BAB VII

18.4K 1.8K 163
                                        

Jeno menyandarkan punggungnya dikepala ranjang. Dirinya benar benar merasa lelah. Mereka baru sampai di Los Angeles sekitar pukul empat pagi.

Jeno melirik bergantian antara pemilik ponsel yang masih tertidur menghadap dirinya atau ponsel dengan case berwarna biru muda di genggamannya.

Sejak hari keberangkatan, ponsel Renjun memang disimpan oleh Jeno. Dirinya benar benar lupa dan baru mengingatnya sekarang untuk dikembalikan.

Jeno merapikan anak rambut Renjun yang berada di dahinya lantas dia tersenyum. Renjun terlihat polos ketika tertidur.

"Bisakah kau terbangun dengan wajah seperti ini saja? bukan wajah marah yang seringkali kau tunjukan" Jeno terkekeh.

srekk

Seseorang berhasil merampas ponsel tersebut ketika Jeno belum siap.

"Ponselku!" Renjun berkata serak khas orang bangun tidur. "Tidak sopan melihat ponsel orang sembarangan tuan."

Renjun memeriksa ponselnya. Masih utuh dan tidak lecet. "Huh syukurlah. Kupikir kau menjualnya."

"Jangan membicarakan sesuatu yang tidak penting Renjun."

Renjun mendecih. Beberapa saat, dirinya membulatkan mata karena baru tersadar.

"YAK, KENAPA KAU ADA DISINI."

Renjun hendak mendorong Jeno dengan ujung tumitnya, namun urung karena Jeno mencekal pergelangan kakinya.

Renjun mengecek pakaiannya membuat Jeno mendengus.

"Kenapa kau ada di kamarku?"

"Kamarmu? kupikir ini kamarku karena mansion ini milikku" Jeno mengangkat sudut bibirnya.

"Ter.se.rah" Renjun memutar bola matanya malas.

Jeno tersenyum lagi, tangannya refleks bergerak merapikan rambut Renjun yang berantakan.

"ohayogozaimasu, sakuya wa yoku nemashita ka?" Jeno menyapa dan tersenyum lembut. [selamat pagi, apakah tidur nyenyak semalam?"

hening

Sialan! , kenapa dia seperti ini!

"Watashi wa so omou" Renjun mengalihkan pandangannya ke samping dan menjawab pelan. [kupikir begitu]

'kenapa aku merasa malu?'

"Choshoku o tabemashou. anata no tame ni nanika o yoi shimashita" [ayo sarapan. aku menyiapkan sesuatu untukmu]


--oOo--


Renjun memakan sarapannya dalam diam membuat Jeno heran. Lebih tepatnya, Renjun terdiam semenjak Jeno keluar dari kamarnya tadi pagi.

"Apakah makananmu tidak enak?" Jeno menumpukan kedua lengannya di atas meja.

Renjun berdeham. "Tidak"

Jeno mengangkat bahu acuh dan kembali memakan sarapannya.

"Kapan kita akan kembali ke Jepang?" Renjun memecah keheningan yang tercipta diantara mereka berdua.
 
Jeno nampak berfikir. "Kita tidak akan kembali ke jepang Renjun"

"Ha?"

"Kita akan pulang ke korea. Aku sudah mengurus surat ijin kampusmu."

Beberapa saat yang lalu, Jeno mendapat kabar dari Han bahwa Nakamoto Yuta mengumumkan pertunangan dirinya dengan Renjun.

Tentu saja berita tersebut menjadi trending topic yang mengundang perhatian banyak orang. Tak terkecuali perhatian musuh Jeno.

Bodoh, Jeno tidak menyangka Yuta akan melakukan ini dengan cepat. Padahal, masih banyak hal yang harus diselesaikan Jeno. Jika musuh musuhnya mengetahui keberadaan Renjun, apalagi status Renjun yang menjadi tunangan Jeno, maka dapat dipastikan submissif ini sedang tidak aman.

Libidine [ Noren ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang