O1

2.2K 272 56
                                        

"wahh, bagaimana bisa ada orang se-arogan itu?!"

wooyoung menghempaskan dirinya di sofa sambil menggerutu tak henti. karena suatu alasan, ia memutuskan tetap menginap di hotel ini dan mengikuti saran seonghwa untuk menyewa suit roomㅡjauh lebih baik dibandingkan tinggal di rumah mewah itu, begitu pikirnya.

di sela-sela pergumulannya, netra wooyoung menangkap satu hal yang menarik.

"kalau tuan butuh sesuatu, kau bisa menekan tombol satu pada telepon yang ada di dalam kamar."

mengingat perkataan seonghwa tadi, wooyoung pun mengembangkan smirk-nya.

"sepertinya menjahili pemuda itu akan menyenangkan."

ditekannya tombol nomor satu berulang kali pada telepon yang terletak di atas nakas itu dan benar saja, tak berselang lama ada yang mengetuk pintu kamarnya. dengan langkah seribu, pemuda bersurai ungu itu bergegas membukakan pintu.

"ada apa tuan? ada yang kau butuhkan?"

wooyoung mendengus kecewa setelah membuka pintu kamar hotelnya dan mendapati sosok yang datang ke kamarnya bukan seonghwa, melainkan seorang staff hotel wanita.

cantik sih, tapi wooyoung sama sekali tidak tertarik.

"panggil manager-mu," titah wooyoung.

"ne? kalau boleh tahu, untuk apa ...?"

"aku ingin dia yang melayaniku, apa itu salah?" jawab wooyoung enteng.

gadis itu tersenyum kikuk mendengar jawaban wooyoung. "maaf tuan, tapi pak seonghwa tidak bisa diganggu untuk urusan-urusan kecil. dan lagi, ini adalah tugas saya."

"ck! sudah panggil saja. aku ingin membicarakan hal penting dengannya."

gadis itu masih terdiam di tempatnya, bingung harus bagaimana. ia tahu betul kalau sang manager adalah seseorang yang terkenal galak dan tidak mau diganggu di sela-sela kesibukannya.

"tunggu apa lagi? panggil dia atau kau akan dipecat. asal kau tahu saja, ayahku adalah pemilik jung corporation."

"b-baik, tuan."

-----





















"ada apa?" setelah menunggu beberapa saat akhirnya wooyoung berhasil membuat seonghwa datang ke kamarnya.

"pemanas ruangannya rusak," jawab wooyoung asal.

seonghwa menatap wooyoung tajam. "kau memanggilku karena itu?"

mendengar pertanyaan pemuda itu, wooyoung malah menunjukkan cengiran tak bersalahnyaㅡmembuat seonghwa ingin memakannya hidup-hidup.

sejak kapan seorang manager mengerjakan tugas-tugas sepele seperti ini?

"pemanas ruangannya tidak bermasalah tuh," ucap seonghwa setelah mengeceknya.

"ㅡkau ... tidak mengada-ngada kan?" seonghwa memicingkan matanyaㅡmenatap wooyoung dengan penuh kecurigaanㅡyang langsung membuat pemuda mungil itu membuang pandangannya ke arah lain.

"oh ya? lalu kenapa aku masih merasa kedinginan?"

seonghwa memutar bola matanya malas. "jelas saja kau kedinginan kalau pakaianmu seperti itu."

memang sih, wooyoung hanya memakai kemeja berlengan pendek berwarna baby blue yang bisa dibilang sangat tipis, ditambah dengan dua kancing teratasnya yang dibiarkan terbuka.

entah sadar atau tidak, tadi di koridor hotel pun banyak pria yang memandangi wooyoung dengan tatapan 'lapar' ketika berpapasan dengannya.

"aku punya banyak baju hangat di rumah tapi tidak kubawa ke sini."

"jangan bilang ... kau habis kabur dari rumah?"

"yah ... bisa dibilang begitu."

seonghwa mencibir. "seperti anak kecil saja."

"hh! tidak sih, lebih tepatnya aku hanya mencari ketenangan. aku lelah kalau harus terus berdebat dengan kakakku. diaㅡ"

"stop! aku tidak berminat mendengarkan ceritamu dan tidak punya waktu untuk itu." setelah berkata begitu, seonghwa langsung keluar dari ruangan itu meninggalkan wooyoung yang masih terbengong di tempatnya.

bitter sweet; hwawoo [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang