13

12.3K 1.3K 94
                                    









Seusai velly pulang, saat itu juga pula jian kehilangan penopangnya untuk hidup. Sekarang apa lagi? Apa tuhan juga akan mengambil leon darinya.
Air mata itu kian deras menetes. Apa gunanya ia berjuang kini. Tak ada satupun yang ada disisinya lagi.

"Apa jian nyerah aja? Ngga ada yang jian harapin lagi sekarang." Ujarnya sambil menatap langit malam nankelam.

Tepat saat itu, pintu kamarnya terbuka.

Ceklekk..

"Kak leon?"

Ya, orang itu leon. Tatapan matanya yang tajam sukses membuat jian terdiam sejenak. Lalu kakaknya itu mendekat ke arahnya. Secercah harapan muncul dihatinya. Apa kakaknya ingin menggantikan posisi velly? Jian yang memikirkan itu lantas tersenyum.

"Ngapain senyum? Gua mau ambil barang barang gua. Mulai besok mungkin gua ngga akan jenguk lo lagi." Seketika senyuman itu pudar. Dan beralih ke sesak yang menerpa dadanya.

"M.m.maksud kakak? Kak leon bakal tinggalin jian?"

"Gua bakal pindah. Gua mau mulai hidup baru gua ... tanpa lo." Ucapan itu seketika membuat jian tersenyum perih. Dipikiran jian hanya satu kini, yaitu kakaknya bahagia bila tanpa jian.

Jian lalu menganggukkan kepalanya sambil menyeka air mata yang mulai turun disudut matanya.

"harus banget hari ini ya kak?" Jian bangkit dari tidurnya.

Leon yang melihat itu menatap jian penuh keheranan.

"Gua ngga betah lagi disini." Jawab leon sarkas.

"Jian ada sesuatu sebelum kakak pergi." Leon melihat adiknya mengeluarkan barang dari dalam selimutnya.

"Ini bukan apa-apa kok kak, kalo dibuangpun juga ngga pa-pa. Didalemnya ada nomor jian. Mana tau kakak kangen." Ejek Jian disela kesedihan hatinya.

"Cuma itu doangkan? Gua buru-buru." Sela leon tanpa menyadari bahwa ia sudah menyakiti hati sang adik.

"Iya, cuma itu aja kok." Jawabnya dengan lapang dada.

"Yaudah, gua pergi dulu." Leon mulai beranjak dari sana. Namun teriakan itu menghentikan langkahnya.

"JAGA DIRI YA KAK, JANGAN LUPA SHALAT!" Ujar jian dengan linangan air mata yang dapat leon lihat.

Aneh, rasanya ia ingin memeluk sang adik. Namun ego benar benar menjerumuskan leon agar tak melakukannya. Usai sang adik berbicara seperti itu, leon keluar begitu saja tanpa mengucapkan apa apa kepada jian.

Tepat setelah leon keluar dari ruang rawatnya jian menangis sejadi-jadinya. Sudah terlalu banyak ia berharap, dan banyak luka yang ia dapatkan dari berharap itu.

"Hiks..kenapaaa? Hiks..jian ngga sangguup!" Teriaknya kesetanan disana seorang diri.

Bugh

Bugh

Bugh

Jian memukul dadanya karena sesak yang menyelimuti ulu hatinya. Benar benar lelah rasanya berjuang seorang diri seperti ini. Tiba-tiba matanya mulai memburam, semuanya tampak berbayang, barang barang disekitarnya seakan bergoyang.

Higga kegelapan menguasainya...


                                  🍁


Leon kini telah sampai di depan terminal yang lumayan ramai itu, rasanya ia bimbang. Apa ia harus meninggalkan tempat kelahirannya ini atau mengikuti egonya.

Aku Disini Kak! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang