CHAPTER 17

14.2K 1.3K 278
                                        

Happy 100k, Gbu guys ♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy 100k, Gbu guys ♡

wow wow
this is unexpected

-----

"Siyeon, kau benar-benar bodoh." Wendy menatap Siyeon dingin. Dia dengan santai melambaikan tangannya dan seorang pria berperawakan besar maju.

Dia mengeluarkan pistol dari pakaiannya dan menodongkannya ke kepala Siyeon.

Siyeon membelalak kaget, dia panik dan mencoba lari. Tapi dia ditahan oleh dua pelayan wanita Wendy. Siyeon mulai menyesali keputusannya untuk datang ke mansion ini. Dia memang menyukai Jeno, tapi dia sebenanrnya tidak cukup berani untuk datang kemari. Hanya saja orang itu memprovokasinya dan dia terpancing.

Siyeon sangat menyesal, andaikan dia tak terpancing perkataan orang itu. Tapi sayang penyesalannya sudah tak berguna didepan moncong pistol.

Pistol itu menggunakan peredam suara, jadi tidak ada suara bising saat pria berperawakan besar itu menarik pelatuk. Semuanya berlalu dengan cepat, hanya menyisakan mayat Siyeon dengan mata terbelalak penuh kengerian.

Wendy menatapnya dengan tatapan datar dan dengan satu lambaian tangannya, tidak ada lagi Park Siyeon di dunia ini!

Dari Lantai dua, Chanyeol menatap pemandangan itu dengan tatapan dingin. Seolah melihat mayat Siyeon tak ubahnya seperti melihat ruangan kantornya sendiri. Biasa saja.

-----

"LARI NANA, BAWA JUNKAI. JAKE MENUNGGU DI PERBATASAN!"

Suasana genting menyamarkan teriakan Renjun yang tengah menekan luka di pahanya dengan sobekan kain selendangnya sendiri.

Sementara Jaemin kepayahan menarik tubuhnya untuk mendekati Renjun.

Rintik hujan memperburuk semuanya. Suara jual beli tembakan masih terdengar nyaring. Misi mereka gagal total. Bukannya mendapat bukti transaksi penjualan senjata ilegal, mereka malah dikepung pembunuh bayaran.

Bahkan kabarnya, siapapun yang dapat memenggal dan membawa kepala pemimpin kelompok bernama Shinigami akan dihadiahi 10 juta dolar. Harga yang sangat fantastic.

Namun, tidak ada yang tahu benar siapa sebenarnya pemimpin kelompok ini. Tidak ada yang tahu bahwa kelompok pemberantas itu dipimpin oleh dua orang pemuda berusia dua puluhan yang masih tercatat sebagai mahasiswa salah satu universitas terbaik di Jepang.

"Tidak Renjun, aku tidak bisa meninggalkanmu." Jaemin sedikit meringis sembari memegang lengannya yang sempat terserempet peluru.

Sementara satu lagi anak lelaki tak kalah menyedihkan terlihat disana. Huang Junkai, papanya adalah seseorang yang akan membeli ribuan senjata ilegal dari suatu kelompok mafia. Sialnya, papanya ditembak tepat didepan kepalanya sendiri. Kelompok mafia itu licik, menggunakan cara kotor seperti itu untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

Libidine [ Noren ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang