BAB II

21.8K 2.3K 218
                                    

Renjun mengamati alamat yang dikirim daddynya via email.

Lee Corporation.

Yang benar saja.

Apakah tidak ada tempat lain yang lebih elite daripada kantor milik pria ini. Ah ya, alasannya karena pria ini adalah pria yang sangat sibuk.

Sedikit lagi. dia akan bertemu dengan si manis alias gelang yang diincarnya. Renjun mengemudi santai dan tersenyum layaknya orang bodoh.

Untuk urusan Lee Jeno, yang Renjun tau dia adalah pemilik perusahaan besar yang bergerak di bidang teknologi dan keamanan. Hal itupun diketahui Renjun setelah melihat internet. Daddynya sama sekali tidak memberi gambaran tentang Jeno.

Selebihnya, dia tidak tahu dan tidak ingin tahu.

Renjun memutar kemudinya ke samping ketika gedung yang dituju mulai terlihat. Gedung dengan gambar bola dunia besar dan tulisan LEE'S CORP sebagai maskot.

Yang bahkan dalam jarak ratusan meter bisa dibaca dengan jelas. Salah satu gedung impian para lulusan terbaik negeri ini.

Renjun menunjukan kartu identitasnya pada penjaga yang menghentikan mobilnya di depan.

Sang penjaga membungkukan badannya sopan dan Renjun kembali melajukan mobilnya ke arah basement khusus petinggi.

Peduli setan.

Renjun menurunkan kakinya yang dibalut sepatu convers berwarna hijau neon. Lelaki dengan kemeja berwarna hitam ini melangkahkan kakinya dengan anggun dan penuh rasa percaya diri.

Renjun melenggang melewati orang asing yang sama sekali tidak dia kenal dan dia pun tidak ingin mengenal mereka. Tujuannya kemari hanya satu. Bertemu Lee Jeno lalu pulang ke rumah.

Renjun menghentikan langkahnya tepat di depan meja receptionist dan mengetukkan jari lentiknya disana.

"Lee Jeno ada?" tanya nya tanpa basa basi.

"Maaf, sudah membuat janji temu dengan Mr. Lee?" tanya receptionist tersebut dengan senyum yang senantiasa terpatri.

"Nope. Bilang saja padanya, Nakamoto Renjun mau bertemu"

Sang receptionist menatap Renjun aneh. Mungkin, sekarang dia seperti melihat seorang lelaki gila yang sayangnya terlihat manis dan berkelas.

"Baik Tuan. Silahkan ditunggu disana." sang receptionist wanita itu menunjuk satu set sofa di sebelah kanan.

Renjun mengangguk mengerti. "Hurry up!" katanya setengah menekan.

Renjun melenggang kembali untuk duduk di sofa tersebut. Menanti dengan manis kedatangan si Lee Jeno.

--oOo--

Pada saat yang sama, Lee Jeno tengah menerima tamu dari luar negeri. Salah satu kolega bisnis yang akan berpartisipasi dengannya untuk peluncuran produk terbaru.

Setelah menghabiskan beberapa jam yang menguras tenaga, Jeno menjabat tangan lelaki tersebut dengan senyuman sopan.

"Ternyata soal anda yang cerdas bukan bualan semata." lelaki yang ditaksir berusia empat puluhan itu memuji Jeno tulus.

Jeno tersenyum penuh rasa terimakasih.

"Saya berterimakasih Mr. Jung. anda percaya pada perusahaan kami" lanjut Jeno.

Jung Jeffrey menjabat telapak tangan Jeno mantap. "Justru saya yang berterimakasih. Daftar tunggu kerja sama dengan perusahaan anda sangatlah panjang."

Jeno sedikit berbasa basi, lalu mengantar tamunya yang berasal dari negeri ginseng itu keluar dari ruang rapat.

Sepeninggal tamunya, Jeno menyandarkan tubuh lelahnya ke arah kursi.

"Apa jadwal saya selanjutnya Han?" dengan menggunakan lengan sebagai penutup mata, Jeno bertanya pada Han Jisung, personal asistennya.

Han mengecek tabletnya yang berisi jadwal Jeno untuk minggu ini.

"Tidak ada sir, tetapi Sekertaris Kim bilang seorang sedang menunggu anda di lantai bawah."

Jeno menurunkan lengannya dan menatap Han. "Siapa?"

"Nakamoto Renjun. dia sudah menunggu anda sejak empat puluh menit yang lalu"

--oOo--

Renjun memainkan kukunya bosan. Dia lebih betah berkeliling toko toko barang bagus kesuakannya daripada harus duduk diam disini.

Lama sekali, sesibuk apasih Jeno Jeno ini. Apa kesibukannya mengalahkan presiden?.

"Ck.."

Renjun berdiri dan melangkahkan kakinya menuju meja receptionist.

"Jeno ada ?" tanya nya kesal dengan mata berkilat.

Ini sudah ketiga kalinya dia bertanya hal yang sama. Sang receptionis menatap Renjun takut takut. Takut Renjun tiba tiba mengamuk dan membakar habis gedung ini.

"M-maaf Tuan, Mr. Lee masih menerima tamu dari luar negri"

"Mau dari luar negeri kek. Luar angkasa kek, I dont care. I just need to met him"

Sang receptionis hanya menunduk. tidak tahu harus berkata apa. Dia tadi sudah mengirim pesan ke asisten maupun manager atasannya. Namun, belum ada balasan.

"For God sake." Renjun melangkahkan kaki menjauh membuat receptionist wanita ini menghela nafas lega.

Renjun menyambar barang barangnya kesal. Berjalan dengan hentakan dan kembali menuju ke basement. Satu ide gila tiba tiba terlintas di pikirannya. Renjun menyeringai.

Thanks to daddy Yuta yang mewariskan banyak sifat liciknya kepada Renjun.

Renjun menatap banyak mobil di basement. Matanya menyapu keseluruhan basement dan berhenti pada satu titik.

Lamborghini aventador berwarna hitam metalik yang terparkir tepat disebelah ferrari 488 spider miliknya.

Renjun bersiul dan berjalan mendekat. Submissive itu menghentikan langkahnya tepat di depan mobil yang dia yakini milik Ceo perusahaan ini.

Renjun menyeringai puas, mengamati sekeliling dan menemukan besi penghalang milik satpam yang terletak tidak jauh di depan sana. Tanpa peduli, Renjun mengambil besi berukuran selengan tangannya dan mengangkatnya tinggi tinggi.

Jika Lee Jeno tidak berniat menemuinya, maka akan dia buat Lee Jeno menemuinya.

Sekarang.

Tanpa dapat dicegah siapapun, Renjun menghantamkan ujung besi tersebutdengan kekuatan penuh pada kaca depan mobil Jeno.

Pyarrrrrr

Kemudian yang tersisa hanyalah retak berukuran setelapak tangan yang menyebar dan alarm tanda bahaya yang berbunyi nyaring.

--oOo--

To Be Continue

Libidine [ Noren ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang