BAB VI

18.8K 2K 126
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

"Jadi, apa yang lo dapet? " Jeno menatap lawan bicaranya penuh harap.


Lawan bicaranya menatap Jeno mantap. "Gue gak tau lokasi pasti dia dimana. Tapi, cctv terakhir yang berhasil ngerekam dia ada di Makau" jelasnya tenang sambil menyesap segelas cairan bening.

"Dia masih sama hacker itu?"

Lawan bicaranya menghela nafas dan mengangguk. "Dan si hacker itu punya nama Jen. Namanya Park Jisung."

"Its not my bussines." Jeno menyandarkan punggung tidak perduli.

"Di makau, kayaknya ni anak nemuin seseorang yang juga bantu pelarian mereka"

Jeno menegakkan duduknya. "oh ya?"

Ten mengangguk. Menunjukan tabletnya pada Jeno. Terdapat foto seseorang disana.

"Namanya Zhong Chenle. Keluarganya salah satu keluarga berpengaruh di China. Kemungkinan, dia yang bantu nyelundupin Ning-Ning dan Jisung keluar Makau tanpa ketahuan instansi pemerintah maupun orang orang lo."

Satu minggu yang lalu, Jeno mendapat telfon dari Liu YangYang bahwa salah satu riset teknologi yang didanai keluarga Lee telah dicuri oleh kelompok lain.

Teknologi itu, penting sekali untuk mendeteksi serangan siber. Dan Jeno tidak menyangka yang mencuri adalah professor muda kepercayaannya, Ning Yizhuo.

Keluarga Lee memiliki puluhan perusahaan keuangan dunia. Memiliki teknologi itu sangatlah mendesak. Jeno memutuskan membiayai tentang riset itu di salah satu kampus ternama Mexico. Tiga tahun keluarga Lee membenamkan investasi, prototype tersebut siap uji coba. Tidak bisa seenaknya kelompok mafia lain mencurinya begitu saja.

Dering telefon Jeno mengalihkan atensi mereka berdua. Nama Qian Kun menghiasi layar sebesar lima inchi tersebut.

"Halo"

"..."

"Siapkan jet untuk saya sekarang Kun."

Jeno buru buru berdiri dan menjabat tangan Ten. "Intelejen gue nemuin keberadaan prototype itu."

Ten membulatkan matanya. Turut merasa senang. "Jadi lo bakal berangkat sekarang?"

Jeno mengangguk pasti.

"Sorry gue gak bisa bantu banyak." Ten terlihat menyesal.

Libidine [ Noren ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang