6

14.5K 1.5K 37
                                    


Jian memasuki rumah yang selama ini ia tinggalkan. Saat berada dihalaman depan rumahnya seketika pikiran jian melayang pada masa lalu, dimana tempat ini sering dijadikan tempatnya bermain bola bersama leon, kakaknya.

Jian melanjutkan langkahnya ke dalam rumah. Tampaknya leon tak ada dirumah, terlihat dari motor leon yang tak ada digarasi. Ia lalu mencari kunci rumahnya. Biasanya sang kakak menaruh ini didalam pot bunga yg ada disamping tiang besar dihalaman depan tersebut, ini bukan kali pertamanya kabur, ia sudah sering pergi tanpa izin namun untungnya ia kembali ke rumah sakit dalam waktu yg tepat.

"Yes, dapet!" Jian lalu mendekat ke arah pintu.

Ceklek...

Puntu itu terbuka, semuanya tampak sama seperti dulu. Bahkan rak sepatu masih berada pada tempat yang sama. Jian perlahan melangkahkan kakinya ke lantai atas. Ke kamar sang ibu dan ayah.

"Di lemari itu kali ya?"

Jian lalu mendekat ke lemari kaca yg lumayan besar milik orang tuanya itu,membukanya guna mencari foto yang mungkin bisa meringankan rasa rindunya kepada mereka semua. Ternyata benar, foti itu bahkan masih dibingkai.

"Hah... Akhirnya." Jian lalu mengeluarkannya lalu menutup kembali lemari itu.

Kini ia bawa langkahnya ke area lain rumah besar yg sudah lama ia tak kunjungi itu. Mulai dari kolam berenang, ruang kerja sang ayah dan tentunya kamar sang kakak.

Ceklek...

Aroma mint langsung masuk ke penciuman jian. Ia perlahan mendekat ke meja belajar leon. Jian sesikit tersenyum melihat foto ia dan leon masih setia kakaknya pajang disana.

"Maaf, karena jian kakak berubah. Kakak pasti ngga suka sama kehidupan kaya begini. Sama, jian juga kak." Ujarnya sambil menundukkan kepalanya.

Cairan bening itu tak bisa ia tahan, ia usap foto sang kakak yg tampak tersenyum tulus disampingnya.

"Jian bakal nunggu. Kakak pasti bakal nerima jian lagikan? Tapi jangan lama² ya kak, jian ngga yakin.. Kalau.." Tangisnya pecah saat itu juga. jian usap foto leon yg terpampang didepannya.

                                  🍁

Jujur leon masih mengingat perkataan velly tadi. Pikiran buruk tentang kondisi adik satu satunya kini memenuhi otaknya. Bahkan ia sama sekali tak tenang sekarang. Biasanya bila ia sedang bersama geng nakalnya, ia akan merasa tenang. Tapi tidak kini.

"Lo ada masalah apa sih yon?" Ujar salah satu temannya yang memperhatikannya sedari tadi.

"Tau, dari tadi kita ngoceh ngga dianggepin sama lo." Sambung nanda yg tepat disamping leon.

"Ga, gua ngga ada masalah apa²." Ujar leon sambil terkekeh.

"Alah, bohong liat tempat bro!" Ujar nanda.

Mereka sudah hampir 4 tahun berteman, tentunya masing masing dari mereka sudah tau sifat satu sama lain.

"Gua ngantuk, balik duluan ya?" Ujatlr leon dan bergegas ke arah motor yang terparkir di tepi jalanan lengang itu.

"Hati-hati." Peringat salah satu temannya.

"Aman." Jawab leon lalu melajukan motor kesayangannya itu.

Di perjalanan, ia tetap saja mengingat wajah pucat jian. Velly sering kali mengingatkan leon agar rutin mengunjungi jian. Apalagi perkataan velly yang menyebut "dia capek leon" benar benar membuat otaknya pecah.

Setelah hampir berkendara selama 20 menit. Leon akhirnya sampai di rumah megahnya. Ia lantas memasukkan motor itu ke bagasi. Namun matanya membulat ketika pintu rumahnya terbuka.

Leon langsung berlari ke dalam guna memastikan siapa yang menyelinap ke dalam rumahnya. Ia melihat ke sekelilingnya, hingga matanya tertuju pada laki laki yang tengah tertidur di sofa ruang keluarga serta televisi yang masih menyala.

"Jian?"

Leon lalu mendekat ke arah sang adik yg tampak tenang. Amarah itu seketika membara di hatinya. Hingga ia menyentak tangan jian dengan keras hingga mata sendu itu terbuka.

"Kak leon?" Ujar jian sambil mengucek matanya yg masih terasa berat.

"ANJI*G LO EMANG! GA TAU ORANG PUSING NYARIIN LO!" bentaknya hingga mengucapkan kata kasar pada jian.

Jian, anak itu tampak menunduk. Disaat seperti ini ia hanya bisa diam, karena bila ia menjawab leon bisa berlaku kasar padanya.

"JAWAB!"

Jian tersentak.

"Jian cuma rindu rumah kak..." Jawabnya dengan lirih.

"LO TAU, SUSTER LO ITU NYARIIN SAMPE NELPON GUA! GANGGU TAU NGGA?! Dan lo enak enakan disini!"

Hancur sudah hati jian, bahkan ia tadi sudah sedikit berharap bahwa kakaknya marah karena takut ia kenapa-napa.
Namun...

"Maafin jian. Jian ngga tau-"

"LO SEHARUSNYA SADAR DIRI, LO ITU PENYAKITAN, YANG BISANYA NYUSAHIN DOANG." Ujar leon tanpa rasa bersalah sedikitpun. Ia lalu berlalu pergi

"Maaf."

Namun saat itu juga, cairan kental berwarna merah itu mwluncur dari hidungnya, ditambah pusing yg tiba-tiba mendera kepalanya. Sampai akhirnya jian memilih kegelapan.

Brugh...

"Jian?!"


























[TBC]

akhirnya kelar😪
Maaf kemarin ngga up, biasa penyakit aku kambuh. Taulah ya?

Makasih yg slalu hadir dicerita aku. Makasih yg slalu vote dan sempetin komen juga💜💜💖
Love you guys😘😘

MAKASIH BANYAAAK😊

Aku Disini Kak! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang