27. KEJUTAN

1.7K 108 1
                                    

❄️🔪HAPPY READING🔪❄️
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
~🌟~

"Aku pergi dengan meninggalkan luka, tapi ingatkah janjiku dulu? Jika aku jugalah yang akan mengobatinya. Menangislah! Aku tak akan melarangnya. Karna menangis bukan berarti lemah namun sebagai tanda jika hatimu masih berfungsi"

Unknow
~

🌟~

"Wih pagi bener lo Ta, tumben," puji Fani saat Aletta keluar dari mobilnya.

Seperti biasa Aletta akan menghindari Arga dan mengendarai mobilnya sendiri, bagi Aletta sekarang hanyalah bagaimana cara menyingkirkan perasaan yang kian dalam itu agar hilang, perasaan itu adalah sebuah kesalahan dan harus segera di hilangkan pikirnya

"Salah lagi gue, temen gak bener emang, berangkat pagi di caci berangkat telat di omeli, buang aja adek ke rawa rawa kak," jawab Aletta mendramastisir.

"Bukan temen gue," ungkap Alysha.

"Bukan temen gue juga," imbuh Alana sambil mengibaskan tangan mengusir Fani.

"Jahat banget kalian sahabat," keluh Fani.

Mereka asik bercerita hingga pandangan Aletta tak sengaja melihat sosok yang telah lama hilang, ya, Aletta terkejut saat dia melihat seseorang berjalan di kerumuni banyak cewek namun tingkahnya masih sama yaitu sangat ramah dan suka tersenyum, ck memang orang itu suka tebar pesona.

Rambut yang sedikit memanjang dan berponi, mata biru safir dengan rahang tegas hidung, mancung serta alis tebal, badan tinggi tegap atletis dan kulit putih bagaikan malaikat yang baru saja turun dari langit.

Saat melihat Aletta dia melambaikan tangan dan menghampiri Aletta mebuat ke tiga temanya melongo karenanya, bahkan dia lebih tampan dari Arga.

"Lo nggak kangen gue Ta? Dasar jahat lo," ucapnya.

Aletta langsung memeluk orang itu dan menangis.

"Hisyam," cicit Aletta lirih membuat Hisyam terkekeh pelan.

Cowok itu mengelus surai aletta. "Ternyata masih sama ya, cengeng."

"Ayo pergi sebelum jiwa jomblo lo terdzolimi," ajak Alana sembari menutup mata Fani dan juga mengajak pergi Alysha.

Menyadari jika mereka akan menjadi obat nyamuk, mereka langsung ngacir ke kelas tanpa berpamitan pada Aletta.

"Lo kemana aja, hah? Mau pergi nggak bilang, gak pamit, nggak say good bye, nggak menangis nangis ria dulu sama gue, dasar gaada akhlak lu, gue kan juga belum ngasih lo daftar oleh oleh yang gue minta! Kalo alasan lo gak bisa kembali ke Indonesia setidaknya bisa lo paketin lo.."

"Hiks, lo jahat!" lanjut Aletta memukuli dada bidang itu.

"Ck, Ta! Kebiasaan, pake koma titik kek kalo ngomel bingung gue ndengerinya," protesnya

"au..sst ta! Sakit woy!" ringis hisyam karena aletta berhasil menggigit lenganya

"Bodo! Kesel banget sumpah! Kenapa lo gak pamit dulu sama gue, setidaknya gue bisa ngater lo ke bandara."

Kalo lo nganter gue, udah pasti gue nggak bakal berangkat saat lo nangis sedangkan gue nggak bisa liat lo nangis batin Hisyam.

"Ribet aja, kalo lo sampe nagis, ngrepotin sebandara karna ada banjir dadakan," jawab Hisyam enteng.

"Ih nyebelin,"

"Gini gini, lo pasti nagis tujuh hari tujuh malem kan saat gue pergi?"

Iya sampe gue trauma buat ngrasain apa itu rasa nyaman dan terbukti setiap gue njatuhin hati gue pada seseorang orang itu selalu nyakitin gue, mungkin gue terlalu tinggi bermimpi, orang kaya gue nggak pantes di cintai, gue Cuma bisa ngrusak kebahagiaan orang. Batin Aletta sendu.

My Perfect Ice Prince 💫Completed💫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang