10

13.8K 1.4K 33
                                    

Leon terbangun dari tidurnya. Padahal jam baru menunjukkan pukul 4 pagi. Pandangannya yang masih sedikit memburam itu beralih menatap jian yang tidur dengan tenang. Ia lalu berdiri dan menghampiri adiknya itu. Menatap setiap inci tubuh jian.

Tanpa leon sadari, tangan kanannya kini mengelus rambut sang adik dengan teramat lembut. Perasaan hangat itu mengisi hatinya. Ntah mengapa melihat jian baik baik saja membuat damai jiwanya?

"Eungh..." Mata itu perlahan terbuka.

"Shhhhh... Tidur aja lagi. Masih subuh." Ujar leon sambil mengusap kepala jian.

"Hmm.." Jianpun langsung melanjutkan tidurnya kembali tanpa sadar kakaknya tengah mengelus kepalanya.

Leon yang melihat itu lantas menaikkan kembali selimut jian. Jujur ia tak mengerti dengan dirinya saat ini. Apa ia benar benar menyayangi jian? Atau sebatas kasihan.

Ceklek...

Pintu itu terbuka, menampilkan sosok velly yang berlari ke dalam. Velly sudah mendengar kabar, bahwa keadaan jian menurun semalam.

"Leon! Jian kenapa? Semalam dia kenapa?!" Tanya velly tanpa henti.

"Ngga kenapa-napa." Jawab leon dengan santai.

"Ngga! Kamu pikir saya ngga tau?! Jawab jian kenapa semalam!" Suara itu kian meninggi.

"Jangan ribut." Peringat leon pada velly.

Leon lalu menarik tangan velly keluar dan mengajaknya ke kantin rumah sakit untuk membicarakan keadaan jian.

"Sekarang bilang sama saya, jian kenapa?" Ucap velly tak sabaran.

"Tadi malam badannya kejang." Jawab leon dengan sedikit lembut.

Velly langsung terdiam. Menyesal karena tak bisa berada disamping adiknya saat sakit itu datang menyerangnya. Air mata itu luruh dipipi merah muda velly.

"Terus?" Tanya velly tanpa berkedip sedikitpun.

"Jian sadar." Jawab leon singkat.

"Hah...makasih leon." Velly menghela nafas sejenak.

                                  🍁

Jian bangun dari tidurnya sekitar pukul 7 Pagi. Namun ketika ia membuka matanya, sosok sang kakak tak ada disampingnya.

"Kakak udah pergi kali ya?" Tanya jian pada dirinya sendiri.

"Kata siapa gua pergi."

Jian sontak menoleh pada arah suara yang ada. Dapat jian lihat velly tersenyum ke arahnya. Sedangkan leon, kakaknya masih sama. Masih terlihat dingin.

"Kakak kamu ngga pergi kok. Mana mungkin, yakan leon?" Ujar velly sambil menggoda leon. Sedangkan anak itu hanya mendengus kesal lalu duduk disofa yang ada disamping brankar jian.

"Dari mana?" Tanya jian saat velly menghampirinya.

"Tadi sarapan dulu." Jawab velly.

"Bukan tadi, tapi semalam. Kak velly kemana?" Jian kembali menanyakan pertanyaan yang sama.

"Ngga kemana-mana kok. Kak velly cuma ngobrol bentar sama suster yg lain. Eh malah ketiduran. Maaf ya dek. Kakak ngga ada pas kamu sakit." Ucap velly sendu. Jelas velly berbohong.

Jian yang melihat itu lalu tersenyum ke arah velly.

"Ngga pa-pa. Kakak juga pasti butuh bebas." Ujar jian dengan sepenuh hati.

"Oh ya dek, kamu udah makan?" Tanya velly sambil mengusap tangan jian.

"Belum." Jawabnya.

"Yaudah, kakak jemput dulu makanannya ya. Kamu disini bentar ya sama leon."

Aku Disini Kak! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang