**SELAMAT MEMBACA**
Tepat setelah leon keluar dari ruang ICU itu, mata indah milik jian akhirnya terbuka. Leon yg menyadari itu lantas berlari menghampiri dokter evan yang bertugas itu.
"DOKTER!! JIAN!!" teriaknya saat membuka pintu.
"Leon?" Dokter evan yg terkejutpun mencoba menenangkan leon.
"Jian dok...jiaann.." Ujar leon dengan terputus putus akibat deruan nafas.
Dokter evan yang sudah panik, lantas membawa peralatan medis dan berlari ke ruangan ICU milik jian. Tak lupa perawatpun juga ikut mengikuti dokter evan yg sudah mendahului mereka.
Brak..
Kekhawatiran itu akhirnya sirna saat melihat pasien kesayangannya telah bangun dari tidur panjangnya. Diikiuti leon mereka akhirnya masuk bersama guna memastikan keadaan jian.
"Jian! Kamu bisa dengar saya?" Tanya dokter evan sambil menatap mata jian.
Kedipan matalah yang hanya bisa jian lakukan sebagai jawaban. Dokter evan yang melihat itu tersenyum kepada leon sambil menepuk punggungnya.
"Jian merespon, tidak perlu khawatir lagi. Keadaanya insyaallah akan membaik." Ujarnya dengan tulus kepada leon.
"Hah..." Helaan nafas itu menyiratkan kekhawatiran serta kebahagiaan sekaligus.
"Nanti malam, kalau memang kondisi jian semakin membaik saya akan melepaskan ventilatornya supaya lebih nyaman." Ucap dokter evan.
"Iya dok, makasih."
"Yasudah, saya permisi dulu. Oh ya, jangan buat jian capek dulu. Bicara seperlunya aja." Nasehat dokter evan pada leon.
"Iya."
Setelah kepergian dokter muda itu, kini leon mencoba mencairkan suasana yang sedikit canggung itu. Ia tarik kursi itu kebelakang lalu mendudukinya. Jian yang masih mencoba menyesuaikan cahaya yg masukpun tak menyadari hal itu.
"Ada yang sakit ngga?!" Leon sedikit menyentak suaranya.
Jian sedikit terkejut ketika melihat ke arah samping kanannya. Mata sendunya itu menatap mata coklat leon yang masih terasa sinis padanya.
"Kalau pusing ngga usah dipaksain." Peringatkan leon.
Namun hanya gelenganlah yg jian berikan. Ntah mengapa melihat sang kakak berada disampingnya, membuat jian tak mau menyia-nyiakan saat seperti ini.
"Ngapain sih ngeliatin gua. Ngga suka gua disini?!" Ujar leon dengan sarkas.
Jian tak menjawab, wajah jian pun perlahan berubah sendu. Leon yang menyadari itu langsung kelabakan mencari kalimat yang dapat membuat jian nyaman kembali.
"Lo taukan gua ngga suka orang natap gua gitu?" Tanya leon dengan berhati-hati lalu diangguki jian.
"Istirahat aja. Gua mau keluar dulu." Namun saat beranjak tangan dingin jian menahan tangannya.
Leon lalu melirik ke sang adik yang menggelengkan kepalanya dengan tatapan sendu seakan tak mau kakaknya pergi itu. Leon yg pekapun kembali duduk. Jian melepaskan pegangan tangannya pada leon namun leon menahan tangannya balik.
"Tangan lo dingin banget?" Tanya leon sambil meraba tangan jian. Semua ini ia lakukan agar jian nyaman dengannya.
🍁
Setelah dokter evan masuk ke ruangan jian serta menjelaskan prosedur pengobatan yg akan dijalaninya, jian langsung dibawa ke ruang kemoterapi diiringi leon dibelakangnya. Jian tampak tenang, namun tangannya tetap saja menggenggam tangan leon.
"Semoga ada perkembangan pesat." Ujar dokter evan sambil menyiapkan segala peralatan kemo. Sedangkan leon, lelaki itu melihat jian yg mulai gelisah.
"Ngga bakal kenapa-napa. Lagian lo udah sering juga kok kemonya." Ucap leon.
"Jian cuma takut, kalau kemonya nanti ngga bakal ada efeknya." Jawab jian dengan lirih. Tidak, bukan hanya jian yg merasakan itu. Leonpun merasakannya.
"Ngga usah negatif thinking. Pesimis banget." Ujar leon balik dengan nada tegasnya.
"Kita mulai ya kemonya." Dokter evan mendekat ke arah jian, lalu memasang semua alat yg sudah ia persiapkan tadi.
//
Keesokan harinya...Keadaan jian tak dapat dikatakan membaik sedikitpun. Seperti yg dikatakan dokter, jian tak boleh terlalu banyak pikiran. Namun itulah yg membuatnya down kembali. Hingga dokter conan turun tangan karena keadaannya yg semakin lemah.
"we have to do radiotherapy now. it would be dangerous to leave it like this." Ujar dokter conan seraya mengecek keadaan jian.
(Kita harus melakukan radioterapi sekarang. Akan berbahaya bila membiarkannya seperti ini)"Okey, we do now." jawab dokter evan.
Perawat pun mulai berdatangan ke ruangan itu, mereka mendorong brankar jian keluar dan membawanya ke ruangan khusus radioterapi. Setelah sampai didepan pintu kaca itu, suara leon menghentikan langkah mereka semua.
"Tolong berhenti dulu!" Ujarnya pada perawat itu.
Iapun mulai mencondongkan badannya ke sang adik, tepatnya ditelinga jian. Membisikkan kata yg selama ini jian sangat inginkan ia dengar dari sang kakak.
"Tolong berjuang demi gua. Buktiin sama gua kalo lo emang kuat. Buktiin sama gua, kalo semua kata lemah yang gua ucapin ke lo itu bohong. Gua sayang lo." Ujarnya hingga tanpa sadar satu air mata menetes.
Leon lalu menganggukkan kepalanya ke para perawat, mereka lalu kembali melanjutkan langkahnya untuk masuk ke dalam ruangan itu. Tinggallah leon sendiri sekarang.
Pikirannya benar benar penuh akan keadaan jian didalam sana. Apa ia akan baik baik saja?
//
3 jam kemudian...Pintu kaca itu akhirnya terbuka menampilkan dokter beserta para perawat yang keluar secara bersamaan. Leon lalu mendekat.
"Gimana? Berhasilkan?" Ujarnya dengan mata yg berbinar.
[TBC]
Yaampun besok end😭😭😭 akhirnya bisa juga nyelesain cerita yg ngga jelas ini astagaaa😭😭
Pokoknya makasih banyaaaak banyaaak yang udah ringan tangannya buat vote apalagi sampe ngekomen💜✨
MAKASIH BANYAAAK😚💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Disini Kak! [End]
Teen FictionTak ada kata lain selain kata rindu dan sayangnya Jian kepada leon.Menjadi pasien tetap dirumah sakit membuatnya dicap lemah oleh kakaknya itu. Hidup jian yg terasa sepi ditambah sakit yang sering melanda tubuhnya membuat jian ingin menyerah saja. ~...