CHAPTER 15

11.8K 1.2K 229
                                    

"Wah wah, pengantin baru kita sudah turun."

Sudut bibir Renjun berkedut pelan ketika Irene menyapanya dengan semangat. Niat awalnya ingin turun dan langsung keluar dari mansion ini harus pupus ketika Irene dengan senyuman lebar menariknya ke arah meja makan.

Irene adalah ibu Jeno. Wanita cantik dan baik hati yang mengatur semua hal yang berkaitan dengan pernikahan Renjun dan Jeno.

Tidak mungkin kan, Renjun bersikap tidak sopan. Jadi yang bisa dilakukan Renjun hanyalah tersenyum canggung ketika Irene menariknya untuk duduk di salah satu kursi. Tak lama setelah Renjun turun, Jeno juga turun dan melihat keduanya sedang bercengkrama.

Senyum Irene semakin merekah ketika melihat Jeno menghampiri Renjun dan mendaratkan ciuman singkat didahinya.

"Kalian ingin bulan madu kemana?"

Bulan madu apa?

Renjun bahkan tidak ingin menikah.

"Ka-"

"Kami akan ke Finlandia, istriku sangat menyukai langit malam."

Renjun menatap Jeno yang seenak jidat memotong perkataannya. Sementara yang ditatap hanya membalas dengan tatapan tenang.

"Ahh, sungguh? lbu juga sangat suka langit malam. Finlandia memang memiliki langit malam yang indah. Kapan kalian akan pergi?" Irene berujar dengan penuh antusias.

"Belum ditentukan" jawab Jeno.

Renjun tercengang. Dia sedikit kaget karena Jeno tahu dia sangat menyukai langit malam. Namun yang lebih membuatnya kaget lagi adalah keputusan sepihaknya.

Kapan dia setuju untuk bulan madu ke Finlandia? Kapan dia setuju?!

Orang ini jelas-jelas mengambil kesempatan dalam kesempitan! Terlebih lagi, dia mengatakan "istri?" Siapa yang istrimu?!

Renjun baru saja membuka mulut hendak bicara, namun Irene lebih dulu menghampirinya sambil tertawa. "Kalian belum menentukannya kan? Baiklah pertama tama kalian harus pergi ke Canada. Papa Jeno sangat ingin melihatmu, Renjun."

Renjun tercenung.

Siapa yang tidak mengenal Papa Jeno, Chanyeol Lee yang kini menetap bersama dengan istrinya di Canada. Bukan rahasia umum lagi jika Chanyeol bercerai dengan Irene sepuluh tahun yang lalu dan menikahi saudara tiri Irene, Wendy Son.

"Dia?" Jeno memicingkan matanya, nampak tidak suka.

"Jeno, jangan seperti itu. Biar bagaimanapun dia adalah ayahmu. Kalau bukan karenanya, kau tak akan ada Jeno. Jadi pergi dan temui dia, ya?" Irene sepertinya memohon, tapi saat Renjun melihat tatapan kerasnya, dia sejenak teringat dengan ibunya.

Sepertinya setiap ibu kelak akan memiliki tatapan keras kepala seperti ini saat menghadapi anak mereka.

Renjun menelan ludah, 'Apa aku juga akan seperti ini nanti?'

"Baiklah" Jeno menjawab setelah menatap Irene beberapa saat.

Renjun menatap ibu dan anak itu dengan wajah masam. Tidak bisakah mereka menanyakan pendapatnya? Apakah dia bersedia pergiatau tidak?

Libidine [ Noren ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang