11

12.8K 1.3K 35
                                    


Leon kini tengah melamun di taman rumah sakit. Pikirannya melayang disaat ia melihat senyum manis jian. Yang ia tangkap adalah itu semua palsu. Anak itu hanya tersenyum untuk menutupi luka dan sakit yang ia terima.

Padahal leon sudah memantapkan hati untuk menjauh dari anak penyakitan itu. Namun tetap saja, feeling seorang kakak masih melekat dibenaknya.

"Gua harus apa sekarang?" Tanyanya seorang diri.

Setelah melamun cukup lama, leon putuskan untuk kembali ke ICU untu pamit sebentar ke adiknya itu untuk menjemput baju ganti. Saat pintu terbuka, tampak jian yang menatapnya dengan sendu. Leon lalu mencoba mendekatinya.

"Kak velly mana?" Tanya jian pada leon.

"Kan dia udah bilang, dia pulang sebentar." Jawab leon dengan sedikit kesal.

"Kakak darimana?" Kini pertanyaan itu beralih kepada sang kakak.

"Ngga usah banyak tanya. Oh ya Gua mau balik dulu." Ujar leon dengan dingin.

"Kakak pulang?" Tanya jian sekali lagi.

"Ntar gua balik kesini lagi. Gua cuma mau ambil baju." Jawab leon sambil memperhatikan infus jian.

"Kenapa kak?"

"Gua panggil suster dulu, Infus lo mau abis." Leon lalu beranjak keluar untuk memanggil suster yang berjaga.

Ceklek...

Leon kembali dengan suster cantik dibelakangnya. Suster itu mendekati jian lalu mengganti infus yang hanya tinggal beberapa tetes lagi. Setelah itu suater itupun keluar.

"Yaudah, lo jangan kemana-mana. Kalo ada apa apa panggil suster yg jaga." Peringat leon pada jian.

"Iya, jangan lama-lama ya kak." Pinta jian.

"Hmm." Leonpun meninggalkan ruangan itu dan bergegas pulang.

Selepas kepergian leon, jian hanya melamun tak jelas. Namun disela lamunannya itu ia baru tersadar bahwa barang yang ia ingin-inginkan itu sudah ada pada dirinya. Jian lantas turun dari tempat tidurnya dan berjalan perlahan ke arah pojok kamarnya. Terdapat keranjang tempat menyimpan pakaian kotor milik jian, ia yakin barang itu masih ada disaku bajunya.

Dan ya, jian mendapatkannya. Senyumnya merekah saat itu juga.

"Hah..untung ngga ilang." Ujarnya sambil mengusap pelan barang yang ia pegang kini.

Ia lalu kembali naik ke brankarnya, memperhatikan barang itu dengan air mata yg sudah menggenang.

"Cuma foto ini yang bisa bikin jian tenang. Cuma foti ini yang bisa ngobatin rindu jian sama kalian semua." Ujarnya dengan air mata yang sudah bercucuran.

                                 🍁

Velly akhirnya sampai dirumahnya. Saat masuk ke rumah, dapat ia lihat ibu dan ayahnya sudah menunggu di ruang tamu. Velly lalu menyalimi kedua orang tuanya itu lalu bertanya yamg sebenarnya.

"Mau ngomong apa sih mi? Penting banget ya?" Tanya velly.

"Mami ngga tau mau ngomong dari mana dulu." Jawab sang ibu sambil memperhatikan suaminya.

"Kenapa?" Tanya velly lagi.

"Tapi kamu janji, janji sama mami kalau kamu ngga bakal tolak ini semua."

Velly terdiam. Perasaan tak enak itu kini mendatanginya. Ia menatap mata ayah dan ibunya itu.

"Ya velly harus tau dululah kalian mau apa." Kesalnya.

"Jadi.. Jadii.. Sebenarnya.."

Velly menunggu apa yang ingin ibunya katakan. Hingga kemarahannya tersulut.

"Tinggal bilang aja apa susahnya sih mi! Velly harus cepet balik ke rumah sakit." Ujarnya dengan sedikit meninggikan suaranya.

"Mami mau kamh berhenti jadi suster."

Deg..

Mata velly membulat saat itu juga. Bagaimana mungkin sang ibu menyuruhnya meninggalkan pekerjaan yang selama ini dambakan.

"NGGA! Ngga bisa." Ujarnya dengan penuh penekanan.

"Velly, kamu itu anak tunggal sayang. Mami sama papi mau kamu jadi orang sukses, bisa banggain mami papi, Kapan suksesnya kamu kalau pekerjaan kamu cuma suster." Ujar sang ibu tanpa rasa bersalah.

"Ngga bakal. Ini mimpi velly. Kalian ngga berhak ngatur hidup velly." Jawab velly.

"VELLY!" Kini suara sang ayah menggema diseluruh rumah.

Mereka berdua terdiam.

"Apa yang dibilang mami benar, nak. Papi mau kamu nanti yang pegang perusahaan yang ada di singapura." Ucap ayahnya yang semakin membuat velly marah.

                                 🍁


Leon akhirnya sampai dirumah sakit dengan menenteng 1 tas ransel dipunggungnya serta membawa 1 plastik makanan berukuran sedang.

Saat ia membuka pintu, dapat leon lihat sang adik tertidur dengan sebuah foto ditangannya. Leon lalu mendekat dan melihat apa yg ada disana.

Deg

Hatinya serta matanya memanas dalan waktu yang bersamaan.

(Anggap aja foto keluarga mereka ya)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Anggap aja foto keluarga mereka ya)

Leon beralih menatap jian, disudut matanya masih terlihat air mata yang menggenang. Tangan leon sontak mengusap air yang mangalir itu. Bukan hanya leon yang merasa kehilangan tapi juga jian. Di tambah keadaan yang mebuatnya semakin lemah.

"Dasar cengeng." Ejeknya.

Leon lalu meletakkan barang belanjaannya itu diatas nakas kemudian kembali mendekat ke jian. Ia mundurkan kursi yg ada disamping brankar adiknya itu dan duduk disana sambil melihat tubuh ringkih jian dari dekat.

"Jadi lo pulang kemaren ngambil ini?"

Ntah mengapa hatinya menghangat ketika melihat adiknya seperti ini. Melihat jian dari dekat adalah hal yang paling jarang leon lakukan semenjak orang tua mereka berpisah. Bahkan untuk bertemu saja sangat jarang. Leon tak pernah peduli dengan adiknya. Namun kini...

"Gua kayak begini, itu semua karena lo jian. Jadi jangan pernah salahin gua atas apa yg lo buat." Bohong. Apa yang leon katakan itu bohong.

Hati dan mulutnya mengatakan hal yg berbeda.


























[TBC]

Yuhuuuu!! I'm back🎉 ANJAAAAY😝
Dah selesai online class belum? Aku bantu semangatin nih😘

Sebelum itu aku mau nanya sama klean klean semua. Kalian ada lagu sedih yang sering kalian denger pas baca wttpd ngg sih? Kasih tau dong!
Biar feelnya nyampe aja gitu.
Me : sick love-FTISLAND ft. Kim na young / love me-punch

MAKASIH BANYAAAK💜💜✨

Aku Disini Kak! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang