15. Neighborhood

893 169 174
                                    

Happy reading! 🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading!
🤗

____

"Dek, jangan lupa pulang kantor mampir ke rumah Tante Jes."

Sera meniup helaian rambutnya yang menjuntai menutupi mata sambil mengapit ponsel pintarnya di antara leher dan bahunya. Ke dua tangannya masih sibuk membereskan barang-barangnya di atas meja, memasukkannya ke dalam tote bag hitam andalannya. Di tangan satunya ia membawa serta paper bag berwarna senada, mulai bersiap meninggalkan ruangannya.

Ini adalah panggilan Sapta yang ke tiga kalinya dalam hari ini. Semua panggilannya sama sedari pagi. Tidak jauh-jauh dari mengingatkan Sera tentang pesan, 'jangan lupa mengantarkan sebuah bingkisan'. Rumah Tante Jes ada di sana. Agak jauh dari pusat kota, terletak di daerah Kalasan yang harus ditempuh setengah jam lebih dari daerah Palagan.

Sebenarnya Sera sangat malas untuk berangkat menunaikan tugasnya. It's been hella 14 years. Dan Sera tidak yakin apa Tante Jes masih mengenali dirinya. Maksud Sera, sejak meninggalkan Jogja dan bersekolah di luar kota, gadis itu hampir tidak pernah kemana-mana. Kali ke Jogjapun rasanya hanya beberapa. Dan selama itu ia yakin tidak mungkin ada yang mengenali dirinya. Tapi ya mau bagaimana lagi? Mau menolakpun dia harus tetap pergi.

Sera lalu melangkahkan kakinya ke ruang sebelah, tempat dimana ruangan editor berada. Jam sudah menunjukkan pukul lima, sudah hampir tidak ada satu orangpun di sana. Sera menghela lega, akhirnya ia dapat mengembalikan jaket mahal Raka tanpa harus bersinggungan langsung dengan pemiliknya. Fck off etika, Sera tidak tahu lagi apa itu tata krama jika sudah berurusan dengan si menyebalkan Rakatama. Errrㅡjujur saja dia sudah hampir kehilangan muka dan tidak memiliki keberanian menghadapinya. Karena itu selama beberapa hari terakhir Sera berusaha keras agar tidak bersinggungan langsung dengannya.

Well yeah... Ia sudah memperkirakan ini, sudah beberapa hari ia memperhatikan pergerakan laki-laki ini. Sepenangkap Sera, meja Raka tepat berada di sisi tengah, jika Sera mendongakkan kepala dari tempatnya, biasanya ia dapat langsung melihat Raka yang sedang berkutat dengan tumpukan naskahnya. Begitupun dengan laki-laki itu yang selama beberapa hari terakhir ini sering mencuri lihat ke arahnya.

"Ngapain lo di sini?" Sera menoleh, dengan penerangan seadanya, ia mendapati Dewa tengah berjalan ke arahnya. Laki-laki itu langsung menarik kursi dan mengambil sebotol air mineral di sana. Meneguknya banyak-banyak sebelum mendapati Sera tertegun memperhatikannya.

"Kenapa lo? Gak pernah lihat orang minum emangnya?" Sengit Sadewa menyebalkan seperti biasa. Membuat Sera ingin melarikan ke dua tangannya, menjambak gemas suluran rambut panjang Sadewa yang menutupi mata.

"Wa, lo kalo ngomong gak bikin orang darah tinggi gak bisa emangnya?"

"Enggak." Jawab laki-laki itu tak acuh. Perhatiannya justru tertuju pada paper bag hitam di sebelahnya yang baru saja Sera tinggalkan di situ.

Little Monster [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang