O4

1.2K 200 63
                                    

"hyung, kau habis dari kamar tuan jung?"

"hm."

"apa dia baik-baik saja?"

seonghwa menatap heran ke arah jongho. "kenapa kau bertanya seperti itu?"

"kau belum lihat beritanya?"

"berita apa?"

"presdir jung meninggal."

kedua netra seonghwa sontak membulat.

ah, itukah sebabnya pemuda mungil itu terlihat begitu murung tadi?


"kalau kau tetap memilih untuk pergi dari sini, aku tidak bisa menjamin apa yang akan kulakukan setelah ini."

kata-kata itu seketika menghantui pikiran seonghwa.

"jongho-ya, kau bisa menggantikan tugasku malam ini?"

"mengawasi receptionist, mengevaluasi room service, dan mengecek bahan makanan untuk breakfast besok kan?"

seonghwa tersenyum puas lalu menepuk pundak jongho. "memang tidak salah aku memilihmu menjadi asistenku."

-----























tok tok tok!


aktivitas wooyoung terhenti karena mendengar suara pintu kamarnya yang diketuk berulang kali.

tadinya ia hendak mengabaikannya namun mendapati ketukan itu kembali terdengarㅡkali ini lebih keras dari sebelumnyaㅡakhirnya pemuda itu melempar cutter di tangannya asal lalu berjalan menuju pintu dengan langkah malas.


ceklek

"kenapa kau kembali?" tanya wooyoung dingin.

dapat seonghwa rasakan pandangan mata pemuda di hadapannya itu begitu gelap dan suram, tidak seperti hari-hari sebelumnya di mana kedua netra itu selalu bersinar. penampilannya juga jauh lebih kusut dibandingkan beberapa saat yang lalu.

"hanya malam ini saja," ujar seonghwa lalu melenggang masuk ke dalam kamar.

"siapa yang mengizinkanmu masuk?" wooyoung menatap seonghwa tajam lalu bertanya dengan tidak santainya.

"kau yang tadi memintaku untuk menemanimu. kenapa? tidak mau? kalau tidak mau ya sudah, aku pergi." seonghwa membalikkan badannya seolah-olah ingin berjalan keluar.

"aish, bukan begitu!"

seonghwa terkekeh dalam hati. ternyata menjahili pemuda ini sedikit menyenangkan.

namun sedetik kemudian netranya dibuat membola ketika menangkap satu hal.

"apa yang kau lakukan dengan benda itu?! jangan bilang ... kau ingin menyakiti diri sendiri?" seru seonghwa begitu melihat sebuah cutter tergeletak di atas meja. dan lagi, dalam keadaan mata pisaunya yang mencuat keluarㅡterlihat jelas seperti habis dipakai.

wooyoung terkekeh. "memangnya apa lagi?"

setelah menjawab seolah-olah itu bukan masalah besar, pemuda itu duduk dengan santainya di sofa sambil menyilangkan kakinya.

seonghwa pun hanya bisa menghela napasnya kasar. "apa kau tidak memikirkan orang yang menyayangimuㅡ"

"tidak ada."

seonghwa terdiam.

"... aku melakukan ini karena tidak ada yang membutuhkanku di dunia ini."

keheningan menyelimuti mereka selama beberapa saat hingga wooyoung memilih untuk memecahnya dengan tawa hambarnya. "ya-! tidak usah melihatku dengan pandangan seperti itu! aku tidak suka dikasihani."

bitter sweet; hwawoo [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang