Tubuh jian oleng tepat setelah darah pekat itu keluar dari hidungnya. Jujur matanya belum terpejam, ia masih bisa melihat kakaknya yg semakin menjauh meninggalkan dirinya.
"Kakak..." Mata itupun tertutup.
Leon yang mendengar rintihan jianpun membalikkan badannya dan mendapati sang adik yg sudah tak sadarkan diri. Awalnya ia tak terlalu khawatir, namun setelah melihat wajah jian yg kian memucat diiringi darah yg meluncur dari hidung mancung adiknya membuat leon terpekik.
"Jian?!" Leon langsung berlari ke arah jian yg tertidur lemas dilantai.
Ia memangku kepala jian, menepuk pipi adiknya berkali-kali serta memanggil namanya.
"Jian! Jiang bangun bangs*t!!" Teriaknya.
Karena tak kunjung mendapat jawaban dari jian, leon mengangkat tubuh sang adik ke atas sofa. Ia lalu mencari tisyu untuk membersihkan bekas darah yg masih menetes itu.
Setelah mimisan jian berhenti, ia lalu membalurkan minyak angin disekitar belakang kepala jian. Leon lalu mengeluarkan handphonenya dan menghubungi velly.
"Halo!"
"Saya lagi nyari jian. Nanti aja nelponnya." Suara itu terdengar sedikit bergetar.
"Dia sama gua. Buruan kesini!!" Ujar leon dengan nada dinginnya.
"Jian sama kamu? Alhamdulillah. Dia ngga kenapa-napakan?"
"Pokoknya buruan kesini!"
Leon mematikan telpon itu dan beralih menatap jian, adiknya tampak tak nyaman. Dapat leon lihat dahi jian yg berkerut serta keringat dingin yang mengucur.
20 menit kemudian...
Velly akhirnya sampai didepan hunian megah milik leon dan jian. Ia langsung berlari ke dalam untuk memastikan keadaan jian.
"Leon!" Velly memanggil leon yang tengah terduduk di atas sofa.
Namun matanya membulat ketika melihat sang adik yang tak sadarkan diri dengan wajah pucat tak berona itu.
"Ya Ampun! Jian kenapa?!" Velly lantas duduk disamping jian lalu mengusap pipi jian dengan lembut.
"Mending bawa ke rumah sakit deh!" Jawab leon kesal.
"Saya pesenin taksi dulu." Velly mengeluarkan handphonenya lalu memesan taksi untuk membawa jian ke rumah sakit.
Perasaannya mendadak tak karuan, mengingat kata dokter yang ia temui semalam.
Flashback on
Velly memasuki ruangan yang bertuliskan 'spesialis kanker' itu. Sudah pasti ada sesuatu hal yang buruk atau baik yang terjadi. Namun takdir tak memihak padanya.
"Suster velly priska." Panggilnya pada velly yang nampak termenung.
"I..i..iya dok." Jawabnya dengan canggung.
"Kita langsung saja ya.jadi, keadaan jian belum bisa dikatakan membaik." Ujar dokter tersebut.
"M.m.maksud dokter? Bukannya kemo udah dilakuin."
"Ya, saya awalnya juga mengira kankernya bisa sembuh setelah kemo. Namun dilihat dari perkembangannya, belum ada peningkatan." Jelas dokter itu sambil menggelengkan kepala.
"Jadi saya harus apa dok? Apa yang harus saya lakuin biar jian sembuh.." Velly tak dapat membendung rasa sedihnya lagi. Ia biarkan cairan bening itu keluar.
"Belum ada yang bisa kita lakukan sekarang. Jian hanya butuh support. Semangati dia." Saran dokter itu kepada velly.
"Tolong! Tolong sembuhin adik saya...hiks.. Tolong dok.." Velly menangis sejadinya sambil mengguncang tangan dokter tersebut.
"Iya, saya bersama dokter yang lain akan mencari cara agar jian sembuh. Tidak perlu khawatir." Dokter tersebut menepuk pundak velly.
"Terima kasih..terima kasih dokter."
Flashback off
"Cepetan telpon!" Lamunan itu pecah ketika leon menyuruhnya lebih cepat untuk menelpon taksi dan mengantar jian ke rumah sakit.
"I..i.iya." Velly langsung membuka aplikasi taksi online.
Setelah menunggu 5 menit, taksi itu akhirnya sampai di depan rumah mewah itu. Velly yg melihat itu lantas memberitahu leon agar mengangkat tubuh jian ke dalam taksi.
"Leon, taksi udah sampe. Tolong angkat jian ya. Biar saya buka pintu taksinya." Ujar velly yg saat itu berada diteras rumah leon.
Leon hanya mengangguk. Bagaimanapun jian adiknya, yang sepantasnya ia jaga. Iapun mulai mengangkat tubuh ringkih itu dan berjalan ke taksi yg sudah menunggu didepan.
Saat itu, leon baru merasakan takutnya kehilangan sosok yang slalu hadir dihidupnya. Dibantu sopir taksi, leon memangku kepala jian sedangkan velly berada didepan.
Sesekali leon seka keringat yang memenuhi dahi serta leher jian. Belum lagi tangannya yg merah karena terkena darah jian. Hati Velly yang melihat itu seketika menghangat. Ia sedikit tersenyum dibalik kekhawatirannya pada jian.
15 menit lamanya, mereka pun sampai didepan rumah sakit bertuliskan medical center tersebut. Velly langsung keluar dari taksi dan memanggil beberapa perawat yang membawa brankar. Leon tak hanya diam, ia angkat perlahan tubuh jian ke atas brankar lalu membantu perawat mendorongnya ke kamar jian.
Para dokterpun datang lalu menyuruh velly serta leon dan sopir taksi yang membantu mereka tadi keluar.
"Makasih pak. Maaf ngerepotin. Ini ongkosnya, lebihnya bapak ambil aja " Ujar velly yang sudah bercucuran air mata.
"Ngga pa-pa mbak, saya ikhlas kok nolongnya." Tolak bapak itu secara halus.
"Ambil aja pak, gpp kok." Jawab velly sambil menyodorkan uang merah kepada bapak tsb.
"Terima kasih mbak, semoga adiknya cepat sembuh ya. Saya permisi."
Setelah bapak itu pergi, pandangan velly kini beralih pada sosok leon yang tengah berusaha mengintip keadaan jian didepan pintu kamar jian. Leon juga tampak kesal karena dokter yg lama menangani sang adik.
"Sekarang kamu ngertikan, rasanya takut kehilangan? Itu yg saya rasakan tiap hari leon." Ujar velly dalam hati.
[TBC]
seperti biasa, cerita 'aku disini kak!' Bakal aku up 2 hari sekali aja.
Tapi kalau misalnya lewat dari itu artinya aku lagi banyak tugas😭😭 mohon pengertiannya yaa😘💜 aku yakin kalian jugakan??😢
🔴 jangan lupa pokoknya nyuci tangan apalagi pake masker kalau keluar.
🔴 dengerin dan ikutin protokol kesehatan. Jangan keluar rumah kalau bisa✨ semangat kalian yg online class. Ingat, kalau udah capek istirahat.
Makasih yang udah baca, vote dan komen💜💜💜
MAKASIH BANYAAAK✨😘💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Disini Kak! [End]
Novela JuvenilTak ada kata lain selain kata rindu dan sayangnya Jian kepada leon.Menjadi pasien tetap dirumah sakit membuatnya dicap lemah oleh kakaknya itu. Hidup jian yg terasa sepi ditambah sakit yang sering melanda tubuhnya membuat jian ingin menyerah saja. ~...