⚠sebelum baca part ini, aku mau nyampain kalo aku mungkin bakal lama up setelah ini. Aku takut kalian nunggu😔
Selamat membaca
Leon terbangun dari tidurnya. Matanya yg redup itu tetap saja melirik ke sang adik yang tidur mengarahnya sekarang. Ia ambil telepon genggamnya dan melihat jam, yang menunjukkan pukul 8 pagi.
Leon melangkahkan kakinya mendekat ke sang adik. Mengecek segala yg ada disana, dimulai dari infus, oksigen dan keadaan jian tentunya. Setelah itu ia memutuskan untuk membeli sarapan sebentar di kantin rumah sakit.
"Bu, beli nasi gorengnya seporsi sama air mineral ya bu?" Tanya leon saat melihat menu yg ada disana.
"Itu aja mas?" Tanya sang penjaga kantin itu.
"Hmm..ada cemilan ngga bu?" Tanya leon kembali sambil melihat ke sekelilingnya.
"Ada mas, disana." Tunjuknya ke arah samping kiri leon.
"Tunggu bentar ya bu?" Leon lantas melangkahkan kakinya ke rak yg dipenuhi cemilan dimulai dari yg manis hingga pedas.
"Jian suka yg mana ya?" Tanya leon dalam hati.
"Ini kali ya?" Ujarnya saat memegang sebungkus cemilan dengan isian coklat itu. Ia mengambil beberapa bungkus lalu membawanya ke kasir.
"Ini aja bu." Ucap leon pada penjaga kantin tadi.
"Nasi gorengnya lagi dimasak dulu ya mas, duduk aja dulu." Ujar ibu tsb.
"Ouh.. Iya bu." Leon hanya mengangguk lalu mendudukkan dirinya di kursi kantin yg tampak tak terlalu ramai itu. Hanya ada 4 orang disini.
15 menit kemudian....
"Mas! Ini nasi goreng sama air mineralnya!" Panggil sang ibu penjaga kantin itu.
"Berapa bu?"
"25.000 aja mas." Jawabnya sambil tersenyum.
Leon mengeluarkan dompetnya lalu membayar semua yg ia beli saat itu. Matanya tertuju pada bungkus coklat yg ia sedang jinjing kini. Dipikirannya hanya satu, apa jian akan suka? Lucu.
"Makasih bu, yaudah saya permisi." Leon melangkahkan kakinya menjauh dari kantin rumah sakit menuju kamar rawat jian.
Ceklek...
Leon melihat sang adik yang masih tertidur dengan mulut yang sedikit ternganga dan rambut yang berantakan. Leon meletakkan apa yg ia beli tadi dan menyingkirkan rambut yg menutupi mata jian dengan hati hati.
Matahari mulai masuk ke dalam ruangan itu. Leon juga tak lupa menutup gorden jendela yang agak terbuka itu. Semuanya ia lakukan agar jian dapat tidur dengan tenang.
Setelah itu baru ia lanjutkan kegiatannya untuk sarapan. Ia membuka nasi goreng lalu melahapnya."Eungh.." Lenguhan itu terdengar. Dengan sigap leon mendekat ke arah jian, memegang tangannya agar infusnya tak lepas.
Ia slalu melakukan itu semenjak jian demam dan sedikit gelisah. Setelah dirasa jian tenang, ia lanjutkan acara makan yg terganggu itu.
"Kakak?" Ternyata mata itu sudah terbuka.
"Hmm. Apalagi sih? Gua mau makan dulu." Ujarnya dengan sedikit sarkas.
"Pusing." Jawabnya dengan sedikit lirih.
"Tahan bentar bisakan? Gua belum makan dari semalam. sekali kali lo ngertiin gua juga dong!" Ujar leon dengan sedikit menyentakkan kakinya.
"Yaudah kakak makan aja." Ia tak mau melanjutkan perdebatan ini. Jian putuskan untuk memunggungi sang kakak dan menghadap ke arah jendela.
Namun tiba tiba, tetesan darah itu turun dari hidungnya dan melumuri bantal putih itu. Ia hanya diam sembari menahan pusing yang benar benar menyiksanya kini. Mencoba tak meringis namun gagal. Bahkan isakan pun mulai terdengar.
"Hiks..hiks.." Tangisan itu ia usahakan tak pecah.
Leon sebenarnya mendengar itu, tapi ia pikir jian menangis bukan karena sakit sehingga tak ia perdulikan sama sekali. Namun tangisan itu kian mengecil hingga hilang. Badan itupun tampak tenang sekarang.
"Jian?" Leon sedikit mengeraskan suaranya. Namun jian tak menjawab.
Ia letakkan sensok yg tengah ia pegang lalu mendekat ke jian yg memunggunginya itu. Alangkah terkejutnya ketika leon mendapati darah yang memenuhi bantal jian serta kerutan pada dahi jian. Tangan kecil itu juga masih memilin selimut seraya menahan sakit yg menyerangnya.
"Jian?" Kaget. Itulah yang leon rasakan sekarang.
"Ssshhh...eungh.." Kerutan dahi jian semakin menandakan bahwa ia tak baik baik saja.
"Jian! Heh! Liat gua. Jian liat gua!!" Leon berusaha membuat adiknya tak menutup matanya.
Jian yang merasa terpanggil hanya bisa mengerjapkan matanya beberapa kali. Semuanya tampak berbayang dan terasa bergoyang.
"Tunggu bentar, ok? Gua panggil dokter dulu." Leon bersiap berlari namun tangannya ditahan terlebih dahulu oleh jian.
"Kakak..." Panggilnya dengan teramat lirih.
"Iya. Iya gua disini." Jawabnya dengan cepat. Sangking panik, leon juga menggenggam tangan dingin itu.
"Kak..." Panggilan itu kembali terdengar.
"Jian ini gua woi!!" Leon tak membentak sang adik, ini semua hanya untuk menyadarkan jian bahwa ia ada disini, disampingnya.
"Jangan pergi.." Ujarnya.
Leon tertegun mendengar itu. Ia tatap mata yang hampir tertutup itu. Lalu mengangguk tanda ia takkan pergi.
"Emang siapa hah yang mau pergi? Ngga ada!" Ujarnya dengan sedikit keras.
"Jian ngga mau sendiri.." Jawabnya lagi.
"Lo ngga sendiri." Jawab leon pula sambil menyibak poni jian yg sudah basah dengan keringat.
SPOILER :
"NGGA! NGGA MUNGKIN!!"
[TBC]
Bagi yang bosen, apus aja ya ceritanya dari perpus kalian. Aku takut ngecewain kalian lagi😔 huhuhu😭😭😭
Makasih buat yg udah baca, udah vote, sama komen. Makasih juga yg dah nunggu lama✨😭
Love you guys💜💜💜😭😭😭
MAKASIH BANYAAAAAKK💜💜✨
*karena bentar lagi end, aku mungkin bakal prepare judul sama cover yang bakal aku buat selanjutnya. Jadi tungguin yaa😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Disini Kak! [End]
Roman pour AdolescentsTak ada kata lain selain kata rindu dan sayangnya Jian kepada leon.Menjadi pasien tetap dirumah sakit membuatnya dicap lemah oleh kakaknya itu. Hidup jian yg terasa sepi ditambah sakit yang sering melanda tubuhnya membuat jian ingin menyerah saja. ~...