CHAPTER 18

8.5K 993 85
                                    

--oOo--

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

--oOo--

Beberapa hari sudah berlalu sejak kejadian di bandara dan kini mereka sudah berada di Rusia. Renjun nyaris tak melihat Jeno karena dia selalu pergi sebelum Renjun bangun dan kembali setelah Renjun tertidur. Renjun tidak mempermasalah kan ini, justru malah mensyukurinya.

Biar bagaimanapun dia merasa sangat tidak nyaman sekarang di dekat Jeno. Semuanya terasa canggung setelah kejadian di bandara.

Renjun duduk di samping jendela menatap halaman mansion pribadi milik Jeno. Cuaca di luar semakin dingin dan mungkin akan turun salju. Tatapan Renjun nampak bosan dan tak ada yang bisa menebak apa yang sedang dia pikirkan dan ini terus berlangsung selama beberapa hari.

"Tuan muda, apa Anda tidak merasa bosan terus melihat halaman?" tanya salah seorang pelayan yang selama ini melayani Renjun.

"Bosan, tapi aku harus melakukannya."

"Apakah anda ingin berbelanja?"

"Tidak, aku sedang malas."

"Ataukah anda ingin memasak?"

Renjun menatap pelayan itu lama. "Terakhir kali memasak, aku hampir membakar gedung apartemen daddyku."

Pelayan tersebut sedikit terkejut, namun tetap mempertahankan senyumnya.

"Baiklah, saya akan memanggangkan kue untuk anda bersantai." katanya sembari menunduk dan berlalu.

Renjun menoleh ke arah pintu dan melihat seorang wanita berdiri menatap ke arahnya dengan wajah datar. Renjun kembali menatap ke luar jendela dan menghela napas.

Wanita itu adalah Ryujin, orang yang secara pribadi dipekerjakan Jeno untuk menjaganya. Dalam sekali lirik Renjun tahu bahwa Ryujin adalah seorang profesional.

Dia terlihat seperti tentara bayaran, terkadang juga terlihat seperti pembunuh bayaran. Sejujurnya Renjun merasa sangat canggung karena terus ditatap olehnya.

Beberapa saat kemudian pelayan ceria itu kembali dengan beberapa kue kering dan segelas wine. Renjun melirik wine itu dan ingin meminta pelayan menggantinya dengan minuman yang lain, tapi dia mengurungkannya.

Dia sudah dewasa dan tak akan mabuk hanya karena segelas wine kan?

Namun ekspektasi kadang tak sesuai realita. Renjun meletakkan kepalanya di meja. Dia merasa sangat pusing. Ryujin dan pelayan yang selalu melayani Renjun mencoba membawanya kembali ke kamar, namun Renjun menolak.

Dia terus duduk dan meletakkan kepalanya di meja. Ini terus berlangsung sampai Jeno kembali ke mansion.

Jeno terdiam melihat Renjun, dia sudah mendengar semuanya dari Ryujin dan untuk alasan inilah dia berusaha kembali lebih cepat.

Jeno menghampiri Renjun dan mengusap rambut Renjun lembut. Renjun mengangkat kepalanya dan bertemu dengan tatapan lembut Jeno.

Renjun mengerutkan bibirnya dan mulai mengeluh tanpa sadar, "Kepalaku sakit."

Libidine [ Noren ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang