3

18.1K 1.8K 34
                                    

Leon akhirnya pulang sekitar pukul 01.00 dini hari. Ia memutuskan mandi terlebih dahulu sebelum mengistirahatkan tubuhnya. Setelah mandi, leon lalu turun ke lantai bawah untuk memasak sesuatu. Saat membuka lemari, hanya ada 1 bungkus mie rebus. Mau tak mau itulah yg harus ia makan malam ini.

"Yaudahlah."

Leon lalu mulai memasak mie tersebut. Sambil menunggu air mendidih, leon membuka handphone yg sedari tadi ia nonaktifkan.     

Matanya tertuju pada nama velly yg merupakan suster pribadi jian, adiknya. Velly mengirimkan pesan untuk memberitahu leon bahwa jian ingin bertemu dengannya. Leon langsung melempar handphonenya itu ke lantai.

"Nyusahin!" Ujarnya dengan amarah dalam hatinya.

Air yg tadi ia masak sudah mendidih. Leon lantas memasukkan mie serta bumbu²nya.

Setelah makan, leon langsung kembali ke kamarnya. Namun pesan yg dikirimkan velly tadi membuatnya enggan berada dirumah. Akhirnya setelah berdebat dengan pikirannya, leon putuskan untuk benar² menemui jian. Ta lupa ia memungut kembali handphonenya yang sudah retak itu.

Ia kembali menaiki motor sportnya dan melaju ke rumah sakit.

                                 🍁

🏮Rumah sakit medical center

Velly akhirnya berhasil menidurkan jian setelah adiknya itu menangis sepanjang hari. Wajah lelah tersirat di
Wajah lugu jian.

Ceklek...

Velly menoleh ke arah pintu yang terbuka. Velly cukup terkejut melihat seseorang yg selama ini jian inginkan datang lalu menghampirinya.

"Leon?" Panggil velly.

"Kenapa manggil gua ke sini?" Tanya leon dengan nada dingin.

"Adik kamu manggil kamu dari kemaren." Jawab velly dengan nada dingin pula.

Leon lantas menoleh ke sang adik yg tengah tertidur pulas. Bagaimana tidak, ini sudah menunjukkan pukul 02.00 pagi.

"Saya keluar dulu." Velly meninggalkan leon yg masih terpaku ditempatnya.

Leon lalu mendekat ke arah jian. Mebeliti wajahnya yg semakin tirus dan pucat. Namun tiba-tiba..

"Kakak?" Jian bangun.

Leon terkejut melihat mata sayu itu terbuka dan tengah menatapnya. Ia harus bersikap seperti biasa.

"Kenapa sih manggil gua ke sini?" Tanya leon dengan nada kesalnya.

"Jian kangen, udah 2 minggu kakak ngga jengukin jian." Jawab jian dengan nada sendunya.

Leon hanya mendengus kesal.

"Hmm..kakak udah makan? Kok datangnya malam banget?" Tanya jian.

"Ga usah banyak tanya, tidur!" Perintah leon pada sang adik.

"Kakak nginap disini aja. Udah malem." Pinta jian.

Leon hanya diam, namun setelah itu leon langsung menanggukkan kepalanya. Senyum itu langsung terbit, setelah sang kakak menyetujuinya.

"Makasih kak." Jian berucap sambil tersenyum lebar.

"Hmm." Jawab leon.

Jian lantas menggeser tubuhnya ke tepi brankar, lalu menepuk kasur yg masih tersisa disampingnya.

"Kakak tidur disini ya?"

"Gua tidur disofa aja. Cepetan tidur!" Perintah leon.

"Buat malam ini aja kok kak, bolehkan?" Tanya jian lagi pada sang kakak.

Melihat wajah pucat jian, membuatnya luluh dan menuruti kemauan adik satu satunya itu.

"Hmm." Jawabnya kembali dengan deheman.

"Yeayy!" Inilah kebahagiaan jian sesungguhnya.

Leon lalu naik ke brankar jian, setelah itu sepi kembali menyapa. Mereka berdua sama sama diam dan tak ada yg membuka suara.

Guna mengusir rasa sepi, leon membuka handphonenya. Melihat foto saat berkumpul dengan gengnya tadi. Difoto itu leon tampak bahagia. Berbeda dengan kehidupan yg sebenarnya.

Setelah mengotak-atik handphonenya, leon melirik ke sang adik yg sudah tertidur pulas dengan peluh yg masih setia membasahi keningnya. Tangannya bergerak menghapus peluh itu dengan lembut agar jian tak bangun.

                                 🍁

Pagipun tiba, jian membuka matanya saat cahaya mentari itu masuk dan menusuk matanya.

"Eungh..." Ia sempat melirik ke sang kakak yg ternyata masih setia disampingnya.

Jian tersenyum pedih melihatnya. Andai ini terjadi setiap hari, mungkin alasannya untuk bertahan semakin besar.

Tanpa sadar velly tengah melihat peristiwa itu. Melihat bagaimana bahagianya jian ketika leon disampingnya.

"Andai kamu tau leon, andai kamu tau jian mau bertahan karena kamu." Ujarnya lirih didepan pintu kamar jian.

Ceklek...

"Jian." Velly akhirnya masuk ke kamar jian setelah 10 menit lebih menunggu didepan kamar itu.

"Kak velly jangan ribut. Nanti kakak bangun." Ujar jian dengan sedikit berbisik.

Velly tersenyum melihat tingkah adiknya itu.

"Kamu ada jadwal check up. Cuci mukanya dulu dek." Ucap velly.

"Hmm..kalau check upnya besok boleh ngga kak?" Tanya jian penuh keraguan.

"Ngga. Kamu mau sembuhkan?"

Jian menganggukkan kepalanya pelan.

"Nah, itu mau. Yuk kakak bantu ke kamar mandinya." Velly mendekat dan memapah jian ke kamar mandi dengan perlahan. Takut bila leon terbangun.

"Hati hati ya? Kalau udah panggil kakak." Ujar velly, sebelum pintu kamar mandi itu jian tutup.

5 menit kemudian...

Pintu kamar mandipun terbuka, tampak muka jian yg masih basah membuat velly mengambil tisyu dan mendusukkan sang adik di kursi roda yg sudah ia ambil.

"Hari ini check up apa lagi sih kak?" Kesal jian.

"Check darah kamu. Udahkan?"

"Udah." Jawab jian.

Vellypun mendorong kursi roda jian keluar dari kamar rawat jian meninggalkan leon yg masih terlelap.
































[TBC]

HALLOOO!!
semoga suka ya sama ceritanya😉
Makasih yg udah baca dan vote💜💜💜

*Karakter leon udah mulai aku tunjukin. Pokoknya dingin dah tu anak😒

MAKASIH BANYAAAAK😘💜💜

Aku Disini Kak! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang