Jian akhirnya dapat tertidur setelah disuntikkan obat penenang. Tubuhnya benar benar tak bisa dikontrol saat ini. Bahkan perutnya terkadang memberontak tanpa sebab.
Namun tepat saat itu, seorang lelaki berkaos putih dan memakai jeans hitam masuk ke ruangannya. Tak ada siapa siapa disini, hanya mereka berdua. Perlahan sosok itu mendekat dan duduk disamping jian. Ia memperhatikan laki laki yg tengah terbaring dibrankar tersebut.
"Baru ditinggal bentar aja udah gini. Apalagi kalau gua tinggal lama." ujarnya dengan senyum sinis.
Tangannya terangkat dan mengusap rambut yang menutupi wajah jian. Dapat dia rasakan suhu tubuh jian yang lumayan tinggi dan menyengat tangannya.
"Percuma rumah sakit besar tapi pasiennya ngga diperhatiin kaya gini." kesalnya.
"Eungh.." jian bergerak tak nyaman.
Perlahan mata indah itu terbuka, saat itu pula sosok lelaki tadi langsung berlari keluar dan bersembunyi dibalik dinding. Sesekali ia intip ke dalam dan menatap sosok jian yang sedang memijat kepalanya.
"Sorry, gua belum bisa."
"Maaf, mas siapa ya? Kok disini?" ternyata suster tadi kembali. Leonpun kucar kacir mencari jawaban.
"Ngga, tadi..hmm tadi saya lagi cari kamar temen saya." jawabnya dengan gugup.
"Oh.. Yasudah, saya masuk dulu. Permisi." suster itupun meninggalkanya seorang diri sekarang.
"Huh... Hampir aja."
"Leon?" (siapa yg manggil hayoo?)
🍁
Jian membuka matanya dengan sedikit kesusahan. Pasalnya pusing masih setia menghampiri dan menyambutnya saat membuka mata. Setelah menghilang ia tolehkan kepalanya ke samping. Perasaannya mengatakan bahwa sang kakak ada dan tengah berbicara padanya tadi.
Namun pikiran itu ia buang jauh jauh karena tak mungkin leon kembali hanya karenanya.
"Jian juga harus mulai kehidupan baru." ujarnya seraya memantapkan hatinya.
"Jian?" jian melihat suster yang tadi menanganinya masuk sambil membawa sebuah surat. Surat itu juga tampak beramplop rumah sakit.
"Iya." jawabnya.
"Gimana? Udah baikan?" tanya suster itu
"Udah lumayan sus. I..i.itu apa ya?" jian bertanya dengan ragu.
"Hmm... Maaf sebelumnya, kamu ada wali ngga?" tanya suster itu yang sukses membuatnya bungkam.
Kepalanya tertunduk sambil menggeleng. Suster itu tampak terkejut. Sepertinya ia salah bicara, pikirnya. Suster itupun tersenyum dan mengusap pelan kepala jian.
"Ngga pa-pa, suster ngerti kok. Yaudah surat ini suster simpan dulu. Nanti biar dokter aja yg ngurus. Okey?!" Ujar suster tsb dengan senyum lebarnya seraya menghibur jian.
Jianpun hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum pedih.
"Yaudah, kamu lanjut istirahat ya? Suster keluar dulu." Suster itupun kembali ke luar dan menyisakan jian seorang diri lagi.
"Jian butuh kakak."
Ceklek...
"Jian?!" Seorang perempuan masuk ke ruangannya dengan pakaian yang benar benar berbeda.
"Kak velly?" Velly lantas berlari ke arah jian dan memeluknya erat. Pasti berat beban yang jian pikul kini.
"Hiks..kaakk.." Tangisnya pecah saat itu juga. Vellypun mengelus punggung ringkih sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Disini Kak! [End]
Fiksi RemajaTak ada kata lain selain kata rindu dan sayangnya Jian kepada leon.Menjadi pasien tetap dirumah sakit membuatnya dicap lemah oleh kakaknya itu. Hidup jian yg terasa sepi ditambah sakit yang sering melanda tubuhnya membuat jian ingin menyerah saja. ~...