Kura-kura tidak bisa melihat atap rumahnya tetap berjalan. Bahkan sehelai daun yang rontok dicintai jatuh pun akan tetap merindukan pohonnya. Di hari yang hening itu, kita tidak benar-benar selesai sebenarnya. Masih ada beberapa perjalanan yang belum mau berakhir tanpa pernah kita ketahui. Tenyata semesta belum bosan. Semesta masih belum mau bosan.
"Ibu ... 'kan sudah Damara bilang. Kalau Damara pulang terlalu malam, tidak usah ditunggu."
"Ibu hanya tidak bisa tidur kalau kamu belum pulang, Damara."
"Semalam sampai ketiduran."
"Tidak apa-apa. Karena kamu sudah pulang."
Wanita itu sedang menjemur pakaiannya di tanah lapang dekat rumahnya. Damara pulang ketika ibu sudah terlelap dalam kelelahannya semalam. Ia tahu, padahal wanita itu sudah terlalu lelah. Akan tetapi, selalu seperti ini.
"Lain kali kalau Damara pulang telat lagi, Ibu tidak usah menunggu. Kunci saja rumahnya. Jangan pikirkan Damara. Damara tidak mau Ibu kenapa-kenapa," ucapnya.
"Ah, kau terlalu melebih-lebihkan. Santai saja."
Sang ibu adalah semesta yang harus ia lindungi bagaimana pun caranya.
"Daripada kamu mengkhawatirkan Ibu, lebih baik kau pikirkan saja dirimu sendiri. Kapan kamu akan membawa calon menantu ke hadapan Ibu?"
Damara mengembuskan napas panjang. "Itu lagi?"
"Damara, Ibu sudah tua. Tidak ada yang tahu kapan Ibu akan pulang. Sebelum saat itu tiba, Ibu hanya ingin melihat kamu bahagia dengan calonmu nanti."
Ia tersenyum. "Damara akan segera, Ibu. Tapi tidak sekarang, ya?"
Sang ibu sudah selesai menjemur pakaian. Sambil menenteng ember di tangannya, wanita itu akan segera berjalan.
"Ya sudah. Tak apa. Cepatlah kamu berangkat. Nanti kamu telat bekerja."
"Baik, Ibu. Damara pamit, ya."
Sementara sang ibu tersenyum, laki-laki itu menancap gas MX keluaran tahun 2013 miliknya menjauhi pekarangan rumah. Sebentar lagi, Ibu. Aku harap Ibu bisa menunggu sebentar lagi.
***
Tidak pernah walau barang sejenak, ketika semesta masih berjalan di pagi hari, Bandung hangat kepada manusia. Tidak pernah sama sekali. Selalu saja dingin. Hal paling menyenangkan yang sedang ada di kepalanya saat ini adalah kembali berbaring dan tidur. Bukan sarapan dan pergi ke kampus
"Semalam kamu pulang jam berapa, Nay?" tanya sang bapak, Sugiri.
"Naya semalam memang pulang sedikit terlambat, Pak," jawabnya sambil memalingkan wajah.
"Habis dari mana?"
"Naya mampir dulu ke sebuah kedai kopi dan bertemu dengan orang aneh, Pak."
"Orang aneh?" Sugiri mengangkat sebelah alisnya.
"Iya, Pak. Naya ketemu sama orang aneh," ucapnya semangat, "masa, ya, dia datang ke kedai kopi dan membeli segelas, tapi tidak dia minum?"
"Kamu mengobrol dengannya?"
Naya tersenyum. "Naya sedikit menggodanya, Pak."
"Dasar kamu," ujar Sugiri seraya menggeleng.
"Habisnya seru, sih, Pak."
"Siapa namanya?"
"Damara, Pak."
Usai makan pagi bersama sang bapak, gadis itu lekas pamit kepadanya. Namanya Damara, Pak. Aneh bukan? Bahkan namanya terlalu bagus untuk seukuran orang aneh sepertinya. Tapi aku ingin bertemu dengannya sekali lagi.
Semesta, bisa tidak jika ia meminta sesuatu padamu? Jangan membuat ini menjadi sebuah penantian yang lama. Baik untuknya, atau untuk Damara. Nanti, suruh embusan angin itu berbisik di telinganya. Di pesimpangan mana dan senja ke berapa kita akan bertemu lagi.
***
Tidak manusia, bukan semesta namanya kalau dia tidak usil. Katanya, jika semuanya sudah terlalu mudah, manusia tidak akan tahu lagi makna dari sebuah kelahiran dan perjuangan. Jika harapan bisa sampai di sisi penerimaan secepat itu, maka tujuan akan hilang.
Damara baru saja sampai di tempatnya bekerja. Padahal ia belum selesai memarkir motornya. Akan tetapi, salah satu kepala atasannya menyembul dari balik pintu dan memanggilnya. Ia yakin. Yakin sekali. Tidak akan ada hal baik yang menyambutnya dengan tangan terbuka jika sudah begini.
"Jadi, ada apa Bapak sampai memanggil saya?" tanya Damara setelah ia sampai di ruang atasannya.
"Sebenarnya, atas desainmu yang kemarin, klien kita ingin mengajukan revisi."
"Milik saya lagi, Pak?"
"Bagaimana, ya." Pria paruh baya itu menggaruk tengkuknya. "Sebenarnya tidak ada yang salah dengan desainmu. Hanya saja, kamu pasti mengerti kalau kemauan klien itu memang ada-ada saja, 'kan? Katanya, beliau tidak suka dengan desain atap dan tampak depannya. Jadi saya harap, dalam seminggu kamu bisa menyelesaikannya."
"Tapi pekerjaan saya sudah cukup banyak, Pak."
"Tak apa Damara. Saya jamin kamu di akhir nanti akan mendapatkan banyak bonus."
Damara sedikit mendengkus. "Baik, Pak. Akan saya selesaikan secepatnya."
"Saya suka dengan kinerjamu, Damara. Akan saya tunggu desain revisi dari kamu."
"Kalau begitu, saya permisi."
Sesungguhnya, saat ini di kepala Damara sedang banyak sekali bercandaan yang mengganggunya. Mengenai manusia kecil sepertinya yang tidak pernah merasa cukup untuk tersenyum, dan mereka bisa dengan mudah tertawa di atasnya. Pekerjaan ini sulit. Namun, harga yang harus dibayar untuk pilihannya adalah lelah. Semesta, ternyata kamu sangat perhitungan dengan kebutuhan manusia.
***
Tidak ada apa-apa sebenarnya di sepanjang perjalanan September. Satu hal paling istimewa yang ia punya sekarang adalah bekerja hingga lembur dan lembur.
Masih suka menggerutu? Selepas ia duduk di depan monitor, tiba-tiba kepala Damara penuh diisi dengan bercandaan. Tentang apa pun yang mendiang bapak katakan kepadanya, tentang makna, dan merajut kita.
Orang-orang di atas sana tidak akan bisa mendengar suara jika itu masih berada di dalam nalar. Jika kamu tidak mau berbicara, hiduplah secukupnya. Percaya saja, bahwa sesungguhnya sekosong apa pun langkah menjejak lembar demi lembar halaman tapak tilas, suatu saat pasti akan memiliki akhir.
Entah yang seperti apa. Karena apa pun itu jika sudah berkaitan dengan rasa, semuanya misterius.
Sudah lama tidak update hehe,
Maafkeun, yak.
Dan ya, karena memori hp aku keformat, banner Damaranya jadi ilang(':
Hope you enjoy🙏
![](https://img.wattpad.com/cover/234062204-288-k931089.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
andai, jika
RomanceKita seperti gelap dan terang. Yang saling menenggak jarak, mencari-cari sebuah kepantasan antara manusia paling tidak memiliki dan dicintai. Perpisahan kita bukan milik selamanya. Namun, akan kupastikan jika selamanya adalah milik kita.