CHAPTER 21

11.9K 1K 218
                                    

"Ingat saat Junkai terbunuh?"

Jaemin terdiam menatap Renjun. Tidak menyangka dengan apa yang dikatakan submissif ini.

Junkai. Topik yang selalu mereka hindari. Tidak satupun dari mereka berdua mau membahas kejadian itu karena hanya akan membuka luka lama.

Jaemin menjawab pelan. "Aku tidak mungkin lupa."

Jaemin dan Renjun ditemukan oleh Jisung dan Jake dalam kedaan kritis. Sementara Junkai terbaring mati. dengan setengah bagian kepalanya pecah. Itu adalah pemandangan paling mengerikan sekaligus kenangan paling menyakitkan bagi mereka berdua.

"Saat itu, apa yang Jake katakan?"

"Dia tidak mengatakan apapun."

"Saat dia melihat... adiknya?" Renjun menundukkan kepalanya pelan.

"Dia hanya diam, menolong kita terlebih dahulu sebelum membawa Junkai pergi."

"Setelah itu, apa kau pernah melihatnya lagi?"

Jaemin menggeleng.

Renjun menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi mobil. "Dulu, ketika aku melakukan terapi trauma, Dokter menyarankan agar aku melakukan kegiatan seperti anak seusiaku"

"Aku melakukannya Nana, aku melakukannya. Kehidupan penuh berlian seperti yang kau katakan, memburu barang barang branded seperti anak lain ataupun tidak pernah menamatkan tugas akhirku. Aku melakukan semuanya agar kenangan menyakitkan itu hilang. Agar semuanya berakhir, tapi apa?" Renjun tertawa hambar. "Ternyata semuanya belum selesai"

"Awalnya aku melupakan ini karena faktor terapi traumaku. Tapi beberapa hari yang lalu aku kembali memimpikan hari itu. Sepertinya itu ingatan yang secara tak sengaja coba aku
hilangkan. Aku mengingat siapa pembunuh
Junkai. Aku mengingat bordiran phoenic di dadanya, itu adalah lambang black stone." Renjun berkata pelan, terkesan tenang.

"Black stone? Bukankah yang melakukan transaksi senjata dan mengejar kita saat itu Mammon?" Jaemin mengerutkan dahinya bingung.

"Hm. Ini juga yang membuatku bingung.
Kenapa anggota Mammon memiliki lambang
Black Stone." Renjun menghela napas pelan.

"Mungkin dia bagian dari black stone juga."
Jaemin menjawab asal.

"Kalau begitu aku tidak akan pernah bisa
bersama Jeno." Renjun tersenyum miris.

Mulut Jaemin kaku. Dia tak bisa berkata-kata
dan hanya melirik Renjun yang duduk di
sampingnya. Dia bisa melihat aliran cairan
bening dari mata Renjun ke dagunya.

"Jeno adalah petinggi Black Stone."

Jaemin tergagap. "A-apa?"

"Baru kemarin kurasa ketika daddy mengenalkan Jeno padaku. Yang ku tahu, dia hanyalah pewaris tunggal Lee Group, tidak lebih dan tidak kurang" Renjun menerawang kebelakang. "Kemudian Jisung mengatakan padaku bahwa Jeno adalah seorang mafia, dan kini bahkan dia adalah petinggi Black Stone. Black Stone yang menghancurkan kita, Nana."

Jaemin menatap Renjun penuh keraguan. "Darimana kau tahu bahwa Jeno adalah petinggi Black Stone."

"Aku menemukan emblem Black Stone di ruang kerjanya."

Libidine [ Noren ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang