41. Sharing Sofa

1.3K 170 410
                                    

Warning! 21+

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warning!
21+

Ninu-ninu content.
Unfriendly Family Channel.
Please be wise readers ✊🏻

4.5K Words
SPAM COMMENTS CEPAT!!!!
I INSIST YOU 😤

Happy reading!
🤗


____

Yogyakarta, 11 November 2020

"Pelan-pelang dong, Ay!" Keluh Ben memundurkan wajah begitu ujung jemari lentik itu mendarat di sudut bibirnya. Sesekali laki-laki itu mengerang menahan rasa perih yang menjalarinya, lebih-lebih saat gel dingin itu mengenai luka sobek akibat pukulan si brengsek dungu yang tahu-tahu asal memukulinya itu.

"I even haven't touched your scars, Bang." Gemas Lyla menarik paksa kepala Ben untuk mendekatinya. Gadis itu tampak bersungguh-sungguh mengurusi wajah babak belur Ben yang terhantam beberapa kepalan tinju Raka yang cukup tak beradab memukulnya. Wajahnya tampak serius meski kedua sudut bibirnya terasa berkedut, mengulas senyum saat jemarinya tak lepas mengurusi bayi besar Benedictus Julius.

"Kamu jangan ketawa dong, Yang. Harusnya tuh kamu malah marahin dia udah asal mukulin Abang. Sumpah bar-bar banget si Tama-Tama-Raka itu. Sewot banget bawaannya sama Abang. Curiga deh gue kalo dia gak bisa Bahasa Inggris."

"Mas Tama udah bener kok." Bela Lyla. "Salah siapa bikin ngamuk cowok orang."

"Mereka belum pacaran ya-AW..." Pekik Ben saat jemari Lyla sengaja menekan bekas luka di sudut bibirnya.

"Yang... Kok kasar sih?"

"Biarin. Bang Ben ngegas banget soalnya. Kayak gak terima kalo aku bilang mereka bakal jadian." Balas gadis itu tak acuh.

"Babe... Bukan gitu..."

"Tapi gelagat Bang Ben kayak gitu." Sahut Lyla cepat.

Ben hanya diam kemudian, tak berani melakukan pembelaan. Yang ia lakukan justru menatap lekat wajah cantik di hadapannya itu. Lyla tampak serius mengurusinya. Dahinya tampak berkerut, seolah memastikan tidak ada yang salah dengan wajah Ben yang tampak tidak baik-baik saja. Beberapa kali bibir cherry itu tampak maju, meniup-niup luka Ben yang terlihat cukup buruk. Tak jarang pula gadis itu bertanya yang hanya dijawab anggukan ataupun gelengan dari kekasihnya. Cukup lama Ben menutup mulutnya, membiarkan keheningan memeluk mereka, hingga pandangannya jatuh pada kalung cantik yang dikenakan Liliana.

"Kalung kamu cantik, Lyl." Ujar Ben lemah masih memperhatikan benda berkilauan yang menggantung di leher gadisnya. Tak ada yang istimewa dengan kalung berbandul cincin itu. Bentuknya masih sama dengan kali pertama gadis itu mengenakannya, tak sedikitpun berubah, ataupun berpindah tempat mengisi kekosongan jemari lentik Liliana.

Little Monster [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang