38. Pahitnya karma

54.1K 6.7K 1.3K
                                    

Hyura membuka pintu rumahnya dengan pelan. Kosong dan dingin. Hal semacam itu lah yang menyambutnya, mata wanita itu berkaca-kaca saat berjalan memasuki rumah. Dilihatnya bayangan ketika Sherly kecil, tertawa renyah sembari berlari menaiki anak tangga. Di belakang anak itu Saga dan Samuel mengejar. Sherly kecil terus tertawa lebar kemudian berlari memeluk kaki ibunya.

Air mata Hyura berjatuhan saat teringat bagaimana anak itu mengadu dulu.

"Mama! Kak Sam dan Kak Saga nakal. Hukum mereka."

Hyura menghapus air matanya dengan punggung tangan saat bayangan Sherly kecil yang berlari dengan tawa keras berubah menjadi Sherly besar yang pemurung. Langkah kaki kecil yang berlari ke arahnya berubah menjadi langkah kaki linglung yang semakin menjauhinya.

Tubuh Hyura jatuh ke lantai, wanita itu menutup mulut dengan tubuh gemetar saat dengan mata kepalanya sendiri ia melihat bagaimana tawa Sherly kecil berubah menjadi tangisan. Sherly yang ceria, penuh kehangatan, dan mata yang selalu berbinar senang benar-benar berubah ketika besar dimana keceriaan itu menjadi kesenduan, dingin, dan mata yang selalu memancarkan luka.

Hyura semakin menangis saat mengingat ketika ia pulang dulu, Sherly kecil menyambutnya dengan pelukan berbeda saat anak itu besar, ketika hendak memanggil Sherly makan, Hyura sering menemukan anak itu menangis dalam diam sembari menatap kosong langit-langit kamarnya.

Pancaran luka dari mata anak itu terus terngingang, menenggelamkannya dalam penyesalan. Hyura sendiri lah yang membentuk anaknya seperti itu. Hyura lah yang membuat anak itu jauh darinya. Hyura yang membuat Sherly kecilnya yang ceria menjadi Sherly penuh luka dengan lingkaran hitam yang mengelilinginya.

"Aku membutuhkanmu, setiap waktu. Aku membutuhkan Mama tapi Mama selalu berbicara seolah menyuruhku pergi jauh dari hidup Mama."

"Eng-gak." Hyura menggelengkan kepala kuat-kuat. Ia bangkit, menaiki anak tangga kemudian memasuki kamar Sherly hanya untuk memeluk erat boneka panda kesayangan anak itu. "Mama gak, mama gak mau kamu ninggalin Mama. Hukum Mama, kamu boleh hukum Mama apapun asal jangan pergi. Mama mohon, Sherly... mama mohon."

"Semua orang membenciku. Mereka bilang aku lebih rendah dari sampah, aku menyangkalnya, Ma tapi hari ini aku mendengar sendiri bahwa wanita yang melahirkanku juga bilang menyesal memiliki anak sepertiku."

Hyura menutup kedua telinganya erat, ia kesulitan bernafas karena tangisnya. Ucapan-ucapan Sherly seperti sebuah jarum yang tepat menusuk hatinya.

"Mama membeciku. Semua orang membenci kehadiranku."

"Sherly!" isak Hyura memeluk erat boneka panda milik Sherly. " Maafin, Mama. Maafin Mama sayang, maaf."

Di tempat lain, Saga memegang tangan adiknya. Menatap miris rentetan jari sang adik yang ditutupi perban.

"Siapa yang bilang lo pengganggu? Siapa yang bilang lo beban? Semua hal dalam diri lo berharga, Sherly." Saga menjulurkan tangan untuk mengusap lembut rambut adiknya. "Gue gak pernah nemuin satu pun yang gak gue syukuri punya adik kayak lo."

"Karena itu bangunlah." Saga mengusap pipi anak itu penuh sayang. "Bangun, sembuh demi gue."

"Demi orang-orang yang sayang sama lo." Saga tak bisa menahan air matanya saat menatap bagaimana kondisi adiknya kini. "Gue gak bisa terus ngeliat lo kayak gini."

TITIK TERENDAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang