***
"Tadi lo ketemu siapa sih di dalem? Gue sampe muter dua kali," tanya Tedi dengan kesal.
Ketika melewati terminal satu A Bandara Juanda Tedi tidak melihat batang hidung Asha padahal dengan jelas Tedi mengirim pesan tunggu di depan supaya gadis itu bisa langsung masuk ke mobil saat Tedi tiba. Karena banyak mobil yang menekan klakson di belakangnya Tedi tidak bisa menunggu terlalu lama.
"Sorry banget, Kak."
"Lo tahu, kan, kalo gue ada janji sama cewek gue."
"Iya tahu. Entar gue deh yang jelasin sekalian minta maaf." Setelah memberikan solusi untuk masalah Tedi, Asha memilih diam karena kepalanya sibuk memutar pesan terakhir Alma dan juga kebaikan Untari di bandara.
Diamnya Asha membuat Tedi melirik ke arah gadis itu. Asha tidak biasa diam seperti ini, biasanya dia akan membalas ucapan Tedi seperti ini, "Pasti deh lo ada salah sama Mbak Mayang. Lo salah apa sampe setakut ini?"
Pertanyaan-pertanyaan sok detektif ala Asha dan selalu berakhir dengan menyalahkan Tedi. Salah satu prinsip sepupunya dalam berhubungan adalah kaum hawa selalu benar dan sebaliknya untuk kaum adam. Setelah itu Asha akan menyarankan, "Ya udah kasih voucher seharian ke salon aja, Mbak Mayang pasti happy lagi. Cewek kalo udah happy gampang maafin cowok. Sekalian voucher buat gue juga."
Saran yang diberikan Asha memang ampuh untuk mengembalikan mood Mayang, tapi sukses membuat dompetnya kempes. Apalagi ditambah Asha. Dia itu aji mumpung banget kalau ada yang mau bayarin ke salon, maksa minta dibayarin juga dan pasti semua treatmet dicoba. Pernah Tedi mengantar Asha ke Salon pukul sepuluh pagi dan baru selesai pukul empat sore. Untung saja saat itu salon yang dipilih Asha dekat dengan mal, jadi dia bisa membunuh waktu dengan makan dan bermain di arena permainan.
"Lo belom jawab pertanyaan gue."
"Ketemu keluarga Tante Untari terus gue diajakin makan."
Tedi menoleh karena terkejut dan Asha tahu keterkejutan itu, tapi pura-pura tidak tahu. Sampai saat ini Asha masih belum siap untuk melalukan QNA tentang dia, papahnya dan Untari dengan siapa pun.
Begitu pun dengan Tedi, dia memilih diam meskipun dadanya penuh dengan pertanyaan tentang Asha. Apa yang terjadi selama dua minggu terakhir? Apa yang dia lewatkan? Kenapa masalah Asha melesat secepat komet? Asha mau diajak makan satu meja oleh Untari dan keluarganya, apa yang sudah dilakukan Untari sampai Asha sedikit luluh seperti sekarang?
Tedi mengulum bibirnya, berusaha agar tidak ada pertanyaan yang lolos dari sana. Tedi memilih untuk menunggu sampai gadis itu sendiri yang melanjutkan ceritanya. Selanjutnya Tedi kembali fokus menatap ke jalan beraspal di depan, tapi telinganya siap menangkap suara Asha kapan pun. Ditambah suasana di dalam mobil yang sepi, telinga Tedi pasti mendengar gadis itu meskipun hanya gumaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble in Paredise [Completed)
Teen FictionPantesan kemaren gue panggil dia dengan sebutan 'mas' agak gimanaaa gitu mukanya. Kayak gak seneng gitu, jutek lah ke gue. Eh ... ternyata seumuran. Ganteng sih ganteng, tapi mukanya tua. Dia jutek karena gue panggil mas, kan? Bukan karena denger su...