu, sehingga kini terlihat dada datar namun mempesona itu membuat Zhang t melepaskan pangutan nya dan beealih ke dua nipel indah bak biji delima.
"Ahhhh.... Xiao... Mm.. Gw" Dewan wu saat Zhang qiling menciun nipel miliknya.
  Tak lula nipel sebelahnya yang di mainkan oleh tangan Zhang qiling membuat sensasi menegangkan untuk wu.
    Lidahnya menjilat, mengecup nipel itu, bak bayi yang tengah menyusu pada ibunya.









Mimin stop di situ lanjut part 2 new😇😇😇

Jangan lupa telan tombol vote 🌟 comen 💭and follow 🔄
Thankyou 😘😘😘😘

Master The Darkness ((the last tomb reboot) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang