Duapuluh Lima

70 12 0
                                    

Sirine ambulan, suara mobil polisi memasuki area komplek mati malam itu.
Komplek mati yang sudah lama sepi, malam itu mendadak menjadi ramai.

Langit dan kedua orangtuanya segera datang ke TKP, setelah dikabari oleh pihak kepolisian.

Keluarga Awan Mahendra geger, anak kedua keluarga konglomerat itu ditemukan tewas di dalam bagasi mobil di gedung tua.

"Bintang...." tangis Bu Maia pecah,
Pak Awan tampak berkaca-kaca. Mereka terpukul sekali.
Langit terduduk lemas, tak menyangka adiknya satu-satunya telah tiada.

"Senja.." ucap Langit melihat Senja yang menangis, ditinggalkan oleh orang yang sangat dicintai menyisakan luka yang sangat dalam.

"Saya turut berduka pak.. saya mohon izin, jenazah Bintang akan segera kami bawa ke rumahsakit untuk diotopsi" kata Iptu Angga.

Pak Awan mengangguk. "Mohon bantuannya pak, saya mau pelakunya segera tertangkap" kata pak Awan.

Pak Rizal polisi yang sejak awal menangani kasus hilangnya Bintang membawa Rio, Senja, Galih dan Fariz ke Polda Metro Jaya untuk dimintai keterangan.

🥀🥀🥀🥀

"Senja.. kamu yang tabah yaa.. polisi sedang menangani kasusnya, semoga pelakunya segera tertangkap" kata Rio

"Senja, Rio.. saya Ipda Tito, kenapa kalian berdua bersama saudara Fariz dan Galih berada di TKP..?" tanya Kompol Rizal.

"kami awalnya mau mencari teman kami pak" jawab Rio

"teman kalian?? siapa?" tanya Ipda Tito

"teman kami Edgar pak" jawab Rio gugup

"kalian sering nongkrong di gedung itu?"

"tidak pak.. saya dan teman saya Galih pernah melihat Edgar datang ke gedung itu.. dia jarang menemui kami belakangan ini, kami pikir dia sedang berada di gedung itu.. kami datang untuk mencarinya" jelas Rio

"kalian mahasiswa?"

"mereka anak band pak, hanya Saya yang mahasiswa" kata Senja

"kamu mengenal almarhum Bintang?"

"iya pak.. Bintang kekasih saya, dan Edgar sahabat saya" ucap Senja lirih

"kamu punya nomor telpon Edgar?"

"punya pak"

"bisa hubungi dia sekarang, minta dia untuk menemui kalian di tempat biasa kalian bertemu.. kami akan ikut bersama kalian" kata Ipda Tito

Senja mengangguk "baik pak"

Tak lama mereka beranjak, Senja mengajak Edgar ketemuan di MoonStar Cafe. Setelah menunggu selama satu jam, akhirnya Edgar datang juga.

"Senja.. lo apa kabar?" tanya Edgar,

"baik" jawab Senja.

"Gue seneng banget ketemu lo hari ini" ucap Edgar, beberapa hari ini ia begitu merindukan Senja.

Airmata Senja begitu saja mengalir, ia tak kuasa menahan tangis. Hatinya berkecamuk, seseorang yang ia cintai meninggal ditangan sahabat nya sendiri.

"Senja.. lo kenapa?" tanya Edgar bingung.

Senja buru-buru menghapus airmatanya.

"Jangan bergerak!.." kata pak Tito dari posisi belakang Edgar, sambil mengarahkan pistolnya pada Edgar.
Edgar tampak kaget, mendadak tubuhnya kaku.
"Senja" ucapnya melihat Senja, pikirannya langsung menyadari rahasianya telah terbongkar.

"Kenapa lo tega" ujar Senja lalu menangis.

Polisi segera meringkus Edgar.

"Rio.. Galih, Fariz" ucap Edgar melihat teman-temannya.

Rio memeluk Senja yang menangis. Rio cs tampak kecewa pada Edgar.

Edgar dibawa ke kantor polisi, untuk diperiksa.

🍃🍃🍃🍃

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang