CHAPTER 19

7.9K 942 56
                                    

sesuai janji buat double up, yakali ga diramein. rameinlah.. :v

--oOo--

Renjun mengawasi dalam diam rute dan jadwal para penjaga di sekitar mansion yang telah berubah. Sia sia dia mengamati rute lama untuk melarikan diri, namun kini semuanya berubah setelah serangan sniper kemarin.

Renjun ingin mengumpat, namun dia dikagetkan oleh suara teriakan teredam dari luar.

"Apa lagi kali ini?"

Brak

Seorang berbadan kekar muncul dengan tangan penuh darah.

Renjun mengacak rambutnya frustasi. "Arrggggh, sebenarnya orang macam apa yang disinggung Lee Jeno"

Renjun melirik ke arah nakas dan menemukan sebuah pisau buah. Bagus, daripada tidak membawa senjata.

Pendobrak tersebut maju, seiring tangan Renjun yang bergerak mendekati nakas.

Belum sempat tangannya menggapai pisau tersebut, seseorang lebih dulu masuk ke dalam kamar melalui jendela dan menutup kedua matanya.

"Tutup matamu."

Slash

Kepala pembunuh bayaran itu terpisah dari tubuhnya.

Renjun bukan orang bodoh, walaupun menutup matanya sesuai perintah, dia tahu apa yang terjadi. Bau anyir menyapa indra penciumannya dan dia merasa mual. "Jeno.."

Renjun menarik lengan Jeno, memberi isyarat agar membawanya pergi dari sana secepatnya.

Jeno menggendongnya dan membawanya ke kamar di lantai dua. Setelah Jeno menurunkan Renjun di atas ranjang, Renjun buru buru berdiri, berlari ke kamar mandi dan berlutut di depan toilet.

Jeno panik melihat istrinya dalam kondisi yang begitu menyedihkan. Dia menghampiri Renjun dan mengusap punggungnya pelan hingga hampir semua makanan yang masuk ke perut Renjun dimuntahkan oleh submissif itu.

Jeno membantu membersihkan tubuh Renjun dan menggendongnya kembali ke kamar.

Ini bukan kali pertama dia melihat
pemandangan berdarah, namun ini kali
pertama dia bereaksi sekuat ini. Renjun sedikit panik dan beberapa firasat buruk memenuhi hatinya.

Dia. tidak mungkin hamil kan?

Renjun masih tenggelam dalam pikirannya saat Jeno masuk dengan beberapa orang.

Jeno duduk di pinggir tempat tidur, dia
mengusap pipi Renjun lembut. "Ini Dokter Mingyu dan asistennya. Dia akan memeriksamu." Dokter Mingyu tersenyum, namun Renjun tidak dalam suasana hati yang baik.

Dia ketakutan sekarang. Hanya saja tidak masuk akal bila dia menolak diperiksa. Jeno pasti akan curiga, jadi Renjun hanya bisa mengangguk setuju walaupun enggan.

Pemeriksaan dilakukan dengan cepat dan dokter Mingyu memberinya secarik kertas yang berisi daftar obat.

Dokter Mingyu sepertinya tahu bahwa Renjun hamil, namun dia belum berani memastikannya. Renjun menyiapkan mentalnya. Bila dia ingin pergi dari Jeno, dia harus melakukannya sekarang atau semuanya terlambat dan Jeno tahu tentang kehamilannya.

Lupakan misi membunuh Jeno. Yang ada, nyawanya menjadi taruhan jika dia masih bersama dominan itu.

Renjun bahkan tidak sadar ketika Jeno dan Dokter Mingyu meninggalkannya sendiri.

Renjun berbaring dengan mata terpejam, namun dia tiba-tiba merasakan mual sekali lagi dan segera berlari ke kamar mandi-muntah.

Renjun berlutut di depan toilet, air matanya
menetes karena mual yang dia rasakan.

Libidine [ Noren ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang