Leon terbangun dari tidurnya, namun ia terkejut melihat jian yg sudah tak ada disampingnya. Ia dudukkan dirinya lalu mencuci mukanya.
"Kemana lagi tuh anak? Udah tau sakit sakitan." Ujarnya dengan tenang seakan tak peduli dengan jian.
Setelah berkata seperti itu, leon memutuskan meninggalkan rumah sakit untuk kembali ke rumah. Sebenarnya hari ini ia sekolah, tapi ia putuskan untuk bolos saja. Hitung hitung kabur dari pelajaran kimia yg semakin rumit pikirnya.
Sedangkan disisi lain...
Jian kini tengah menunggu velly yg sedang berbincang diruang dokter yg mengkemonya kemarin. Ntah apa yg terjadi. Yang jelas pasti ada hal buruk pada dirinya, ntah penyakitnya semakin parah atau ia akan mati besok. Itulah yg kini ada dipikiran jian.
"Lama nunggunya ya??" Velly akhirnya keluar dari ruangan itu.
"Lama banget." Kesal jian yg membuat velly gemas.
"Ya maaf, tadi keasikan bicaranya." Bohong velly.
"Kenapa lagi sih kak? Makin parah ya?" Tanya jian dengan nada sendu.
Velly lalu mendekat ke arah jian yg sedang duduk dikursi tunggu lalu menggenggam tangannya seraya meyakinkan bahwa ia akan baik baik saja.
"Liat kakak! Kamu.bakal.sembuh. okey?" Ujarnya penuh penekanan.
"Tapi jian takut." Ungkap jian pada velly.
"Ada kakak disini. Kakak bakal nemenin kamu, jadi jangan takut." Ucap velly lalu memeluk jian.
"Yuk kak,balik ke kamar. Kasian kak leon sendirian dikamar." Ujar jian setelah velly memeluknya.
"Yaudah yuk." Velly lalu membantu adiknya kembali naik ke kursi roda.
🍁
Disinilah leon kini, tempat yg slalu leon atau jian kunjungi bila masalah sedang melanda mereka. Air yg begitu tenang dan pohon yg tumbuh disekelilingnya membuat siapapun ingin berlama disana.
Leon tampak termenung diteli danau itu. Pikirannya melayang ketika ia kecil dulu. Leon sering ke danau ini berdua dengan jian sambil menggunakan sepeda lipat hadiah dari ayahnya.
"BANGSAAAAT!!" Teriak leon ke arah tengah danau.
"KENAPA GUA HARUS PUNYA ADIK KAYAK LO!" sambungnya lagi.
Hingga ia terduduk dirumput hijau itu, mukanya tampak memerah serta nafas yg sexikit tersenggal.
Perlahan air mata itu turun, leon berteriak kesetanan tanpa sebab. Ntah mengapa rasa sesak didadanya hilang bila ia berteriak seperti sekarang.
"ARGH!"
"Ngga baik disini sendirian. Ntar dikira mau bunuh diri lagi." Ujar seorang perempuan yg tengah memperhatikan leon dari arah belakang.
Leonpun menoleh ke belakang.
"Ngapain lo kesini?" Tanya leon dingin.
"Lagi cari udara segar aja." Jawabnya lalu duduk disamping leon.
"Gua mau sendiri." Ujar leon saat perempuan itu duduk disampingnya.
"Saya tau kamu sayang sama jian, tapi kamu ngga tau nyampain rasa sayang itu gimana." Ujarnya sambil menatap leon yg tampak kesal.
"Gua ngga mau bahas dia." Aura dingin itu semakin terpancar dari raut wajahnya setelah perempuan itu memanggil nama adiknya.
"Tuhkan. Saya juga psikolog, leon. Jangan pikir saya ngga tau." Jawabnya sambil tersenyum kepada leon.
"Gua ngga mau bahas dia. Lo dengerkan?!" Bentaknya.
"Jangan biasain marah ngga jelas kayak gitu." Nasehatnya pada leon yg semakin tampak kesal.
Leon tiba tiba berdiri lalu meninggalkan perempuan yg masih menatapnya itu.
🍁
Setelah check up tadi, jian hanya berdiam diri dikamarnya. Velly, wanita itu pamit sebentar kepada jian. Kini jian kembali sendiri disini. Disaat seperti inilah ia merindukan kehadiran sang kakak.
Jian lalu turun dari brankarnya lalu mendorong tiang infus dan membawa tubuhnya ke arah jendela. Tampak dokter serta perawat yg berlalu lalang dibawah sana.
"Keluar aja kali ya?" Tanya jian pada dirinya.
Ia lalu beranjak meninggalkan kamarnya dan membawa langkah lemahnya ke taman rumah sakit. Banyak anak kecil bermain disini. Jian senang melihat pemandangan seperti ini. Rasanya ia ingin kembali saja ke masa lalu, kembali ke masa ia dan kakaknya tak terpisah ruang dan waktu.
8 tahun yang lalu...
Keluarga itu tampak asyik bermain disekitaran pantai. Kedua orangtuanya hanya bisa melihat anaknya yg sedang berlarian ditepi pantai sambil tersenyum senang.
"Kejar jian kak! Hahahah! Ngga kena."
"Jiaaan! Awas ya kamu kakak tangkap.""Wleeeek.. Ngga takut." Ejek anak kecil bernama jian itu.
"Ih.. Mih, liat adek tuh!" Adunya pada sang mami karena kesal melihat adiknya yg membawa kabur bola miliknya.
"Adeeek! Balikin bola kakak." Perintahnya pada sang anak bungsu.
"Sama sama aja mainnya kak." Ujar sang papi seraya menengahi kedua anaknya itu.
"Dia mana mau papi." Kesalnya.
"Udah udah. Gimana kalau kita foto bareng sebelum pulang. Bentar lagi sunset. Yuk!" Ujar sang mami sambil mengeluarkan kamera dari dalam tasnya.
"Ayoo!" Ujar sang anak serentak.
Lamunannya seketika membuyar. Kini pikirannya beralih ke foto yg mereka ambil saat ditepi pantai tersebut.
"Fotonya pasti masih ada." Ucap jian.
[TBC]
Makin kesini makin pendek aja perasaan. Ga pp yaa? Segini aja dh keram ni tangan😅
Makasih yg udah vote dan komen.💜💜💜
Stay healthy yaa. Cuma mau ngingetin aja, jangan lupa cuci tangan, aku liat² udah makin parah sekarang😩
Semangat yg lagi online class. Kalau capek bawa istirahat. Okeyy👌😉
MAKASIH BANYAAAK💜💜😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Disini Kak! [End]
Teen FictionTak ada kata lain selain kata rindu dan sayangnya Jian kepada leon.Menjadi pasien tetap dirumah sakit membuatnya dicap lemah oleh kakaknya itu. Hidup jian yg terasa sepi ditambah sakit yang sering melanda tubuhnya membuat jian ingin menyerah saja. ~...