17

14.1K 1.3K 48
                                    

ALHAMDULILLAH UP-nya CEPAT😌

So, SELAMAT MEMBACA YAA👋






15.20

Demam jian semakin tinggi kini. Tak ada perubahan semenjak tadi. Bahkan dokter yang masuk sudah memberinya oralit untuk menambah cairan yg masuk kedalam tubuhnya serta energi untuk jian. Namun tetap saja belum ada perubahan.

Bahkan semakin parah. Ia menggumamkan kata yang tak jelas dan memanggil kakaknya sambil menangis.

"Kakak...hiks..kakak.." Lirih jian dengan keringat yg terus mengucur dikeningnya.

Kepala yang tak henti bergerak serta tangan yang bergetar menambah kekhawatiran leon yang ada di sisi brankar jian.

"Aduuh... Jian! Udah dong. Anjir gimana ya?" Jujur saat leon tengah bingung, ia ingin memanggil dokter. Tapi percuma, karena dokter akan mengatakan "adik kamu baik baik saja." atau "dia hanya butuh istirahat."

"Kakak..hiks..sakiithh.." Lirihan itu membuat leon mendekat dan memegang tangan jian tanpa ia sadari.

"Jian! Woi gua disini." Ujar leon dengan mengguncang tangannya sedikit.

"Hiks...hiks...uhuk..kak.." Mata indah itu perlahan terbuka. Dapat leon lihat mata jian yg memerah serta berair.

"Kenapa sih? Nangis nangis ngga jelas." Ujar leon dengan sedikit keras.

"Kak...uhuk..uhuk.." Jian mendadak batuk dengan keras. Tangan kanannya membekap mulutnya yang kini sudah dilumuri darah.

"Argh..hiks..hiks.." Benar benar sakit. Itulah yang ia rasakan hingga tak sadar darah itu mengalir ke pergelangan tangannya.

"Duduk dulu!" Leon mengambil tissue yang ada diatas nakas lalu membantu mendudukkan jian perlahan.

"Sakit kak...uhuk...huek.." batuk itu semakin parah hingga muntahan darah itu keluar dari mulut jian sehingga selimut putih itu berubah menjadi merah pekat.

Dengan sigap leon menyapukan tangannya ke arah mulut jian dan membersihkan sisa darah yang ada disekitar mulut sang adik. Kepala jian juga is sandarkan ke pundaknya.

"Keluarin aja kalau bisa." Ujar leon seraya terus membersihkan sisa darah yg ada.

"Jian ngga tau lagi bilangnya gimana. Tapi ini sakit kak... Sakit banget." Keluhan itu membakar hati leon. Ini pertama kalinya ia me dengar jian berkata demikian. Menyerukan apa yg ada ia rasa.

"Lo masih bisa lawankan? Masa gitu aja kalah." Ujaran itu leon ucapkan tanpa ada rasa benci dan kesal sedikitpun.

"Baring lagi aja!" Ujar leon. Lalu diangguki jian.

"Dingin." Keluhnya pada sang kakak.

Tak ada cara lain, leon akhirnya juga menidurkan badannya tepat disamping jian lalu memeluk adiknya itu penuh kehangatan. Jian yang berada tepat didekapan sang kakak hanya bisa tersenyum lirih.

Kini leon beralih memijat tangan jian yang dingin. Tangan yang selama ini tak berani ia genggam sedikitpun. Telapak tangan jian seperti tak ada aliran darah sedikitpun sangking pucatnya.

"Kak." Jian memanggil sang kakak yang masih setia disisinya.

"Hmm. Apaan?" Jawab leon dengan sedkkit ketus.

"Makasih." Dapat leon dengar dengkuran halus dari jian, menandakan sang adik sudah tertidur.

Melihat darah yang juga mengenai baju jian, membuat rasa tanggung jawab seorang kakak keluar dari diri leon begitu saja. Dengan hati hati ia bangun lalu berjalan ke arah lemari yang ada disamping jendela dan mencari baju yang mungkin dapat membuat jian nyaman.

Setelah itu ia buka baju sang adik dengan hati hati. Takut membangunkan dan mengganggu istirahat jian lalu memasangkan baju tersebut. Setelah itu ia juga mengganti selimut jian dengan yg baru dan menyelimuti jian serta menaikkan suhu di ruangan itu agar jian tetap hangat.


                                  🍁


Disinilah leon sekarang. Ditempat yang slalu menjadi tempat menenangkan dirinya dari segala masalah yang ada.

"Kalian dimana sih ma,pa?" Tanya leon seorang diri.

"Dimana tanggung jawab kalian sbg orang tua?" Leon mengeluarkan segala kegundahan hatinya.

Rasanya benar benar lelah. Hidup tanpa orang tua dan harus mencukupi semuanya seorang diri. Itulah yang leon rasakan. Tapi ada satu hal yang menjadi sumber kemarahannya kepada kedua orang tuanya.

Sudah jelas keadaan jian. Ia sudah sempat menelpon mama dan papanya. Namun semua kata yang mereka ucapkan tak ada artinya sama sekali. Bahkan mengkhawatirkannya saja mungkin tidak.


Flashback on

"Halo ma!" Leon memutuskan menelpon sang ibu karena ada sesuatu yang harus ia bahas.

"Iya leon. Ada apa ya?" Tanya sang ibu yang membuat leon merasa asing.

"Leon mau bicara." Jawab leon dengan nada dinginnya.

"Bicara apa sih? Penting?" Tanyanya lagi.

"Mama ingat ngga, ada anak mama disini? Kok mama lepas tanggung jawab? Setidaknya tanya gimana keadaan leon disini!" Pertanyaan itu sukses keluar dari mulut ketus leon.

"Kamu kenapa sih? Udahlah, mama lagi sibuk."

Tut Tut

Telepon itu dimatikan sepihak oleh samg ibu yang membuat leon marah setengah mati hingga membanting handphonenya ke lantai.

"ARGH!!! KENAPA GUA LAHIR DIKELUARGA INI SIH? ARGHH ANJI*G!!"

Flashback off (aku pendekin
flashbacnya)


"Bener bener ngga ada tanggung jawabnya sedikitpun." Lanjut leon dengan air mata yg menggenang di tepi matanya.

"SHI*T!" Air mata itu runtuh pada akhirnya.


                                  🍁


Ceklek...

"Kakak?" Leon memutuskan kembalk ke rumah sakit tepat pukul 18.40 malam.

"Udah bangun lo?" Pertanyaan bodoh itu leon ujarkan pada sanv adik.

"Hmm.." Jawabnya dengan anggukan kepalanya.

"Kakak udah shalat?" Pertanyaan yang slalu jian tanyakan ketika melihat leon kacau seperti sekarang.

"Belum" jawabnya dengan jujur.

"Shalat dulu gih kak! Ngga baik nunda nunda." Ujar jian dengan senyum manis dibibir pucatnya.

"Gua ke mushala dulu." Saat melangkahkan kakinya keluar, ucapan jian kembali membuatnya terdiam.

"Disini aja. Itu ada sajadahnya kok. Jian mau liat kakak shalat." Ujarnya yang masih setia dengan senyuman manis itu.

Leon hanya bisa mengiyakan. Ia juga tak bisa meninggalkan jian sendirian apalagi ini sudah menjelang malam. Ia putuskan untuk mengambil air wudhu lalu melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.

"Allahu akbar." Leon mengangkat takbir pertama.

Tanpa ia sadari, jian tersenyum dengan satu tetes air mata yang keluar diujung matanya seraya melihat sang kakak yang begitu dingin dan keras masih mau mengerjakan yang seharusnya muslim kerjakan.

"Kakak..." Lirihnya saat melihat leon sujud. Hatinya menghangat saat itu.











































[TBC]

Jujur scene pas leon shalat aku nangis beneran yaampun😅😭 Ngga tau kenapa kalau bayangin cowo cool, nakal, suka kasar terus shalat bener bener adem liatnya. Iya ngga sih?💜😩 idaman banget😥

Makasih ya yg udah baca, vote dan suka ngomen💜💜✨

MAKASIH BANYAAAK😘

Aku Disini Kak! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang