Semoga suka yaa sama endingnyaa♥♥. Ini udah aku pikirin dari awal mulai nulis cerita, soo...
**SELAMAT MEMBACA**
Dokter menghela nafas sejenak sebelum memberitahu apa yang sebenarnya terjadi pada jian. Sama halnya dengan perawat yg lain, mereka hanya diam menunggu dokter berbicara kepada leon.
"BERHASILKAN?! KENAPA DOKTER DIEM?!!" Bentaknya pada dokter evan serta dokter conan didepannya.
"Keadaannya makin lemah leon. Bahkan tadi kita sempat kehilangan denyut nadinya." Jawab dokter evan sendu.
Bagai tersentrum aliran listrik, leon hanya bisa diam. Mencerna semua penjelasan yang dokter berikan padanya.
"KALIAN SEMUA PEMBOHONG! KALAU MEMANG KONDISINYA BAKAL BEGINI, KENAPA HARUS DILAKUIN ANJI*G!" Bentaknya lagi.
"LEON!" Dokter evan mengguncang bahu leon kuat guna menyadarkan anak itu.
"Kenapa kalian ngelakuin ke adik gua kalau kalian tau dia ngga baik baik aja!" Raungnya hingga air jernih itu kembali tumpah dari matanya.
"Jian bakal baik baik aja." Jawab dokter evan sambil melepaskan tangannya dari bahu leon.
"ENGGA! DIA NGGA AKAN BAIK BAIK AJA!!" raungnya lagi.
"Saya janji bakal sembuhin jian. Perawat perawat disini juga bakal usahin, hmm?" Ujar dokter evan seraya meyakinkan leon.
🍁
Leon memutuskan untuk mengunjungi jian malam ini. Menemani sang adik yang tengah sendiri di ICU itu. Lorong tampak sangat sepi mengingat hanya ada jian disana. Tanpa menunggu lama, leon membuka knop pintu itu.
Ceklek....
Leon mendekat, sang adik tampak tak ada perubahan sedikitpun. Padahal ia sudah berharap jian akan bangun dan kembali menggenggam tangannya lagi. Namun semuanya seakan mimpi buruk bagi leon. Keadaan sang adik bahkan lebih buruk dari sebelumnya.
Perlahan tangannya ia bawa bersatu dengan tangan kecil jian nan dingin itu. Menggenggamnya penuh kehangatan. Malafalkan segala doa agar jian dapat bangun. Berkali kali ia cium tangan lemah itu seakan tak mau kehilangan.
"Ini malam kedua semenjak keadaan lo gini. Kasih gua kepastian kalo lo bakal bangun bangs*t! Gua capek tau ngga." Ujarnya tanpa kebohongan sedikitpun.
"Gua tau lo pasti bakal bangun, tapi kapan?" Tanya leon seorang diri.
Helaan nafas kembali leon layangkan. Ia tundukkan kepalanya ke bawah untuk menyiapkan kata kata yang akan leon berikan pada jian. Namun leon tiba tiba berdiri, mendekatkan mulutnya ke telinga jian.
"Please! Please bertahan buat gua. Jangan bikin gua kyk orang gila."
Cup
Leon mencium kening jian cukup lama, mencoba membuat jian sadar, bahwa leon, kakaknya tengah menunggunya bangun sekarang.
Kini tangannya jian dijadikan tumpuan kepalanya untuk tidur. Ingin sekali ia merasakan tidur dan dekat dengan jian. Tapi bukan seperti ini.//
Keesokan pagi...Leon terbangun sekitar pukul 6 pagi. Mata yang berusaha terbuka itu tetap saja tertuju pada jian yang tampak masih setia dalam mimpinya. Ia lalu beranjak ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Ntah mengapa kata kata jian yg slalu mengingatkannya untuk shalat slalu memenuhi pikirannya.
"Allahuakbar." Takbir pertama ia kumandangkan.
Jian pasti bangga melihat leon seperti sekarang ini. Mengingat sang kakak yang dulu sering bermain kasar, mengingat tuhan saja mungkin tidak. Namun sekarang, semuanya berubah sudah. Andai saja jian tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Disini Kak! [End]
Roman pour AdolescentsTak ada kata lain selain kata rindu dan sayangnya Jian kepada leon.Menjadi pasien tetap dirumah sakit membuatnya dicap lemah oleh kakaknya itu. Hidup jian yg terasa sepi ditambah sakit yang sering melanda tubuhnya membuat jian ingin menyerah saja. ~...