.
.
.
Win menghabiskan sandwich selai kacang terakhirnya dan membersihkan remah–remah dari pangkuan. Sepertinya dia harus segera pergi ke toko makanan dan membeli makanan baru. Sandwich selai kacang ini sudah hampir kadaluarsa. Win libur hari ini dan bingung mau mengerjakan apa. Jika dia berbaring di tempat tidur sudah pasti dia hanya akan memikirkan Bright dan betapa bodohnya dia malam itu. Apa yang dilakukan Bright untuk meyakinkan Win kalau ia hanya ingin berteman? Bright mengucapkan itu padanya lebih dari sekali.
.
Namun, Win harus berhenti berupaya agar Bright melihatnya lebih dari sekedar teman. Ya, Dia melakukan itu tadi malam. Atau seharusnya itu tidak dia lakukan. Bright tidak ingin menciumnya. Win bahkan tidak percaya jika dia harus memohon pada Bright untu sebuah ciuman.
.
Win perlahan membuka pintu pantry dan melangkah ke dalam dapur. Wangi dari bacon menyeruak di hidungnya dan jika saja bukan Bright yang sedang berdiri di depan kompor hanya dengan celana piyamanya saja, Win pasti sudah menikmati aroma kelezatan ini. Pemandangan indah dari punggung telanjang Bright sudah mengusir aroma bacon. Lalu, tanpa aba-aba Bright menoleh dari bahunya sambil tersenyum "Selamat pagi. Hari ini pasti hari liburmu."
.
Win hanya mengangguk singkat dan berdiri disana memikirkan apa yang seorang teman seharusnya katakan. Dia berjanji tidak mau mematahkan aturannya lagi. Win akan mengikuti aturannya. Lagi pula Win akan segera pergi dari sini.
.
"Baunya harum," balas Win kemudian.
.
"Keluarkan dua piring. Aku membuat bacon yang paling enak."
.
Sekarang Win berharap dia tidak memakan sandwich selai kacang tadi. "Aku sudah makan, tapi terimakasih sebelumnya."
.
Bright menurunkan garpunya dan berpaling menghadap Win. "Bagaimana bisa kau sudah makan? Kau baru saja bangun."
.
"Aku menyimpan selai kacang dan roti di kamarku. Aku baru saja makan itu sebelum aku kesini."
.
Dahi Bright berkerut mencerna kata-katanya. "Kenapa kau menyimpan selai kacang dan roti di kamarmu?"
.
Karena Win tidak ingin teman-temannya yang banyak itu menghabiskan makanannya. Tapi, tentu saja, tidak mungkin Win mengatakan itu. "Ini bukan dapurku. Aku menyimpan semua barang -barangku di kamarku."
.
Tubuh Bright menegang dan Win berpikir apa yang salah dengan kata-katanya hingga membuat Bright terlihat kesal. "Apa kau memberitahuku bahwa kau hanya makan roti dan selai kacang saat kau berada disini? Begitu? Kau membelinya dan menyimpannya di kamarmu dan hanya itu yang kau makan?"
.
Win mengangguk, tidak yakin kenapa hal ini dipermasalahkan. Bright memukul tangannya ke atas meja dapur dan membalikkan wajahnya ke arah bacon sambil memaki pelan. "Kemasi semua barang-barangmu dan pindah keatas. Ambil kamar mana saja di hall sebelah kiri. Buang selai kacang sialan itu dan makan apapun yang kau ingin makan di dapur ini."
.
Win tidak bergerak. Dia tidak yakin dari mana datangnya reaksi ini.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
FALL [BrightWin] ✅
FanfictionMetawin datang dengan damai. Ia hanya ingin tinggal beberapa hari di tempat sang Ayah, setidaknya sampai ia punya cukup uang untuk mencari tempat tinggal lain. Namun, takdir malah mempertemukan dia dengan Bright Vachirawit. Saudara tiri yang seharus...