.
.
.
.
.
Rasa lega yang Win harapkan ketika dia mengemudi keluar dari lampu lalu lintas pertama dari tiga lampu lalu lintas yang terdapat di Sumit, Alabama tidak muncul. Mati rasa telah mengambil alih keseluruhan 7 jam mengemudinya. Kata-kata yang Win dengar dari ucapan ayah tentang ibunya terngiang-ngiang terus menerus di dalam benak sehingga dia tidak lagi mampu merasakan apapun untuk siapapun.
.
Berbelok ke kiri di lampu merah kedua dan menuju ke pemakaman. Win perlu berbicara dengan ibunya sebelum menginap di salah satu motel disini. Win ingin ibunya tahu bahwa dia sama sekali tak percaya dengan semua itu. Win tahu seperti apa ibunya. Ibu seperti apa dia. Tak ada yang bisa menandinginya. Dia menjadi sandaran Win padahal saat itu dialah yang sedang sekarat. Tak pernah sedikitpun Win takut ibu akan meninggalkannya. Sampai saat itupun tiba.
.
Parkiran pemakaman kosong. Terakhir kalinya Win datang kemari banyak penduduk kota yang datang memberikan penghormatan terakhir mereka pada Ibunya. Hari ini mentari telah beranjak turun dan hanya bayanganlah yang menemani Win. Melangkah keluar dari truk, Win menelan gumpalan yang muncul di kerongkongan. Berada disini lagi. Mengetahui bahwa Ibu disini tapi dia tidak ada.
.
Win berjalan menyusuri jalan yang mengarah ke makamnya bertanya-tanya apakah ada orang yang datang mengunjunginya selama Win pergi. Ibunya memiliki teman. Tentu saja seseorang telah mampir dengan bunga-bunga segar. Mata Win terasa perih. Dia tak suka berpikir jika ibu telah ditinggalkan sendirian selama berminggu-minggu. Win senang telah meminta mereka menguburkannya disamping Tine. Itu membuat kepergian Win menjadi lebih mudah.
.
Gundukan tanah yang baru sekarang telah tertutupi rumput. Mr. Mu mengatakan pada Win bahwa dia akan menanamkan rumputnya dengan gratis. Ya, tentu saja karena Win tak mampu untuk membayar lebih.
.
Melihat rumput hijau membuat Win merasa ibunya telah terkubur dengan sempurna terdengar begitu menggelikan sama seperti kedengarannya. Makamnya sama seperti punya Tine sekarang. Batu nisannya tidak sebagus milik Tine. Itu sederhana; hanya itu yang mampu Win berikan. Menghabiskan waktu berjam-jam mencoba memutuskan apa tepatnya yang ingin Win katakan.
.
Nittha Pungsawit
April 19, 1977 – Juni 2, 2020
.
Cinta yang ditinggalkannya akan menjadi alasan untuk meraih mimpi. Dia adalah sandaran ketika dunia mulai runtuh. Kekuatannya akan diingat. Ada di dalam hati kita. Keluarga yang mencintainya sudah tidak ada lagi disini. Berdiri disini melihat makam mereka mengingatkan Win betapa sendirinya dia sebenarnya. dia tak memiliki keluarga lagi dan takkan pernah mengakui keberadaan Ayah setelah hari ini.
.
"Aku tak menyangka kau kembali begitu cepat." Win mendengar suara ribut kerikil di belakangnya dan dia tahu siapa itu tanpa harus berpaling. Win tak menatapnya. dia belum siap. Dia akan menatap menembus ke dalam dirinya. Luke telah menjadi temannya sejak TK. Tahun ketika mereka menjadi sesuatu yang lebih itu telah dapat diduga. Win mencintainya selama bertahun-tahun.
.
"Hidupku disini," balas Win singkat.
.
"Aku mencoba untuk berdebat tentang hal itu beberapa minggu yang lalu." Terdeteksi jejak rasa humor dalam suaranya. Dia senang menjadi benar. Selalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALL [BrightWin] ✅
FanfictionMetawin datang dengan damai. Ia hanya ingin tinggal beberapa hari di tempat sang Ayah, setidaknya sampai ia punya cukup uang untuk mencari tempat tinggal lain. Namun, takdir malah mempertemukan dia dengan Bright Vachirawit. Saudara tiri yang seharus...