O2

1.7K 232 73
                                        

"kenapa kau ke sini?"

wooyoung sedang berjalan menyusuri lorong rumahnya yang mewah sebelum kemudian suara kakaknya, mingi, menginterupsi langkahnya. "memangnya salah kalau aku mengunjungi rumahku sendiri?"

"rumahmu? jangan mengada-ngada. kau lupa kalau kau ini hanya anak haram?"

wooyoung menghela napasnya kasar. lagi-lagi sang kakak membangkitkan emosinya. "ayah yang memanggilku. puas?"

daripada berdebat lebih lanjut, wooyoung memilih untuk melanjutkan langkahnya ke kamar ayahnya.

"dasar penjilat."

langkah pemuda mungil itu seketika terhenti. dikepalkannya kedua tangannya hingga baku-baku jarinya memutih. "hyung tidak pernah diajarkan tentang etika ya?"

mingi mendengus. "seharusnya aku yang menanyakan pertanyaan itu padamu."

sebuah kerutan tercetak jelas di dahi wooyoung. ditatapnya nyalang sosok pemuda berambut merah ituㅡyang kini tengah berjalan menghampirinya.

"ㅡapa-apaan bajumu ini? kau ingin mengikuti jejak ibumu menjadi seorang pelacur?"

plak!

"kata-katamu keterlaluan, hyung!" ucap wooyoung dengan napas memburu. cairan bening telah menggenangi pelupuk matanya.

bugh!

sebuah tinju dilayangkan oleh mingi di wajah halus wooyoung hingga membuat darah segar keluar dari sudut bibirnya.

-----


















"ada apa ayah memanggilku ke sini?" tanya wooyoung setelah sampai di kamar sang ayah. sebisa mungkin ia telah mengatur wajahnya agar terlihat baik-baik saja usai kejadian tak mengenakkan tadi.

sementara itu, seorang pria paruh baya yang tengah duduk di kursi rodanya hanya menyambut kedatangan wooyoung dengan ekspresi datar lalu menyuruh anaknya itu duduk.

"ini soal pernikahanmu dengan san ...."

air muka wooyoung langsung berubah menjadi kecut begitu mendengar nama yang keluar dari mulut sang ayah. choi san, pemuda yang kini berstatus sebagai tunangannya atas dasar perjodohan demi memenuhi kesepakatan bisnis di antara kedua keluarga.

"... pernikahan kalian akan dimajukan menjadi dua minggu lagi."

mata wooyoung sontak membulat. "a-apa? tapi ayahㅡ"

"tidak ada penolakan. ini sudah perjanjian."

wooyoung bungkam usai mendengar kata-kata sang ayah yang tak terbantahkan itu. terkadang pemuda itu merasa lebih baik ia menghapuskan namanya dari silsilah keluarga jung dibanding harus meratapi nasib bahwa dirinya akan 'dijual' seperti ini tanpa bisa berbuat apa-apa.

tapi tentunya tak semudah itu menghidupi dirinya sendiri. wooyoung sudah terlalu terbiasa hidup dalam kemewahan.

-----


















"kau memintaku bertemu hanya untuk mengajakku ke sini?" tanya wooyoung sambil menatap pemuda di sampingnya dengan pandangan datar.

"tentu saja, memangnya apa lagi?" sahut san enteng. "pernikahan kita tinggal dua minggu lagi, sudah sewajarnya aku mengajakmu untuk memilih baju pengantin kan?"

tangan wooyoung bergerak menjambak surai ungunya frustasi. "kau saja yang pilihkan. aku sibuk," ujar pemuda itu lantas beranjak pergi dari butik mewah itu namun sayang lengannya telah lebih dulu dicekal oleh san.

"tetap di sini," pinta pemuda bermarga choi ituㅡyang lebih terdengar seperti sebuah perintah bagi wooyoungㅡditambah kedua netranya yang kini tengah menatap pemuda mungil di hadapannya dengan cukup tajam.

inilah alasan wooyoung tidak pernah merasa nyaman dengan san dan selalu mencari beribu alasan demi menghindar untuk bertemu tunangannya itu.

san adalah orang yang pemaksa dan terlalu terobsesi dengan yang namanya kesempurnaanㅡatau bahasa lainnya, ia seorang perfeksionis. dan wooyoung tidak suka dengan hal itu.

"wooyoung-ah, bagaimana dengan yang ini?" tanya san sambil menunjukkan satu setelan tuxedo berwarna putih pada wooyoung. nada bicaranya sudah kembali lembut sekarang.

wooyoung menoleh lalu menjawab seadanya, "bagus."

"kalau begitu cobalah." san memberikan baju itu pada wooyoung kemudian menyuruh salah satu penjaga toko untuk mengarahkan wooyoung menuju kamar ganti.

lagi-lagi pemuda bersurai ungu itu mengangguk pasrah dan memilih untuk mengikuti keinginan san ketimbang berdebat dengan pemuda itu seperti hari-hari biasanya.

tak butuh waktu lama bagi san untuk menunggu sang tunangan berganti pakaian. kini tirai telah terbuka menampilkan sosok wooyoung yang tampak gagah dan tampan di saat yang bersamaan, lengkap dengan setelan tuxedo putih yang membalut tubuhnya.

"you look stunning!" puji san dengan raut wajah berseri sedangkan wooyoung hanya tersenyum kaku.

setelahnya, san berjalan mendekat ke arah wooyoung dan menatapnya lekat-lekatㅡseakan mengagumi setiap inci wajah indah pemuda itu yang tak pernah berhenti membuatnya kagum.

sementara itu, wooyoung masih diam tak bergeming, bahkan ketika san menarik tubuhnya ke dalam pelukan pemuda itu lalu berbisik ke telinganya,




"aku mencintaimu."

-----




anggap aja di sini mingi
marganya jung ya hehe

bitter sweet; hwawoo [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang