BAB VI - I

5.7K 618 6
                                    


Menjauh dari Bright tidaklah mudah apalagi keduanya tinggal di bawah atap yang sama. Walaupun Win berusaha menjaga jarak, mereka tetap saling bertemu. Bright juga menghindari bertatap mata dengannya namun itu malah membuat Win makin terpesona padanya. Sialan bukan.

Dua hari setelah percakapan mereka di pantai, Win melangkah memasuki dapur setelah menyantap roti isi mentega kacang lalu kembali disambut oleh gadis setengah telanjang lain lagi. Rambutnya berantakan meskipun tidak disisir dia adalah gadis yang menarik. Harus Win akui, dia benci gadis-gadis seperti itu.

Si gadis berbalik untuk memandang Win. Ekspresi terkejutnya dengan cepat berubah menjadi tidak suka. Dia mengerjapkan kedua mata cokelatnya dan kemudian berkacak pinggang. "Apakah kau baru saja keluar dari pantry?"

"Ya. Apakah kau baru saja turun dari tempat tidur Bright?" Tukas Win. Itu terlontar dari mulutnya sebelum Win dapat menghentikan dirinya.

Bright sendiri telah menegaskan bahwa kehidupan seksnya sama sekali bukan urusan Win. Tch, dia memang benar dan Win seharus nya harus belajar menutup mulut. Si gadis menaikkan kedua alis matanya yang berbentuk sempurna kemudian seringai geli tersungging di bibirnya. "Tidak. Bukan berarti aku menolak naik ke tempat tidurnya jika dia mengijinkan tapi jangan pernah mengadu pada Frank." Dia mengibaskan tangannya seperti menghalau pergi seekor lalat. "Lupakanlah. Frank juga sepertinya sudah tahu."

Win jadi bingung. "Jadi, kau baru turun dari tempat tidurnya Frank?" Tanyanya sambil menyadari sekali lagi bahwa sekali lagi itu juga bukan urusannya. Namun Frank tidak tinggal disini jadi Win begitu penasaran akan apa yang tengah terjadi disini.

Si gadis menyapukan jemarinya ke rambut ikalnya yang berantakan dan menghela napas. "Yep. Atau lebih tepatnya tempat tidur lamanya."

"Tempat tidur lamanya?" Win mengulang.

Pergerakan di lorong membuat perhatian Win teralihkan, matanya mengunci mata Bright. Dia memperhatikan Win dengan sebuah cengiran yang menghiasi bibirnya. Bagus. Dia telah Mendengarkan Win mengorek keterangan. Ingin membuang pandangannya dan berpura-pura tidak pernah bertanya pada gadis itu apakah dia dari tempat tidurnya Bright atau tidak namun percuma, toh Bright sudah mengakab basah dirinya. Kilatan pengetahuan di matanya memberitahu Win bahwa itu tidak ada gunanya.

"Kumohon jangan biarkan aku jadi penghalang. Silahkan lanjutkan menginterogasi tamu Frank. Aku yakin dia tidak keberatan," ujar Bright dengan perkataan yang sengaja dilambatkan. Dia menyilangkan lengannya di dada dan bersandar pada kusen pintu seakan dia makin merasa nyaman.

Segera Win menundukkan kepala dan berjalan ke arah tempat sampah untuk menyingkirkan remah roti dari jemari sambil mengumpulkan pikirannya yang tersesat. Win yakin dia tidak mau melanjutkan obrolan ini apabila Bright masih mendengarkan. Itu membuatnya terlihat amat tertarik. Sesuatu yang sangat tidak Win inginkan.

"Selamat pagi, Bright, terimakasih telah mengizinkan kami menginap disini semalam. Frank minum terlalu banyak sehingga tidak bisa mengemudi kembali ke rumahnya," ujar gadis itu.

Oh. Jadi begitu ceritanya. Sial. Kenapa Win membiarkan rasa ingin tahu menguasainya?

"Frank tahu dia punya kamar kalau dia ingin tinggal di sini," timpal Bright. Win bisa melihat dengan menggunakan sudut mata jika Bright berjalan menjauh dari kusen pintu menuju meja dapur. Perhatiannya tercurah pada sosok Win. Dan itu jelas-jelas menganggunya. Win berpikir dia akan pergi dalam diam untuk menghindar.

"Well, uh, kalau begitu kurasa aku akan kembali ke lantai atas," suara gadis itu terdengar tidak yakin. Bright tidak menjawab dan Win tidak menoleh untuk memandang salah satu dari mereka. Si gadis menganggap itu merupakan suatu pertanda bahwa dia harus segera pergi sedang Win menunggu langkah kaki gadis itu menaiki tangga sebelum berbalik memandang Bright.

FALL [BrightWin] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang