Leon berlari sekencang mungkin bahkan hampir menabrak suster yang tengah mendorong kursi roda seorang pasien. Air matanya turun sudah sederas derasnya. Hingga sampailah ia di depan kamar sang adik. Ia siapkan hati untuk masuk, hingga...
"Leon?" Dokter evan menghampiri leon yang masih terdiam di depan kamar itu.
"Jian kenapa?" Itulah yang ia tanyakan pertama kali.
"Maaf leon." Ujaran itu membuat amarah leon naik. Apa maksudnya? Tidak. Leon belum siap kehilangan jian.
"ANJI*G! JIAN KENAPA?!!?" Teriaknya dengan histeris.
"Leon!" Itu suara velly.
Perempuan di danau itu adalah velly. Ia langsung mengikuti leon karena raut wajah leon yang saat itu berubah seketika saat itu."Maaf, jian koma." Ujar dokter evan dengan sangat lirih.
Deg
"NGGA! NGGA DOKTER BERCANDA! Jian..." Leon langsung berlari untuk masuk ke kamar sang adik namun segera di tahan oleh perawat yang berjaga didepan pintu.
"LEON!" dokter evan berusaha menahan leon yang bersikeras untuk masuk.
"MINGGIR! BANGS*T GUA BILANG MINGGIR ANJI*G!!" Kata kasar itu terlontar dari mulut leon.
"LEON! LEON KAMU NGGA BOLEH KAYAK GINI." Velly mencoba menengahi.
"LEPASIN GUA!" Teriaknya lagi hingga jatuh terduduk dilantai dingin itu.
Semuanya seketika terdiam. Isakan itu terdengar jelas di kuping mereka. Tak ada yang mencoba menenagkan karena yang dibutuhkan Leon hanyalah jian.
"Leon, dengerin saya!" Velly akhirnya bersuara sambil berjongok dihadapan leon.
"Jian di dalem! ADIK GUA DI DALEM!" Ujarnya histeris.
"Iya leon, iya saya tau. Tapi disini kita harus tenang. Ngga ada gunanya kamu teriak teriak ngga jelas begini." Jelas velly seraya memberi leon pencerahan agar tenang.
Tanpa menunda, velly langsung membawa leon yang menyandarkan punggungnya di dinding rumah sakit itu ke pelukannya. Ia benar benar merasa bangga dengan leon. Akhirnya ia mau meninggalkan egonya.
"Banyak banyak doa. Cuma itu yg jian perluin sekarang ini." Bisik velly ditelinga leon.
🍁
Setelah berjam jam menanti dalam ketidakpastian, velly akhirnya terpaksa pulang karena terlalu lama dirumah sakit. Ia sempat berpesan pada leon agar slalu mengabari keadaan jian. Kini tinggallah leon seorang diri disana. Menatap kaca tembus pandang yg mengarah langsung ke sang adik yg dipenuhi alat tak jelas itu.
"Lo puaskan sekarang? Lo bikin gua nangis anji*g!! Puaskan lo?" Ujarnya sambil merapatkan tangannya di kaca itu seakan dapat menggapai sang adik.
Tak ada yg bisa ia lakukan sekarang. Yang dikatakan velly benar, yang jian butuhkan hanya doa. Tepat setelah itu dokter evan pun datang menghampiri leon dengan lari yang tergesa gesa.
"Leon!" Panggilnya. Leonpun yg merasa terpanggil menoleh.
"Dokter?" Leon sedikit bingung melihat dokter tsb yang berlari ke arahnya.
"Ayo ke ruangan saya sekarang!" Ujarnya seraya menarik tangan leon.
"Kenapa dulu?! Saya ngga mungkin ninggalin jian sekarang-" ucapannya terpotong oleh laki laki yg ada didepannya kini.
"Kamu mau adik kamu selamatkan? Dokter yang saya bicarakan akan menyembuhkan jian sudah tiba. Dia ingin berjumpa dengan kamu!" Ujar panjang dokter evan sambil memegang bahu leon.
Senyum manis yg hilang bertahun tahun itu akhirnya terbit saat itu. Ia menganggukkan kepalanya kuat diiringi satu tetes air mata.
"AYO DOK! AYO!" Merekapun serentak berjalan ke arah ruangan dokter evan.
Ceklek...
"Ayo masuk!" Leon masuk terlebih dahulu. Matanya kini tertuju pada seorang laki laki berjas putih bersih yang berada didepan meja pribadi dokter evan.
"Hei! Come here!" Ujar dokter itu. Jujur leon merasa gugup saat ini, bagaimana tidak. Ini semua menyangkut sang adik.
"Bicaralah padanya." Sahut dokter evan yg berada dibelakangnya.
Leon lalu mendekat dan duduk disamping dokter bertubuh berisi itu."My name is conan." dokter itu mengangkat satu tangannya ke arah leon.
"Leon." Jawab leon singkat karena terlalu gugup.
"no need to be nervous, you've become a great brother." Dokter itu berucap Sambil tersenyum seraya menenangkan leon.
(Tidak usah gugup, kamu sudah jadi kakak yang hebat)"Thank you." Jawabnya sesantai mungkin.
"So, Jian is your younger brother?" dokter conan memulai pembicaraan.
(Jadi jian adalah adik kandungmu?)"Yes, he is."
"Okay, there will be several treatments that will be jian undertaken."
(Oke, akan ada beberapa pengobatan yang akan jian jalani)Ia sempat menoleh ke arah dokter evan yang juga sama sama memperhatikan dokter conan. Ia hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya agar leon percaya sang adik akan sembuh.
"What are the treatments?" Tanya leon pada sang dokter.
(Apa saja pengobatannya?)"We will try the usual remedies first to see how progressing Jian's condition is."
(Kita akan mencoba pengobatan biasa dulu untuk melihat seberapa berkembang kondisi jian)"Chemo again?"
"Itu Salah satunya." Dokter evan yang tadinya hanya diam akhirnya berbicara.
"Terus?" Leon kembali bertanya.
"Kalau semisalnya ngga ada perkembangan juga kita akan coba pengobatan dengan radioterapi."
"Tolong! Jangan bikin dia pergi." Pintanya.
"Pasti." Jawab dokter evan sambil tersenyum pada leon.
🍁
Setelah berbincang panjang, leon memutuskan untuk menemui sang adik. Ia memasang baju khusus untuk masuk ke ruang paling menakutkan itu.
Ceklek...
Aroma tak sedap itu langsung tercium. Ruangan ini dipenuhi bau obat obatan yang begitu menyengat. Untungnya leon menggunakan masker sehingga baunya tak terlalu menusuk.
"Buka mata lo! Gua udah ada disini!" Ujarnya dengan nada memerintahkan jian untuk bangun.
Tapi hanya sepi yang menjawabnya. Ia menatap wajah jian yang benar benar tak ada rona itu. Bibir nan pucat, bunyi oksigen yg menyesakkan, serta mulut yg disumpal ventilator.
"Gua belum makan tau ngga, belum ganti baju, belum mandi cuma karena lo. Anehkan?" Tanya leon dengan kekehan diakhir kalimatnya.
"Dengerin gua baik baik. Karena ini cuma gua ucapin sekali." Peringatkannya pada jian yg masih terlelap itu.
"Gua ngga akan pernah rela kalo lo pergi." Bisiknya ditelinga jian.
[TBC]
YEAYYYY✨✨ kelar juga nulisnya. Masih ada 1 part lagi sebelum end yaa😉
*btw kalo bahasa inggrisnya ada kesalahan mohon dikoreksi yaa😉
Makasih yang udah baca, vote dan sempetin komen. LOVE YOU GUYS💜😘
MAKASIH BANYAAAK✨💜💜

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Disini Kak! [End]
Teen FictionTak ada kata lain selain kata rindu dan sayangnya Jian kepada leon.Menjadi pasien tetap dirumah sakit membuatnya dicap lemah oleh kakaknya itu. Hidup jian yg terasa sepi ditambah sakit yang sering melanda tubuhnya membuat jian ingin menyerah saja. ~...