Bi Tini menghela napas panjang setelah selesai menempelkan plester di dahi Sherly. Wanita paruh baya itu menatap sang anak majikan dengan sendu.
"Non Sherly," lirihnya dengan nada suara bergetar. "Berhenti nyiksa diri Non sendiri."
Di rumah ini, Elina lah yang tak punya siapa-siapa tetapi kenyataannya Sherly lah yang justru benar-benar terlihat tak memiliki siapapun. Bi Tini tentu tahu perihal masalah yang dihadapi Sherly, ia selalu ingin membela gadis itu di saat orang tuanya membandingkannya dengan Elina. Tetapi Bi Tini merasa segan dan sadar tingkatnya di sini. Ia hanya seorang pembantu.
"Non Sherly butuh uang?" tanya Bi Tini menghapus kasar air matanya. Ia tahu Sherly tak akan mau menjawabnya. "Sekarang sebaiknya Non Sherly pergi temui Den Samuel, dia setiap malam nelpon Bibi nanyain keadaan Non Sherly. Bibi yakin, dia bisa bantu Non."
Sherly bangkit dari ranjangnya lalu bergerak mengambil jaketnya. "Makasih, Bi."
*
Gracia tengah asik mendengarkan musik sembari berbaring santai di sofa apartement Samuel saat ia mendengar suara Bell pintu berbunyi. Ia mematikan musiknya sembari berdecak kesal karena merasa diganggu. Samuel sendiri sekarang tengah keluar untuk membelikannya makanan.
Setelah pintu ia buka, Gracia dibuat terkejut mendapati Sherly basah kuyup berdiri di depannya dengan tatapan hampa.
"Kehujanan? Astaga ayok masuk," ajaknya menarik tangan gadis itu memasuki Apartement Samuel. Di dalam, ia memberikan Sherly handuk dan membantu Sherly mengeringkan rambutnya.
Sherly sendiri menghentikan aktifitas Gracia yang memegang rambutnya, ia terlihat tak penasaran sedikitpun tentang siapa Gracia. Sherly malah bangkit dan berlalu ke kamar Samuel.
Gracia menggigit bibir bawah, tak tahu harus bersikap seperti apa di hadapan Sherly.
Butuh beberapa menit, Sherly kembali ke hadapan Gracia dengan mengenakan hoodie kebesaran milik Kakaknya.
"Loh, kapan lo dateng anak manja?" tanya Samuel datang dengan kedua tangan memegang kantung plastik terisi penuh.
Sherly mengepalkan tangan. "Udah berapa kali aku bilang, Kak. Aku bukan anak manja!"
Gracia melihat Samuel mengedikkan bahu acuh sembari berlalu ke dapurnya. Sherly mengikuti Kakaknya dengan rok anak itu yang masih basah, tetapi Gracia malu untuk mengingatkan gadis itu karena Sherly tak juga mau mengajaknya bicara.
"Ada seribu. Mau?" tanya Samuel dengan Sherly mengekor di belakangnya. Dua Kakak beradik itu terlihat tengah sibuk saling tawar menawar.
Samuel duduk di dekat Gracia yang sedari tadi kicep sendiri. Sementara Sherly berdiri di depannya.
"Aku akan ganti. Aku janji, Kak. Aku gak becanda," mohon gadis itu.
Samuel memijit pelipisnya. "Lo selalu minta uang lebih sama Mama dan kalau ditanya itu uang buat apa. Lo gak pernah mau jawab. Gimana kita mau kasih uang tanpa alasan yang jelas?"
Samuel terkejut saat Sherly tiba-tiba memeluk kakinya membuat Gracia menyenggol lengan tangannya, mencoba memberikan kode kalau Samuel seharusnya mengasihani adiknya.
"Aku mohon, Kak. Aku g-gak ta-han," lirih Sherly dan Samuel segera menarik tangan adiknya untuk berdiri.
"Apaan sih lo?!" marahnya. Ia mencoba meredam emosi melihat wajah kacau adiknya, sepertinya Sherly tengah benar-benar membutuhkan uang. "Butuh berapa?"
"Kak Sam transfer semua uang Kakak ke aku, nanti kalau ada sisa aku balikin," kata Sherly seenak jidatnya membuat Samuel melotot.
Laki-laki itu bergerak untuk menoyor kening adiknya karena kesal tetapi pada akhirnya tetap mengeluarkan dompet. Sekitar sepuluh lembar uang ratusan ribu ia keluarkan dan berikan pada Sherly.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITIK TERENDAH
Teen FictionAku menangis, Kalian tertawa. Aku kesakitan, Kalian masih tetap tertawa. Apa jika aku mati, kalian masih tetap akan mentertawakanku? [Tersedia versi Pdf] _____________ Semua orang pasti pernah mengalami TITIK TERENDAH dalam hidupnya. Jika 'belum' ma...