Pagi sudah tiba, Lisa mengeliat di atas kasurnya ketika merasakan wajahnya menghangat akibat terpapar cahaya matahari yang menerobos masuk melalui sela- sela kamarnya.
Gadis itu mulai mengambil posisi duduk, setengah sadar, ia mengucek- ngucek pelan matanya yang masih terbuai oleh rasa kantuk.
Setelah merasa benar- benar sadar, gadis itu segera bergegas menuju kamar mandi.
🌼
Lisa menuruni tangga dengan langkah tergesah, pakaian sekolah lengkap dengan jas almamater melekat indah di tubuhnya. Tak lupa ia menggendong tas hitamnya di pundak, Lisa sudah benar- benar siap untuk berangkat ke sekolah.
Sebelum itu, Lisa mulai menyiapkan roti panggang dan menuangkan susu yang baru ia keluarkan dari pendingin ke gelas. Gadis itu duduk dan mulai menikmati sarapannya.
Lisa mengedarkan pandangannya, ia seperti merasa ada yang kurang. Tapi apa itu?
"Apa kau akan ke sekolah lagi hari ini?"
Sebuah lontaran pertanyaan sontak membuat Lisa terkejut. Ia menoleh ke ambang pintu, menatap seorang pria yang juga menatapnya tanpa ekspresi.
Lisa mengangkat kedua sudut bibirnya, pantas saja ada yang kurang, ternyata pagi ini ia tidak melihat Vie.
Tak terasa sudah hampir dua minggu Vie berada di rumahnya semenjak dia datang ke dunia Manusia. Berbeda dari dulu, Lisa kini memiliki alasan untuk pulang lebih awal ke rumah, karena ada yang menyambutnya dan itu semua berkat ada Vie yang selalu menunggunya.
"Iya, jadi jaga rumah ya..." Jawab Lisa tersenyum manis.
"Apa itu harus?" Tanya Vie lagi.
"Bukankah aku sudah pernah bilang jika sekolah itu penting untuk masa depan. Lagi pula setelah selesai aku akan segera pulang..." Timpal Lisa.
"Hei, apa kau sudah tau caranya tersenyum?" Tanya Lisa mencoba mengalihkan topik.
"Entahlah, aku masih bingung dengan rasa senang. Jadi aku juga susah untuk tersenyum." Balas Vie yang kemudian duduk di kursi tepat di hadapan Lisa.
Lisa manggut- manggut, selama beberapa hari terakhir ini, Vie sudah bisa mengekspresikan perasaan tidak sukanya terhadap sesuatu. Bahkan kemarin pria itu kesal karena Lisa terus meninggalkannya setiap pagi.
Hanya pada akhir pekan saja gadis itu ada di pagi hari, itu pun juga siangnya, Lisa harus pergi ke rumah Rose untuk mengerjakan tugas kelompok hingga malam.
"Tenang saja, kau akan bisa tersenyum cepat atau lambat saat ada yang bisa membuatmu merasa bahagia." Balas Lisa kemudian kembali memakan Rotinya.
"Hmm." Vie mengangguk dan mulai mengambil Roti dari pemanggang lalu memakannya.
"Oh iya, sepertinya aku tidak pernah mengajakmu keluar rumah kan? Bagaimana jika besok kita jalan- jalan?"
Lisa mengangkat kedua alisnya sambil memandang wajah dingin Vie, menanyakan pendapat pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRESENCE || taelice
FantasíaSemua kekurangan di hidupnya selalu tertutupi karena kehadiran mereka--- sahabat dan juga pacarnya. Tapi dalam sekejap kehadiran mereka lenyap bengitu saja, meninggalkan bekas luka di hati seorang Kim Lisa yang susah untuk di sembuhkan. Kesedihan d...