"Gue temenin, ya." Tanpa permisi Asha duduk dibangku taman di sebelah Lukman, dengan jarak satu orang di antara mereka.
"Gak usah dimatiin rokoknya," Asha kembali berucap mencegah Lukman melakukan hal itu. Kalau dulu mungkin Asha akan berkata, "Matiin dong rokoknya kalo ada cewek deket lo. Bisa bikin muka jelek. Sayang skincare mahal gue."
Tapi itu dulu, jauh sebelum masalah hadir di antara mereka. Masalah yang Asha tidak tahu dari mana asalnya, tiba-tiba saja Lukman menjauhinya seolah dia adalah wabah yang harus dihindari.
Lagi-lagi begini. Salah gue apa sih? Gumam Asha dalam hati.
"Tunggu!" Asha menarik jaket Lukman, mencegahnya pergi. "Gue cuma pengen tanya satu pertanyaan. Gak lama."
Mendengar kalimat Asha, Lukman kembali duduk setelah menginjak rokoknya hingga mati. Meskipun sedang kesal dengan gadis di sampingnya, tapi Lukman tetap harus menghormati setiap wanita. Termasuk Asha.
"Kenapa lo benci gue?"
"Gue enggak-"
"Gak usah bohong. Gue tahu dan gue bisa ngerasain itu. Gak usah gue sebutin satu-satu, kan?" Asha menekankan setiap kalimatnya. Jika Lukman masih mengelak, dia akan menyebutkan satu per satu sikap buruk Lukman padanya.
Lukman melepaskan tangan Asha dari jaktenya lalu menatap gadis itu tepat di matanya. Jika ini yang Asha inginkan maka Lukman akan melakukannya, padahal dia tidak ingin mengkonfrontasi Asha secara langsung dan memilih menghindar.
"Karena lo ngerebut Dimas dari Sekar."
Asha memutuskan pandangan di antara mereka lebih dulu karena tidak tahan melihat sorot kebencian di mata Lukman untuknya.
"You should say thanks to me. Karena gue lo bisa bebas deketin Sekar."
![](https://img.wattpad.com/cover/239117288-288-k825470.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble in Paredise [Completed)
Teen FictionPantesan kemaren gue panggil dia dengan sebutan 'mas' agak gimanaaa gitu mukanya. Kayak gak seneng gitu, jutek lah ke gue. Eh ... ternyata seumuran. Ganteng sih ganteng, tapi mukanya tua. Dia jutek karena gue panggil mas, kan? Bukan karena denger su...