Matahari sangat panas. Godji tidak ingin Win menguncir rambutnya karena itu akan terlihat lucu. Itu sama sekali tidak akan menjual, pikirnya. Karena para pria menyukai rambut yang tergerai berantakan. Terlihat sedikit nakal. Sayangnya bagi Win hari ini sangat panas. Begitu panas sampai dia bisa melihat fatamorgana diujung lapangan golf.
Merogoh pendingin dan mengambil es batu, Win menggosok bongkahan dingin itu pada leher. Membiarkannya menyelinap ke dalam baju. Hingga tak menyadari jika dia hampir berada di lubang lima belas untuk ketiga kalinya hari ini.
Tidak ada yang bangun pagi ini ketika Win memutuskan keluar dari kamar. Piring-piring yang kosong masih ada di meja. Tanpa intruksi Win membersihkannya dan melempar keluar makanan dipanci yang Bright tinggalkan sepanjang malam. Tch, sejujurnya itu membuat Win sedih melihat makanan-makanan terbuang percuma. padahal baunya sangat enak semalam saat dia baru pulang bekerja. Lantas setelah merenungkan betapa kasihan makanan-makanan itu Win membuang botol anggur kosong dan menemukan gelas gelas diluar disamping meja tempat dia menyaksikan Bright melakukan hal itu dengan wanita yang tidak diketahui.
Setelah meletakkan piring kotor di mesin cuci piring Win menyalakannya sejurus mengelap meja konter dan kompor, Win meragukan Bright memperhatikan tapi itu membuat Win merasa lebih baik tentang tidur gratis di rumah itu.
Berhenti disamping kelompok pegolf di lubang kelima belas. Mereka masih muda. Win pernah melihat mereka ketika mereka berada dilubang ketiga. Mereka membeli banyak dan mereka benar benar pemberi tips yang begitu baik. Jadi, demi alasan yang sepertinya tak akan pernah berubah─Uang- Win melakukan tindakan yang menggoda. Oke, lakukan asaja apapun untuk mendapat lebih. Hanya itu.
"Itu dia," salah satu orang berteriak saat Win berhenti di samping mereka dan tersenyum.
"Ah, puppy favoritku kembali. Disini sangat panas dari pada neraka. Aku butuh yang dingin satu, mungkin dua."
Win memarkir kereta dan keluar untuk pergi memutar kebelakang lantas mengambil pesanan mereka. "Kau ingin yang lain Mike?" Win bertanya kepadanya bangga pada dirinya sendiri untuk mengingat pesanan Mike yang terakhir.
"Ya, sayang aku mau." Mike mengedipkan mata dan menutup jarak antara keduanya, membuat Win sedikit tidak nyaman.
"Hei aku juga ingin sesuatu. Mundur lebih baik," kata pria lain dan Win terus tersenyum saat dia menyerahkan bir, mengerjab lantas tersenyum kembali saat pria muda itu menyodorkan uang dua puluh dollar. "Simpan saja kembaliannya."
"Terima kasih," Win menyelipkan uang ke dalam saku. Lalu melihat pada pria lain nya. "Siapa lagi?"
"Aku," seorang pria dengan rambut pirang pendek dan mata biru yang cantik berkata melambaikan tagihan.
"Kau ingin corona kan?" tanya Win meraih ke pendingin dan menarik keluar minuman yang dipesannya saat terakhir kali.
"Kurasa aku jatuh cinta. Dia cantik dan dia ingat bir apa yang kuminum. Lalu ia membuka nya untukku." Win tau dia hanya menggoda sambil menyodorkan tagihan ditangannya, mengambil bir dari Win. "kembaliannya untukmu cantik."
Win melihat uang lima puluh dollar saat dia memasukkan ke dalam saku milik Win. Pria-pria ini benar benar tidak keberatan membuang buang uang. Itu tip yg konyol. Win merasa seperti mengatakan kepadanya untuk tidak memberinya begitu banyak tapi dia memutuskan untuk tidak melakukannya. Karena toh mereka mungkin suka memberi tip setiap saat. Dan dia memang benar-benar membutuhkan uang-uang itu untuk hidupnya.
"Siapa namamu?" seseorang bertanya, Win lekas berpaling untuk melihat seseorang berambut gelap dengan kulit langsat menunggu untuk menyerahkan pesanannya dan mendengar jawaban Win.
"Win." Spontan Win meraih ke pendingin untuk bir yang dia pesan. Membuka tutupnya dan menyerahkan kepadanya.
"Kau punya pacar Win?" tanyanya mengambil minuman, detik saat dia menjalankan jarinya membelai di sepanjang sisi tangan Win benar-benar terasa membekukan otaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALL [BrightWin] ✅
Fiksi PenggemarMetawin datang dengan damai. Ia hanya ingin tinggal beberapa hari di tempat sang Ayah, setidaknya sampai ia punya cukup uang untuk mencari tempat tinggal lain. Namun, takdir malah mempertemukan dia dengan Bright Vachirawit. Saudara tiri yang seharus...